Manchester City didera masalah krisis bek tengah menjelang duel kontra Watford di lanjutan Liga Inggris, Sabtu malam ini. Masalah serius itu bahkan diyakini bisa berimbas pada upaya City mempertahankan gelar juara.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Manchester City baru-baru ini ”dinobatkan” sebagai klub sepak bola dengan skuad termewah sejagat dengan nilai investasi pemainnya mencapai 1,12 miliar dollar AS atau setara Rp 15 triliun. Namun, kemewahan itu tidak berlaku di sektor pilar, yaitu pertahanan, khususnya bek tengah, saat menghadapi Watford, Sabtu (21/9/2019) malam ini.
Kekalahan dari tim promosi, Norwich City, di Liga Inggris, pekan lalu, mengekspos masalah di pertahanan klub berjuluk ”The Citizens” itu. Tanpa Aymeric Laporte, bek tengah andalannya yang dibekap cedera lutut akhir Agustus, City terlihat rapuh. City pun menderita kekalahan pertamanya dalam 19 laga terakhir di Liga Inggris.
Musim ini, mereka telah kehilangan lima poin dan tertinggal jauh dari Liverpool yang mengemas poin sempurna, yaitu 15, dari lima laga, dan kini memuncaki klasemen sementara Liga Inggris. Sebagai perbandingan, pada musim lalu, City hanya sekali kehilangan poin dari tujuh laga awal. Mereka pun memuncaki klasemen pada pekan ketujuh. Hal serupa terjadi pada musim 2017-2018. Dari 20 laga awal, mereka 19 kali menang dan sekali imbang.
Pada musim baru ini, mereka dihadapkan pada tantangan nyata, yaitu krisis pemain bek tengah. Menyusul absennya Laporte, yang diperkirakan hingga Januari 2020 mendatang, City kini hanya memiliki dua bek senior, yaitu John Stones dan Nicolas Otamendi. Krisis itu kian memburuk menyusul cedera otot yang menimpa Stones menjelang duel kontra Shakhtar Donetsk di Liga Champions Eropa, Rabu lalu. Stones pun harus absen hingga lima pekan.
Maka dari itu, saat menghadapi Watford di Stadion Etihad malam nanti, City hanya punya satu bek senior tersisa, yaitu Otamendi. Menurut banyak pengamat Liga Inggris, City saat ini dalam masa sulit akibat krisis bek tengah itu. Gary Neville, mantan bek sayap di Liga Inggris, mengatakan, krisis itu terjadi akibat kebijakan City yang tidak serius berburu bek tengah baru pada jendela transfer musim panas lalu.
”Laporte bakal absen lama, adapun Kompany hengkang. Tidak mencari penggantinya bakal menjadi masalah besar bagi City. Otamendi selalu mudah dilewati sebagai bek tengah. Ia memang bukan tipe bek tengah yang disukai Guardiola. Ini bakal berdampak ke gelar juara (perburuan trofi Liga Inggris) City,” ujar Neville, seperti dikutip Goal.com.
Otamendi memang bukan pilihan utama Guardiola di sektor bek tengah. Pemain yang yang tampil buruk bersama tim nasional Argentina di Piala Dunia Rusia 2018 lalu itu lebih sering duduk di bangku cadangan City. Musim lalu, misalnya, ia hanya tampil 18 kali di Liga Inggris. Mayoritas, yaitu 14 laga di antaranya, bahkan ia ikuti sebagai pemain pengganti.
”Jika dapat memutar waktu, Guardiola mungkin menyesal dan akan mengejar (Harry Maguire). City kini kehilangan dua bek penting. Itu sungguh melukai mereka. Akhir pekan lalu, mereka nampak rapuh. Jika melawan tim seperti Norwich saja bisa seperti itu, apalagi menghadapi tim-tim besar di Liga Inggris dan Liga Champions?” ungkap Graeme Souness, mantan Manajer Liverpool, dikutip Manchester Evening News.
Bagi klub sebesar City, yang menjalani empat kompetisi dalam semusim, jumlah tiga bek tengah senior itu memang terbilang minim. Sebagai perbandingan, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Manchester United memiliki setidaknya empat bek tengah berpengalaman. City sebetulnya sempat berburu bek tengah baru untuk menggantikan Kompany yang kini berkarier sebagai pemain merangkap manajer di klub Belgia, RSC Anderlecht.
Selain Maguire, City juga sempat mengejar Matthijs de Ligt dan Kalidou Koulibaly, yang sempat masuk dalam daftar buruan klub juara bertahan Liga Inggris itu. Namun, City kurang ngotot mengejar ketiganya. Maguire lantas dipinang MU, De Ligt dibajak Juventus, adapun Koulibaly memilih tetap bertahan di Napoli.
Tantangan luar biasa
Masalah krisis bek tengah City ini baru bisa diatasi pada Januari 2020 mendatang, yaitu seiring pulihnya Laporte dan dibukanya jendela transfer musim dingin. Tak ayal, masa sulit ini memusingkan Manajer Manchester City Pep Guardiola. Untuk pertama kali di dalam karier manajerialnya, mantan pelatih Barcelona dan Bayern Muenchen itu dibelit persoalan krisis pemain, yaitu khususnya bek.
”Bagi saya, sebagai manajer, ini tantangan yang luar biasa sulit. Namun, saya yakin dengan satu hal yang orang-orang tidak ketahui, yaitu semangat dan komitmen. Kami bakal melakukan langkah maju untuk menyelesaikan masalah ini,” ujarnya.
Salah satu langkah itu adalah memainkan gelandang bertahan, Fernandinho, sebagai bek tengah. Uji coba ini sudah dimulai City saat menghadapi Donetsk. Pemain 34 tahun itu tampil cukup baik, City pun menang 3-0 saat itu. Fernandinho kemungkinan bakal dimainkan di posisi sama saat melawan Watford, tim juru kunci di klasemen Liga Inggris saat ini. ”Apa pun yang manajer butuhkan, saya siap dan akan melakukan hal terbaik seperti biasanya,” ujar Fernandinho.
Watford berpotensi mengejutkan City. Mereka punya semangat baru berkat hadirnya manajer Quique Sanchez Flores. Ia menggantikan Javi Gracia yang dipecat awal September lalu. Flores, yang juga pernah menangani Watford pada musim 2015-2016, melakukan debut di musim ini dengan baik. Pekan lalu, ia membawa Watford menahan tim raksasa Arsenal 2-2. (AFP)