Kemampuan fokus pada setiap poin tidak dimiliki para petenis Indonesia. Mereka bisa kehilangan fokus saat unggul. Ini karena petenis Indonesia jarang menghadapi momen itu karena minim tampil di turnamen.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minim pengalaman bertanding dalam kejuaraan internasional membuat petenis Indonesia tak bisa bertahan menghadapi tekanan ketika melawan Selandia Baru dalam kejuaraan tenis Piala Davis Grup II Zona Asia/Oseania. Mereka akan menghadapi ujian lebih berat karena wajib memenangi tiga pertandingan setelah tertinggal 0-2 pada Sabtu (14/9/2019).
Kekalahan pada hari pertama di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Jakarta, dialami Muhammad Rifqi Fitriadi dari Ajeet Rai, 6-7 (7), 3-6. Penonton pun semakin kecewa ketika David Agung Susanto juga gagal menyumbangkan kemenangan karena kalah dari Rhett Purcell, 6-3, 4-6, 0-6.
Kekalahan Rifqi dan David tak sepenuhnya dipengaruhi perbedaan kemampuan teknis dengan lawan yang berperingkat dunia lebih tinggi. Faktor nonteknis justru menjadi kunci kekalahan tersebut.
Mereka kalah justru setelah sempat mengungguli lawan masing-masing. Setelah memenangi set pertama, David unggul, 4-1, pada set kedua. Situasi ini membangunkan harapan akan terjadinya hasil imbang, 1-1, setelah kekalahan Rifqi.
Namun, petenis yang telah memperkuat Tim Davis Indonesia sejak 2010 itu kalah setelah Purcell memenangi 11 gim beruntun. Sikap tubuh David terlihat menyerah pada set ketiga. Dia sering kali tak bergerak untuk mengejar bola dari Purcell dan memberi poin gratis kepada lawan dengan melakukan kesalahan.
”Saya bingung sendiri. Ketika lawan bangkit, saya kehilangan fokus dan sulit untuk mengembalikan fokus seperti pada set pertama. Sulit juga menjelaskannya,” kata David yang memenangi kurang dari 10 poin pada set ketiga.
Ini berbeda dengan sikap lawan di seberang net. Purcell tak pernah berpikir akan kalah meski tertinggal jauh. Dengan dukungan dari rekan-rekan satu tim, sikap tubuhnya tak pernah terlihat menyerah. Dia mengejar bola ke mana pun meski dalam posisi sulit.
”Saya sendiri tak tahu bagaimana bisa menang dengan cara seperti tadi. Yang pasti, saya selalu berusaha menemukan ritme permainan, terutama setelah kehilangan momentum hingga pertengahan set kedua,” tuturnya.
Pada laga awal, Rifqi menyia-nyiakan lima set point pada set pertama. Empat di antaranya didapat saat membutuhkan satu poin lagi untuk memenangi set pembuka. Dia unggul, 6-2, pada tie-break. ”Kesalahan saya adalah bermain terlalu ’aman’ pada keunggulan itu. Justru lawan yang menekan saya,” kata Rifqi.
Dalam keunggulan itu, Rifqi tak berani mengambil risiko dengan menekan lawan. Dia justru lebih banyak bertahan. Rai berbalik unggul, merebut lima poin beruntun: dua dari winner dan tiga dari kesalahan Rifqi. ”Kapten meminta saya untuk tetap tenang dan saya berusaha fokus pada poin demi poin,” ujar Rai.
Kemampuan fokus pada setiap poin itulah yang tak dimiliki pemain Indonesia. Mereka bisa kehilangan fokus tak hanya saat tertinggal, tetapi juga saat unggul. Ini karena David dan kawan-kawan jarang menghadapi momen itu akibat jarang bertanding.
Berdasarkan data dari Federasi Tenis Internasional (ITF) dan Asosiasi Tenis Profesional (ATP), anggota Tim Davis Indonesia hanya bertanding pada satu hingga lima turnamen ITF pada 2019. Adapun pemain-pemain Selandia Baru bertanding pada 10-27 turnamen ITF dan ATP Tour. Michael Venus dan Marcus Daniell bahkan berpengalaman tampil di Grand Slam.
”Pemain lawan tetap berjuang saat tertinggal, sedangkan penampilan pemain Indonesia menurun. Ini karena mereka minim pengalaman dalam mengikuti turnamen. Saya pikir, tadinya, Indonesia bisa unggul 2-0 hari ini,” kata kapten tim Indonesia Febi Widhiyanto.
Peluang berat
Peluang untuk menang semakin berat karena David dan kawan-kawan harus memenangi semua pertandingan Minggu yang diawali nomor ganda, lalu dua tunggal. Menghadapi pemain ganda Selandia Baru, dengan reputasi juara Grand Slam, peluang tim ”Merah Putih” untuk memperpanjang ”napas” dan membuka peluang tampil pada play off Grup Dunia I 2020 semakin berat. Sejak awal, Indonesia tak menargetkan kemenangan dari nomor ini.
Selandia Baru diperkuat Venus, petenis peringkat ke-10 dunia pada nomor ganda. Dia menjuarai ganda putra Perancis Terbuka 2017 (bersama Ryan Harrison/AS), finalis ganda putra Wimbledon 2018 (Raven Klaasen/Afrika Selatan), serta finalis ganda campuran AS Terbuka 2017 dan 2019 bersama Chan Hao Ching (Taiwan). Tahun ini, Venus juga menjadi semifinalis Wimbledon bersama Klaasen.
Venus direncanakan berpasangan dengan Daniell (peringkat ke-46 ganda). Meski tak pernah menjuarai Grand Slam, Daniell aktif berkompetisi di ATP Tour. ”Saya rasa pertandingan hari Minggu tidak akan mudah juga untuk dimenangi, terbukti hari ini pertandingan berjalan ketat. Namun, sudah pasti kami akan sangat berkonsentrasi untuk ganda,” tutur kapten tim Selandia Baru, Alistair Hunt.
Sementara, jika mengikuti hasil undian, pada Jumat, Indonesia akan mengandalkan Anthony Susanto/Ari Fahresi. Namun, seperti dikatakan kapten tim Indonesia, Febi Widhiyanto, perubahan formasi dimungkinkan terjadi. Menghadapi tantangan berat, Febi mengatakan, dia akan menurunkan pasangan terbaik.
”Belum tahu siapa. Bisa David/Rifqi, David/Anton, Rifqi/Anton, atau yang lain. Saya akan melihat kesiapan mereka menjelang pertandingan,” ujar Febi. Sesuai peraturan, formasi pemain ganda bisa diubah, maksimal, satu jam sebelum pertandingan dimulai.