Sekitar tiga minggu berselang, kebakaran ratusan hektar lahan gambut di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, belum bisa dipadamkan oleh petugas gabungan. Titik api baru selalu muncul setiap hari.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sekitar tiga minggu berselang, kebakaran ratusan hektar lahan gambut di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, belum bisa dipadamkan oleh petugas gabungan. Selain karena jumlah personel pemadam yang terbatas, titik api baru juga selalu muncul.
Hingga Minggu (15/9/2019), upaya pemadaman kebakaran lahan gambut di Kolaka Timur terus dilakukan. Tim dari Manggala Agni, TNI, Polri, dan masyarakat terus berusaha memadamkan api yang membakar sekitar 445 hektar lahan gambut di Kecamatan Lalolae. Akan tetapi, api belum juga mampu dipadamkan karena titik api selalu bertambah.
Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Sulawesi Tenggara Yanuar Fanca Kusuma menjelaskan, titik api baru selalu muncul hampir setiap hari. Titik-titik api itu muncul saat pagi atau malam. Sebuah titik api bahkan menyebar hingga menambah luasan kebakaran hingga puluhan hektar.
Minggu lalu tiba-tiba bahkan muncul titik api kedua yang besar sehingga kebakaran semakin meluas.
”Kami melakukan pemadaman api di bagian tengah lokasi yang terbakar. Akan tetapi, di bagian pinggir lokasi itu ada titik kebakaran baru. Minggu lalu tiba-tiba bahkan muncul titik api kedua yang besar sehingga kebakaran semakin meluas. Kami masih fokus di lokasi pertama, sementara lokasi titik api kedua juga terus bergerak perlahan dengan luasan mencapai 140 hektar,” ucap Fanca saat dihubungi dari Kendari.
Menurut dia, selain upaya pemadaman, pencegahan terjadinya kebakaran baru harus terus dilakukan. Sebab, meski telah memadamkan satu lokasi, jika titik api terus muncul, akan membuat kebakaran baru yang terus meluas.
Terlebih lagi, lokasi kebakaran merupakan lahan gambut yang sulit dipadamkan. Lokasi kebakaran yang terjadi saat ini berbatas kanal dengan lokasi perusahaan sawit PT Sari Asri Rezeki dan di sisi lain berbatasan dengan perkebunan masyarakat.
Oleh karena itu, ia berharap agar berbagai pihak benar-benar serius untuk menangani pemadaman kebakaran lahan yang sedang terjadi. Pemberian sanksi kepada pelaku pembakaran, juga pencegahan terjadinya kebakaran, akan sangat membantu tuntasnya pemadaman.
Kepala Kepolisian Resor Kolaka Ajun Komisaris Besar Bambang Satriawan menyampaikan, pihaknya masih menyelidiki kebakaran lahan yang terjadi di wilayah Kolaka Timur tersebut. Hingga saat ini, belum ada pihak yang ditangkap terkait upaya pembakaran lahan.
”Masih dalam penyelidikan anggota di lapangan. Jika ditemukan adanya unsur kesengajaan dari masyarakat ataupun korporasi, kami siap melakukan penindakan. Kami juga mengintensifkan imbauan kepada semua pihak untuk tidak melakukan pembakaran lahan,” ucapnya.
Terkait kebakaran lahan, Bambang menambahkan, pihaknya telah menangani dua kasus yang pelakunya telah ditangkap. Satu warga Lambandia, Kolaka Timur, berinisial A (47), ditangkap pada 15 Agustus lalu karena merusak baliho larangan pembakaran lahan. Pelaku telah divonis satu bulan penjara. Sementara satu orang lagi ditangkap karena membakar lahan di lokasi berbeda, tepatnya di Watubangga, Kabupaten Kolaka.
Kebakaran lahan yang terjadi di Kolaka Timur memang bukan kali pertama terjadi. Namun, kebakaran pada 2019 di lahan gambut yang juga situs lahan basah dunia ini salah satu yang berdampak besar dan berlangsung cukup lama.
Asap dari kebakaran lahan membuat aktivitas masyarakat terganggu. Pada pagi dan sore, asap tebal membubung tinggi dan menyebar di sejumlah kecamatan, yaitu Lalolae, Mowewe, dan Rate-rate. Asap beberapa kali bahkan menyeberang ke Kolaka, kabupaten tetangga yang terdekat dari lokasi kebakaran.
Sejumlah warga di beberapa desa terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kepala Puskesmas Mowewe Selvina Lakasa menyampaikan, tujuh orang telah datang memeriksakan kesehatan karena sesak napas dan batuk parah.
Namun, di Puskesmas Lalolae belum ada warga yang datang memeriksakan kesehatan karena asap. Menurut Kepala Puskesmas Lalolae Sudarni Geno, pihaknya telah membagikan masker kepada warga untuk mengantisipasi dampak dari asap yang terus datang.
”Asap memang terus datang, biasanya pagi dan sore hari. Untuk yang ISPA karena asap belum terdata. Kami sudah mengimbau kalau ada yang merasa sesak segera memeriksa,” ucapnya.
Terkait masih menyeruaknya asap akibat belum tuntasnya pemadaman lahan, Fanca menambahkan, kendala lain yang dihadapi adalah cuaca terik yang ekstrem. Panas terik membuat pemadaman sulit dan menguras tenaga personel di lapangan.
”Kami terus berusaha, bersama TNI dan Polri, untuk memadamkan kebakaran. Tapi, jumlah personel yang terlatih dan serius terbatas. Butuh bantuan pemadaman dari udara karena dari darat saja tidak cukup,” kata Fanca.