Tim nasional sepak bola Indonesia terpuruk di dasar klasemen Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Dua kekalahan beruntun menegaskan kualitas sepak bola Indonesia masih tertinggal jauh.
Oleh
Yulvianus Harjono
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mimpi sepak bola Indonesia menembus level dunia atau setidaknya Asia kian menjauhi kenyataan seusai dikalahkan Thailand, 0-3, di laga Grup G kualifikasi putaran kedua Piala Dunia 2022 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (10/9/2019) malam. Penampilan tim ”Garuda” masih diwarnai kesalahan individual.
Suasana di Stadion Utama GBK bak kuburan begitu wasit Ma Ning dari China untuk kali terakhir meniupkan peluitnya di laga itu. Teriakan ”In-do-ne-sia, In-do-ne-sia!” terdengar sayup-sayup. Ironisnya, teriakan simpatik itu justru datang dari ratusan pendukung Thailand yang mencoba menghibur Indonesia.
Adapun sebagian pendukung Indonesia mulai meninggalkan bangku stadion ketika laga masih tersisa 10 menit. Kontras dengan laga sebelumnya, yaitu kontra Malaysia, Stadion Utama GBK memang lebih senyap sejak awal laga. Tercatat hanya 11.619 penonton yang hadir menyaksikan laga semalam.
Padahal, pihak PSSI telah memberikan potongan harga tiket hingga 20 persen. Lalu, sebagai perbandingan, ketika dibekap Malaysia, 2-3, Kamis pekan lalu, stadion ini disesaki 54.469 orang. Itu merupakan rekor penonton terbanyak pada babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia sejauh ini.
Laga kemarin menjadi penegas rentetan hasil buruk tim Garuda di putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Itu merupakan kekalahan pertama di kandang dari Thailand pada dekade ini. Itu sekaligus menjadi kekalahan terburuk Indonesia dari Thailand dalam 11 laga terakhir atau sejak November 2000. Ketika itu, Indonesia takluk 1-4 di Bangkok dalam ajang Piala AFF.
Indonesia pun kian terpuruk di Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia yang dihuni lima tim. Saat ini, mereka terbenam di dasar grup itu dengan koleksi nol poin dari dua laga kandang. Di saat sama, Thailand melesat ke puncak dengan koleksi empat poin dari dua laga. Mereka ditempel Uni Emirat Arab yang menang 2-1 atas Malaysia di Kuala Lumpur, kemarin malam. UEA dan Malaysia kini mengemas tiga poin.
Menyusul kekalahan itu, peluang Indonesia melaju ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2022 kian berat. Tak hanya itu, jalan menuju Piala Asia 2023 pun kian terjal. Hanya dua tim terbaik di Grup G yang berpeluang melaju ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2022 ataupun Piala Asia 2023. Pada laga selanjutnya, 10 Oktober mendatang, Indonesia akan bertandang ke markas UEA, tim unggulan di Grup G.
Menyusul kekalahan dari Thailand itu, teriakan ”Simon Out!” pun marak disuarakan para suporter seusai menyaksikan laga itu. Meskipun demikian, Simon McMenemy, Pelatih Kepala Timnas Sepak Bola Indonesia, menyiratkan enggan mundur dari jabatannya. Ia bahkan meminta berbagai pihak realistis dalam berekspektasi mengenai kiprah timnya di kualifikasi Piala Dunia 2022.
”Tentu saja. Suporter selalu punya opininya masing-masing. Namun, di sini, saya mewakili 250 juta orang (penduduk Indonesia). Bukan hanya sejumlah suporter. Mereka (suporter) harus realistis. Kami menghadapi tim bagus yang punya sejumlah pemain yang tampil di Liga Jepang,” ujar Simon ketika ditanya apakah dirinya masih laik memimpin tim Garuda dalam sesi jumpa pers seusai laga itu.
Seperti laga saat melawan Malaysia, Indonesia sebetulnya tampil cukup baik pada babak pertama. Meskipun memainkan taktik yang lebih defensif, yaitu dengan pola 5-3-1-1, tim Garuda mampu menciptakan sejumlah peluang emas gol, antara lain lewat pergerakan penyerang Irfan Bachdmin yang dimainkan sejak menit pertama laga itu. Indonesia juga tidak memberikan banyak ruang bagi Thailand untuk mengembangkan permainannya.
Namun, di babak kedua, petaka mulai terjadi. Para pemain bertahan mulai kehilangan kedisiplinan dan konsentrasi untuk menjaga ruang ataupun menangkal pergerakan para gelandang serang Thailand. Situasi ditambah buruk dengan sejumlah kesalahan, salah satunya oleh kiper Andritany Ardhiyasa, yang memicu penalti untuk Thailand di menit ke-65. Kiper Persija Jakarta itu pun selalu disoraki suporter Indonesia tiap kali menyentuh bola seusai penalti itu.
Meskipun mengakui sejumlah kesalahan dari pemain, Simon lagi-lagi tetap membela para pemainnya, khususnya Andritany. ”Kami melakukan tiga atau bahkan empat kesalahan individual di laga ini. Dalam laga internasional seperti ini, sedikit saja kesalahan bisa menghukum Anda. Kiper selalu dalam kondisi sulit. Sedikit saja salah, itu bisa berujung gol. Namun, Andritany tidak pantas disoraki. Ia telah membela timnas dan Persija dalam waktu yang sangat lama,” tuturnya kemudian.
Tidak ditargetkan
Direktur Humas dan Promosi Digital PSSI Gatot Widakdo berkata, Simon sebetulnya memang tidak ditargetkan meloloskan Indonesia ke Piala Dunia 2022. Target mantan pelatih Bhayangkara FC itu adalah menjuarai Piala AFF 2020 mendatang. Namun, PSSI tetap punya harapan Indonesia setidaknya bisa lolos ke Piala Asia 2023. Kali terakhir Indonesia tampil di turnamen itu adalah pada 2007, yaitu saat menjadi tuan rumah bersama.
Sementara itu, Pelatih Kepala Thailand Akira Nishino mengapresiasi positif kinerja timnya. Meskipun mengalami krisis striker menyusul cederanya Teerasil Dangda, Adisak Kraisorn, dan Thitipan Puangchan, Thailand tetap mampu menang besar di Jakarta. Ia secara khusus juga memuji sejumlah penyerang muda Thailand, seperti Supachok Sarachart (21), yang memborong dua gol di laga itu.
”Hari ini, saya memainkan satu striker dengan ditopang tiga pemain muda. Mereka tampil baik dan menjawab kritik (seusai ditahan Vietnam 0-0 di Bangkok). Hari ini, para pemain mampu mengeksekusi instruksi saya dengan baik di lapangan,” ujar Akira, mantan pelatih Jepang yang membawa tim ”Samurai Biru” melaju jauh hingga babak 16 besar Piala Dunia Rusia 2018.