Atlet-atlet atletik dikondisikan berlatih dalam suasana kompetitif supaya mereka terbiasa dengan atmosfer persaingan menjelang SEA Games 2019. Atlet yang turun performanya saat pelatnas, bisa dicoret dari tim SEA Games.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sekitar dua bulan menjelang SEA Games 2019 di Filipina, nyaris tidak ada lagi uji coba pertandingan ataupun kejuaraan untuk atlet agar dapat jam terbang perlombaan. Untuk itu, tim pelatih berupaya mewujudkan iklim kompetisi selama pelatnas berlangsung. Hanya atlet-atlet dengan grafik terbaik yang dijanjikan ikut SEA Games 2019, di mana daftar resmi atlet PB PASI yang akan ikut ajang tersebut, bakal dirilis pada 20 September mendatang.
Di sana, anginnya kencang sekali
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini ditemui di Jakarta, Selasa (17/9/2019), mengatakan, jelang SEA Games 2019, praktis hanya ada Kejuaraan Atletik Laskar Pelangi Terbuka 2019 di Belitung, pada 11-14 September, dan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) di Jakarta, 19-26 September, untuk atlet mendapatkan suasana perlombaan. Namun, kejuaraan di Belitung itu tidak efektif dijadikan untuk pemanasan SEA Games. Sebab, angin di sana mencapai plus tiga.
Bahkan, satu-satunya sprinter senior pelatnas yang ikut ajang itu, Bayu Kertanegara hanya mampu berlari 10,90 detik kala meraih perak di sana. Padahal, waktu terbaiknya 10,79 detik kala ikut Universiade 2019 di Napoli, Italia beberapa waktu lalu. "Di sana, anginnya kencang sekali. Jadi, ajang itu tidak bisa jadi patokan grafik atlet. Selain itu, yang ikut ajang itu juga cuma Bayu," ujar Pelatih Atletik Terbaik Asia 2019 itu.
Iklim kompetisi ini sangat penting agar atlet tidak bersantai-santai
Demikian juga dengan Pomnas 2019, tidak ideal sebagai ajang pemanasan. Eni menuturkan, di ajang itu, sprinter senior pelatnas yang ikut hanya Joko Kuncoro Adi. Sisanya adalah pelari yunior pelatnas Jeany Nuraini dan Diva Aprilian. Mereka diprediksi tidak mendapatkan tekanan berarti dari para pesaingnya.
Untuk itu, Eni tidak menjadikan dua ajang itu sebagai bahan evaluasi ataupun tempat atlet mendapatkan iklim pertandingan. Namun, agar suasana perlombaan tetap muncul, ia mewujudkan iklim kompetisi itu selama latihan sehari-hari. "Iklim kompetisi ini sangat penting agar atlet tidak bersantai-santai. Mereka harus ada motivasi jadi yang terbaik supaya pas ikut kejuaraan mereka punya semangat untuk meraih medali," katanya.
Eni mengutarakan, pengurus PB PASI dan tim pelatih hanya akan mengirim atlet-atlet yang menunjukkan grafik terbaik selama pelatnas. Nama mereka yang ikut SEA Games 2019 akan dirilis pada 20 September mendatang. "Kecuali Lalu Muhammad Zohri yang tidak akan dikirim ke SEA Games, hanya atlet-atlet yang grafiknya terus menanjak yang akan dikirim ke SEA Games. Jadi, kalau ada atlet senior yang grafiknya jelek, mereka tidak akan dikirim dan tidak segan-segan diganti yuniornya yang menunjukkan grafik lebih baik," tuturnya.
Lari gawang
Hal yang sama disampaikan pelatih lari gawang PB PASI Fitri "Ongky" Haryadi. Ia mengatakan, kejuaraan di Belitung memang tidak efektif untuk pemanasan SEA Games. Selain angin kencang, atlet yang ikut nomor lari gawang juga terbatas. Itu juga kenapa dirinya tidak menurunkan atlet lari gawang putri terbaik nasional saat ini Emilia Nova di nomor spesialisasinya, lari gawang, pada kejuaraan tersebut.
"Di sana, Emil hanya turun di tolak peluru dan lempar lembing. Dari dua nomor itu, setidaknya Emil dapat suasana perlombaan saja. Sebab, dia sudah lama tidak ikut lomba karena harus menjalani pemulihan cedera tumit," ujarnya.
Pada Pomnas 2019, Ongky menuturkan, atlet lari gawang yang turun hanya Ken Ayu Thaya. Adapun Ken Ayu kemungkinan besar tidak dikirim ke SEA Games nanti. "Jadi, ini cuma ajang Ken Ayu memperbaiki catatan waktunya. Selama ini, catatan waktu terbaiknya 14,3 detik. Di Pomnas nanti, saya harap dia bisa tembus minimal 14,2 detik," katanya.
Bagi pelari yang ikut Pomnas 2019, ajang itu memang hanya untuk memperbaiki catatan waktu. Anggota tim estafet 4x100 meter yang kemungkinan dikirim ke SEA Games 2019, Joko Kuncoro Adi misalnya, bertekad mempertajam catatan waktu terbaiknya di nomor 100 meter dari 10,6 detik menjadi 10,4 detik.
"Di Pomnas 2019, persaingannya ga terlalu ketat. Apalagi atlet pelatnas yang turun ga terlalu banyak. Di 100 meter, selain saya, paling ada Sudirman Hadi yang turun. Untuk itu, kami paling fokus ke diri sendiri saja di Pomnas nanti. Saya bertekad tembus lari 10,4 detik supaya bisa mengimbangi Eko Rimbawan (rekannya di pelatnas)," pungkas Joko yang akan turun di nomor 100 meter dan estafet 4x100 meter di Pomnas 2019.