Liverpool, juara bertahan Liga Champions Eropa, langsung diuji musuh lamanya, Napoli, pada penyisihan grup pada Rabu dini hari WIB. Italia selalu menjadi medan yang sulit ditaklukkan oleh ”The Reds”.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
NAPOLI, SENIN — Sebelum menjamu Liverpool FC pada pekan pertama penyisihan Grup E Liga Champions Eropa, Pelatih Napoli Carlo Ancelotti mengomel di media sosial. Ancelotti mengeluhkan kondisi kamar ganti tim di Stadion San Paolo yang masih acak-acakan karena tengah direnovasi.
”Saya telah melihat kamar ganti tim. Saya sulit berkata-kata. Dalam dua bulan, Anda bisa membangun rumah. Namun, mereka bahkan tidak mampu menyelesaikan renovasi kamar ganti? Ke mana kami harus berganti pakaian ketika menghadapi Liverpool? Saya marah dengan ketidakbecusan ini,” kata Ancelotti seperti dikutip The Sun.
Masalah kamar ganti itu mendadak menjadi topik menarik jelang laga pembuka Liga Champions musim 2019-2020 ini. Untuk dua musim beruntun, Napoli dan Liverpool bertemu di penyisihan grup. Ini bak deja vu mengingat ”The Reds” juga harus menjalani laga tandang pertamanya di San Paolo, musim lalu.
Manajer Liverpool Juergen Klopp pun dimintai komentarnya oleh jurnalis Inggris terkait renovasi Stadion San Paolo. Berbeda dengan Ancelotti, Klopp tidak terlalu mempersoalkan hal itu. Ia tidak khawatir kondisi kamar ganti yang berantakan akan mengotori setelan jas mewahnya seharga ratusan juta rupiah.
”Saya hanya memakai jas di acara pernikahan dan pemakaman,” ucap Klopp.
Tidak seperti Ancelotti yang selalu tampil rapi, Klopp tidak pernah mengenakan jas dan dasi saat mendampingi Liverpool di medan laga. Ia selalu tampil kasual dengan setelan jaket dan celana latihan serta topi hitam yang menjadi ciri khasnya.
”Saya tidak butuh tampil bagus di lapangan. Tim sayalah yang harusnya terlihat menawan. Itu tujuan utamanya,” ujar Klopp.
Seperti dikatakan Klopp, penampilan timnya jauh lebih penting dari dirinya. Tidak seperti cara berpakaian Klopp, penampilan The Reds jauh lebih enak dilihat dan necis. Filosofi itu membuat The Reds terus tampil konsisten dua musim terakhir dan mencatat lima kemenangan beruntun di Liga Inggris musim ini. Namun, catatan menawan itu tidaklah berlaku di Italia.
Liverpool kerap kesulitan bertandang ke Italia. Dalam tiga kunjungan terakhirnya di ”Negeri Sphagetti” itu pada ajang Liga Champions, The Reds selalu kalah, yaitu dari Napoli (Oktober 2018), AS Roma (Mei 2018), dan Fiorentina (September 2009). Saat melawan Napoli di San Paolo, Liverpool bahkan tak berkutik.
The Reds tak hanya kalah 0-1, tetapi juga tidak mampu membuat satu pun tendangan ke gawang Napoli. Klopp pun mengakui, penampilan timnya saat itu adalah yang terburuk di Liga Champions. ”Saya bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kalinya kami tampil seperti ini (tidak bisa membuat peluang gol),” ujarnya ketika itu seperti dikutip di situs resmi Liverpool.
Klopp ketika itu kalah taktik dari Ancelotti, salah satu pelatih tersukses dengan tiga trofi Liga Champions. Di luar dugaan, Ancelotti berani bermain di luar kebiasaannya, yaitu 3-4-3. Permainan melebar yang bertumpu pada serangan sayap itu memaksa dua bek sayap Liverpool, Andy Robertson dan Trent Alexander-Arnold, menghabiskan waktu mengawal pergerakan sayap Napoli, Dries Mertens dan Lorenzo Insigne.
Anak emas Ancelotti
Padahal, suplai bola ataupun serangan Liverpool selama ini tidak jarang dibangun oleh kedua bek sayap ofensif tersebut. Taktik yang sama kemungkinan kembali diterapkan Ancelotti pada laga dini hari nanti. Napoli berpeluang tampil lebih berbahaya ketimbang musim lalu mengingat mereka kini memiliki penyerang sayap yang lebih lincah dan tajam, yaitu Hirving Lozano.
Menurut Arrigo Sacchi, pelatih legendaris Italia yang menjadi ”guru” Ancelotti, Lozano adalah anak emas baru dari muridnya itu. Lozano langsung mencetak gol pada debutnya di Napoli saat melawan Juventus, akhir Agustus. Napoli juga punya dendam khusus atas Liverpool. Tim asal Inggris itu mengandaskan mimpi Napoli lolos ke babak 16 besar musim lalu seusai menang 1-0 di Anfield pada laga terakhir penyisihan grup, Desember lalu.
Sacchi meyakini Napoli telah berlajar dari pengalaman musim lalu dan bakal lebih matang di musim keduanya bersama Ancelotti. ”Saya yakin Napoli bakal membuat orang terkagum-kagum di musim ini. Hal itu mungkin terjadi di Liga Champions,” ujar Sacchi dikutip Football-Italia.
Keyakinan itulah yang membuat Insigne memutuskan tetap bertahan di klub Italia itu meskipun sempat diisukan bakal hengkang musim panas lalu. ”Kami harus melangkah sejauh mungkin di Liga Champions musim ini. Saya berharap bisa lolos ke final dan memenanginya. Itu dimulai dengan laga lawan Liverpool. Saya berusaha untuk tampil bagus di laga ini,” ujar Insigne. (AFP)