Cedera engkel kaki yang diderita pada Kejuaraan nasional PABBSI 2019 menjadi tantangan Eko Yuli Irawan menghadpai Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2019 di Pattaya, Thailand.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sepuluh hari menjelang Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2019, lifter andalan Indonesia Eko Yuli Irawan dituntut dapat memulihkan kondisi fisiknya, terutama setelah mengalami cedera engkel. Eko harus dapat tampil prima demi mempertahankan gelar juara dunia.
Kejuaraan Dunia akan berlangsung di Pattaya, Thailand, 18-28 September 2019. Berdasarkan daftar lifter yang dikeluarkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), Eko akan tampil di kelas 61 kilogram, berhadapan dengan dua lawan terberat asal China yaitu Qin Fulin dan Li Fabin.
Eko mengatakan, Qin Fulin dan Li Fabin memang menjadi lawan terberatnya dalam setahun terakhir. “Tahun-tahun sebelumnya, mereka bermain di kelas yang lebih rendah, yaitu 56 kg. Setelah ada kelas baru, mereka naik ke kelas yang lebih tinggi dan menjadi lawan saya,” kata Eko, di Jakarta, Minggu (7/9/2019).
Berdasarkan total angkatan yang didaftarkan kepada IWF, kedua lifter China mempunyai total angkatan 310 kg. Sementara itu, Eko mendaftarkan total angkatan 305 kg. Sebanyak 30 lifter dari 22 negara lainnya mendaftarkan total angkatan di bawah 300 kg.
Total angkatan yang didaftarkan biasanya digunakan oleh tim pelatih sebagai strategi dan untuk mengukur kekuatan lawan. Dari daftar total angkatan ini dapat diprediksi bahwa persaingan di kelas terendah putra dalam Olimpiade Tokyo 2020 ini akan didominasi oleh lifter Indonesia dan China.
Lifter China bukanlah lawan yang mudah untuk Eko Yuli. Pada Kejuaraan Dunia 2018, Li Fabin membayangi penampilan Eko Yuli. Dalam kejuaraan itu, Eko berjaya dengan tiga keping emas untuk angkatan snatch 142 kg, clean and jerk 174 kg, dan total angkatan 317 kg. Li Fabin meraih perak dengan angkatan snatch 142 kg, clean and jerk 168 kg, serta total angkatan 310 kg. Qin Fulin menempati peringkat ketiga dengan total angkatan 308 kg (snatch 139 kg, clean and jerk 169 kg).
Eko Yuli menuturkan, dirinya tidak takut menghadapi kedua lifter China. “Saya sudah terbiasa berlomba melawan mereka. Bagi saya, yang terpenting adalah menikmati perlombaan,” ujarnya.
Meski ada dua lifter China yang menghadang, tantangan Eko Yuli lebih besar berasal dari diri sendiri. Peraih tiga medali Olimpiade ini dituntut dapat memulihkan kondisi fisiknya setelah mengalami cedera engkel. Cedera itu dialami Eko menjelang Kejuaraan Nasional PABBSI 2019, yang berlangsung Agustus lalu di Bandung, Jabar. Untuk memulihkan fisik, Eko menjalani terapi air panas dan air dingin setelah berlatih.
Eko menuturkan, kondisi fisiknya saat ini 85 persen. “Saya belum bisa menjalani pemulihan penuh karena waktunya tidak cukup. Jadi, lebih baik sekarang tampil maksimal saja dan menjalani terapi setelah latihan. Setelah tampil di Pattaya, baru penyembuhan,” ujar Eko.
Di Kejuaraan Nasional, Eko yang membela Jawa Timur masih menjadi yang terkuat dengan angkatan total 306 kg, terdiri dari snatch 135 kg, serta clean and jerk 171 kg. Menurut Eko, jumlah tersebut belum cukup untuk mengumpulkan poin rekor dunia. Eko harus bisa menaikkan jumlah angkatan agar dapat mengulang total angkatan terbaiknya, 317 kg.
Perhatikan fisik
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengatakan, kemajuan latihan Eko Yuli cukup baik. “Eko hanya perlu memperhatikan fisiknya saja. Kalau untuk angkatan, saya rasa tidak sulit untuk mengulang atau minimal mendekati angkatan terbaik,” katanya.
Alamsyah menuturkan, tantangan Kejuaraan Dunia paling berat dihadapi oleh Deni (kelas 67 kg) dan Triyatno (73 kg). Deni ditantang untuk bisa melakukan angkatan 320 kg, sementara Triyatno 345 kg. Apabila angkatan mereka tidak mendekati rekor dunia, kecil kemungkinan bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
“Padahal, lolosnya Deni dan Triyatno ke Olimpiade sangat penting agar bisa mendukung penampilan Eko Yuli. Selama ini, hanya Deni dan Triyatno yang bisa menjadi rekan berlatih dan berlomba Eko. Lifter-lifter lain masih di bawah mereka,” kata dia.