Kekalahan dari Malaysia, 2-3, pada laga pertama kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia masih membekas dalam benak para pemain tim nasional Indonesia. Laga kontra Thailand pun akan menjadi laga penebusan.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim nasional sepak bola Indonesia ingin kembali merasa percaya diri dan dicintai pendukungnya. Kesempatan itu bisa diraih pada laga kedua Grup G putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 melawan Thailand di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (10/9/2019) pukul 19.30 WIB.
Pada laga tersebut, Tim ”Garuda” bertekad menebus kesalahan yang mereka lakukan saat dikalahkan Malaysia, 2-3, pada laga pertama, Kamis (5/9/2019) malam. Para pemain Indonesia pada malam itu dengan mudah kehilangan energi dan konsentrasi sehingga menelan kekalahan yang tragis.
Para pendukung Indonesia pun marah karena peluang untuk meraih tiga poin di rumah telah disia-siakan. Pelatih Indonesia Simon McMenemy dan para pemain lantas dihujani kritikan pedas. ”Sulit bagi kami untuk melupakan kekalahan itu. Namun, kami profesional dan sekarang yang terpenting adalah bagaimana merespons kekalahan itu,” ujar McMenemy, Senin (9/9/2019), di Jakarta.
Menurut McMenemy, tim yang kuat adalah tim yang mampu merespons dengan baik segala keadaan, termasuk ketika menelan kekalahan pahit. Tim Garuda pun ingin membuktikan diri bisa menjadi tim yang kuat. Sejauh ini, pelatih asal Skotlandia itu bangga para pemainnya masih memiliki motivasi tinggi untuk bangkit dan berjuang lagi.
Berbagai kesalahan terjadi pada laga pertama itu pun sudah dievaluasi, terutama yang menyangkut faktor fisik dan mental. Oleh karena itu, McMenemy sengaja meliburkan para pemain pada Sabtu lalu dan mengajak para pemainnya makan malam. Ia ingin para pemain bisa diajak berbicara dari hati ke hati sembari memulihkan tenaga.
Sesi latihan pada Minggu (8/9/2019) sore juga berlangsung lebih singkat karena McMenemy ingin para pemainnya menuntaskan proses pemulihan fisik. Kondisi fisik yang prima menjadi modal penting untuk melawan Thailand yang diperkuat para pemain berbahaya, seperti Chanatip Songkrasin dan Supachok Sarachat. Tim ”Gajah Perang” juga ditangani Pelatih Akira Nishino yang sebelumnya mengantar Jepang hingga babak 16 besar Piala Dunia 2018.
Dari segi taktik, McMenemy ingin mengulangi pola permainan yang sudah mereka terapkan pada babak pertama melawan Malaysia. Tantangannya adalah menjaga konsistensi pola menyerang pada babak kedua. ”Kami ingin membuktikan itu. Para pemain juga ingin terus berlari sampai mereka tidak bisa berlari lagi,” katanya.
Bagi kapten timnas Indonesia Andritany Ardhiyasa, laga kontra Thailand merupakan cara terbaik untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap timnas. ”Kami ingin segera main lagi. Saya sudah tidak sabar menunggu laga besok,” ujarnya.
Andritany dan para pemain Indonesia lainnya rupanya tidak bisa berharap mendapat dukungan penuh dari masyarakat pada laga kontra Thailand. Menurut Kepala Hubungan Media dan Promosi Digital PSSI Gatot Widakdo, pihaknya baru bisa menjual tiket sebanyak 7.000 lembar dari total 55.000 lembar tiket hingga Senin malam. Adapun pada laga kontra Malaysia, jumlah penonton di GBK mencapai sekitar 54.000 orang.
Mencari gol
Apabila Indonesia ingin menebus kesalahan, Thailand datang ke GBK dengan misi lain, yaitu memulihkan ketajaman mereka. Dalam empat laga terakhir, Thailand selalu gagal membobol gawang lawan termasuk saat menjalani laga kualifikasi pertama melawan Vietnam yang berakhir imbang 0-0.
”Pertama, kami harus mencetak gol (ke gawang Indonesia). Oleh karena itu, kami harus fokus dalam menciptakan banyak peluang gol dan membiarkan semua pemain untuk terlibat (dalam proses mencetak gol),” ujar Nishino.
Absennya striker andalan Thailand, Teerasil Dangda dan Adisak Krasiorn, karena cedera turut mengurangi ketajaman mereka. Selain itu, Nishino masih harus kehilangan dua pemain penting lagi akibat cedera ketika melawan Vietnam, yaitu Titiphan Phuangchan dan Peeradon Chamratsamee. Kedua pemain itu kemudian digantikan oleh Anon Amonlertsak dan Parcharaphon Inthi.
McMenemy pun tidak lantas senang melihat calon lawannya telah kehilangan banyak pemain. Hal itu justru bisa menjadi ilusi yang merugikan tim. ”Thailand tetap saja berbahaya meski hanya bermain dengan 10 orang. Strategi kami harus lebih baik,” ujarnya.
Mantan pelatih Bhayangkara FC itu juga tidak mau terintimidasi dengan sejarah pertemuan kedua tim. Dalam dua pertemuan terakhir, Indonesia selalu kalah. Kali terakhir Indonesia bisa mengalahkan Thailand adalah pada laga pertama final Piala AFF 2016 yang berlangsung di Stadion Pakansari, Bogor. Indonesia menang 2-1, tetapi kalah pada laga kedua di Thailand, 0-2.