Dua kali gempa bumi yang berpusat di barat laut Tuban, Jawa Timur, Kamis (19/9/2019), dirasakan sebagian warga Surabaya. Gempa tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Dua kali gempa bumi yang berpusat di barat laut Tuban, Jawa Timur, Kamis (19/9/2019), dirasakan oleh sebagian warga Surabaya. Belum ada laporan kerusakan ataupun korban dalam kejadian tersebut.
Gempa pertama bermagnitudo 5,6 terjadi sekitar pukul 14.06, berpusat di barat laut Tuban dengan kedalaman 656 kilometer. Selang 25 menit kemudian, gempa kembali terjadi di daerah yang sama dengan magnitudo 6.0.
Hingga pukul 17.30, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat belum mendapatkan laporan korban jiwa. Getaran gempa tersebut dirasakan sebagian warga Surabaya. Sebagian lainnya mempertanyakan getaran gempa yang tidak terasa.
Anggota staf Pusdalops BPBD Kabupaten Tuban, Frans Supriyadi, yang dihubungi dari Surabaya mengatakan, hingga Kamis malam belum ada laporan terkait dampak signifikan dari gempa yang terjadi di Laut Jawa sekitar 56-58 kilometer barat laut Tuban tersebut.
”Kami telah melaksanakan pemantauan dan pengumpulan informasi yang sampai saat ini belum ada laporan dampak kerusakan fisik akibat gempa,” ujar Frans.
Meski gempa berada cukup dekat dengan Tuban, menurut Frans, sesuai pemantauan, ada warga yang merasakan, tetapi ada pula yang tidak. ”Saya sendiri tadi siang ada di sebuah bukit di Geneng, tetapi tidak merasakan ada gempa,” ujarnya.
Menurut data BMKG Tuban, dua kali gempa di Laut Jawa terjadi pukul 14.06 WIB dengan magnitudo 5,6. Yang kedua pukul 14.31 dengan magnitudo 6,0. Dampak gempa justru lebih dirasakan di kawasan yang jauh, antara lain Bali dan Yogyakarta, karena efek vibrasi periode panjang. Adapun warga yang merasakan gempa tidak melaporkan dampak kerusakan.
”Saya kira getarannya berasal dari truk yang lewat depan kantor karena memang biasanya banyak truk lewat. Tetapi, kok, ini getarannya cukup lama. Setelah saya tahu, ternyata terjadi gempa,” ujar Aqwamit Torik (26), karyawan swasta yang bekerja di Rungkut, Surabaya.
Torik dan rekan-rekannya di lantai satu kantornya merasakan getaran gempa kedua selama sekitar 30 detik. Mereka tidak keluar kantor karena mengira tidak terjadi gempa. Sebab, tempatnya bekerja ada di kawasan industri yang sering lalu lalang truk dan kendaraan berat.
”Getaran gempa tidak mengakibatkan barang-barang di kantor rusak. Cuma saya merasa aneh saat melihat gelas air minum yang bergoyang-goyang isinya, seperti di film-film,” ucap Torik.
Di linimasa media sosial Twitter, sebagian besar mempertanyakan getaran gempa yang dialami sejumlah warga. Mereka banyak yang tidak merasakan getaran gempa. Infrastruktur di Surabaya pun tidak ada yang rusak akibat gempa.
”Surabaya gempa ya??? Tapi di Wonokromo ga kerasa,” ujar Alvian Bertho dalam akun Twitter-nya. Warganet lainnya, Aiyu Della, menuliskan, ”Surabaya gempa? Kok gue ga kerasa. Lagi di kamar mandi turun tangga dari lantai 10,” cuitnya di Twitter.