Napoli mengawali Liga Champions musim ini dengan sangat meyakinkan. Mereka langsung menumbangkan sang juara bertahan, Liverpool, dan menyampaikan pesan bahwa mereka kini lebih siap.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
NAPOLI, RABU — Analogi yang digunakan Pelatih Napoli Carlo Ancelotti ketika membahas sepak bola kerap terkait dengan makanan. Meminjam gaya Ancelotti ini, Napoli bisa dikatakan sudah menghabiskan makanan pembuka dan kini mulai menyantap hidangan utama.
”Sepak bola sama seperti acara makan siang bersama teman-teman: semakin banyak makan, Anda justru semakin lapar,” ujar Ancelotti dalam buku biografinya Carlo Ancelotti: The Beautiful Games of an Ordinary Genius. Dalam hal ini, si juru masak dan yang menjadi teman makan siang memegang peranan sangat penting dan bisa membuat perbedaan besar.
Analogi itu pun tepat untuk menggambarkan perjalanan Ancelotti dan Napoli di Liga Champions musim ini. Ancelotti si juru masak menghidangkan menu masakan yang lezat dan teman-teman makan siang itu, para pemain, kini merasa sangat lapar. Mereka tidak hanya ingin merebut juara Liga Italia, tetapi juga ingin melangkah lebih jauh di Liga Champions.
Pesan itu disampaikan Napoli pada laga perdana Grup E Liga Champions di Stadion San Paolo, Rabu (18/9/2019) dini hari WIB. Mereka tampil dengan mentalitas berbeda dan mampu menaklukkan juara bertahan, Liverpool, 2-0. Liverpool menjadi juara bertahan pertama yang kalah pada laga pembuka setelah AC Milan pada 1994.
”Napoli bisa menjuarai kompetisi ini. Anda tidak perlu menjadi tim terbaik untuk menjuarai Liga Champions. Anda hanya perlu menunjukkan kemampuan pada saat yang tepat,” kata Pelatih Liverpool Juergen Klopp, seperti dikutip laman UEFA. Momen bagi Napoli terjadi ketika Liverpool tidak lagi mampu menjaga pertahanan mereka dengan rapat.
Liverpool mampu menguasai permainan, terutama di lini tengah, pada laga itu. Gelandang ”The Reds” Fabinho tampil energik untuk menghentikan serangan yang dibangun Napoli. Gelandang asal Brasil itu efektif dalam membagi bola dan mengakselerasi transisi bertahan-menyerang.
The Reds juga memasang trio Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino sebagai trisula. Namun, mereka tidak mampu menembus pertahanan Napoli yang sangat solid, dipimpin duet Duet Kostas Manolas dan Kalidou Koulibaly.
Sebaliknya, Liverpool justru merasa sial karena wasit menjatuhi hukuman tendangan penalti setelah penyerang sayap Napoli, Jose Callejon, terjatuh menit ke-82. Klopp merasa tendangan penalti itu tidak adil karena Callejon terlihat berpura-pura jatuh.
”Sudah jelas itu bukan penalti. Callejon melompat sebelum terjadi kontak fisik (dengan bek Liverpool, Andy Robertson),” katanya.
Setelah striker Napoli, Dries Mertens, mengeksekusi tendangan penalti itu, Liverpool semakin tertekan. Bahkan, bek terbaik seperti Virgil Van Dijk sampai melakukan kesalahan mengoper bola, membuat Napoli menambah keunggulan melalui Fernando Llorente pada menit ke-90+2.
Kekalahan ini semakin menegaskan, Klopp dan The Reds masih kesulitan menang di San Paolo. Musim lalu, kedua tim juga bertemu pada fase grup dan Liverpool kalah 0-1 di Napoli. Meski poin Liverpool dan Napoli waktu itu sama, yaitu 9 poin, Liverpool yang akhirnya maju ke babak 16 besar karena lebih produktif mencetak gol dibandingkan dengan Napoli.
Lebih siap
Perjalanan Napoli musim lalu ibarat makanan pembuka bagi Ancelotti. Ia baru bergabung pada musim panas 2018 dan masih beradaptasi dengan tim. Selain gagal di Liga Champions, Napoli juga gagal mencapai target yang tidak kalah penting, merebut gelar juara Liga Italia dari Juventus.
Pada musim kedua ini, Napoli lebih siap dan Ancelotti mendapatkan tambahan pemain yang ia butuhkan. Beberapa pemain baru bergabung pada musim panas ini, seperti Hirving Lozano, Llorente, dan Eljif Elmas. Dengan demikian, Napoli sudah memiliki pemain pelapis agar bisa tampil konsisten di setiap kompetisi. Ini kemajuan yang tidak dimiliki Napoli pada era Maurizio Sarri.
Selain itu, Ancelotti juga mampu menularkan mentalitas yang dibutuhkan untuk tampil di Liga Champions. Pengalamannya meraih tiga gelar juara Liga Champions bersama AC Milan dan Real Madrid ia bagikan kepada para pemain. ”Saya ingin melihat tim yang selalu memercayai kualitasnya,” ujarnya, seperti dikutip Football-Italia.
Namun, seperti halnya acara makan siang, Ancelotti baru merasakan nikmatnya makanan pada gigitan pertama. Ia belum tahu apakah ”makanan” lain di mejanya juga sama enaknya. ”Musim masih panjang dan masih panjang jalan yang harus kami tempuh,” katanya.
Chelsea tumbang
Laga perdana Liga Champions musim ini bukan malamnya para jawara Eropa. Chelsea sebagai juara Liga Europa musim lalu juga ditaklukkan Valencia, 0-1. Gol tunggal itu dicetak Rodrigo Moreno pada menit ke-74. Chelsea mendapat kesempatan untuk menyamakan kedudukan melalui tendangan penalti, tetapi Ross Barkley gagal mengeksekusinya.
”Ini sebuah pelajaran. Kami sudah bermain bagus, tetapi masih kalah. Kabar baiknya, kami masih punya lima laga lagi untuk mengubah keadaan,” kata Pelatih Chelsea Frank Lampard. Selain kalah, Lampard juga kehilangan Mason Mount yang mengalami cedera engkel pada laga tersebut. Padahal, Chelsea akan bertemu Liverpool pada laga berikutnya di Liga Inggris, akhir pekan ini. (AP/AFP/REUTERS)