Meski tak lagi mengandalkan kekuatan dan kecepatan, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan konsisten berprestasi pada turnamen level tertinggi. Mereka lolos ke final China Terbuka untuk menciptakan final sesama pemain Indonesia
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
CHANGZHOU, SABTU - Ganda putra senior Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan memperlihatkan konsistensi permainan di level atas dengan menembus final turnamen China Terbuka. Dengan demikian, pasangan ini berhasil melaju ke laga final pada semua turnamen bulu tangkis level BWF World Tour Super 1000 tahun ini.
Tampil di Olympic Sports Gymnasium, Changzhou, China, Sabtu (21/9/2019), Hendra/Ahsan menaklukkan pasangan tuan rumah, Li Junhui/Liu Yuchen, 22-20, 21-11. Kemenangan ganda putra peringkat dua dunia ini memastikan terjadi final sesama pemain Indonesia. Di final, Minggu, Hendra/Ahsan bertemu peringkat satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang mengalahkan rekan pelatnas, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, 21-8, 21- 16.
Ini adalah final ketiga Hendra/Ahsan pada turnamen BWF World Tour Super 1000. Sebelum China Terbuka, Hendra/Ahsan lolos ke final Indonesia Terbuka dan All England. Ketiga turnamen ini berada pada level teratas turnamen bulu tangkis BWF Tour, setelah Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
Dari dua final sebelumnya, Hendra/Ahsan menjadi juara All England. Di Indonesia Terbuka, mereka kalah dari Kevin/Marcus. Konsistensi Hendra/Ahsan semakin teruji setelah menjadi yang terbaik pada Kejuaraan Dunia 2019, Agustus lalu.
Secara keseluruhan, Hendra/Ahsan menjadi ganda putra yang paling banyak lolos ke final turnamen BWF tahun 2019, dengan delapan laga final termasuk China Terbuka. Kevin/Marcus, yang merupakan ganda putra terbaik dunia, berada di peringkat kedua dengan lima laga final.
Keberhasilan Hendra/Ahsan melaju pada tiga final turnamen level 1000 sama dengan pencapaian ganda campuran China, Zheng Siwei/Huang Ya Qiong. Juara dunia ini juga tampil konsisten dengan menjadi juara di All England dan Indonesia Terbuka.
Piawai
Pelatih ganda putra Indonesia Herry Iman Pierngadi menuturkan, konsistensi prestasi Hendra/Ahsan didapatkan karena kedua atlet piawai mengatur irama permainan. Hal itu yang membuat mereka unggul di semifinal, meskipun kecepatan dan kekuatan mereka mulai menurun.
”Hendra/Ahsan tahu kapan harus bermain cepat, kapan lambat. Mereka bisa bermain tenang, dan tidak terburu-buru mengembalikan kok lawan. Penempatan bola mereka juga sulit,” ujar Herry.
Kemenangan Hendra/Ahsan atas Li/Liu diraih dengan kondisi Ahsan cedera betis kanan dan kiri. Untuk menyiasati fisik kurang prima, Mereka menerapkan permainan taktis yang efisien. Kemenangan pada gim pertama, membuat juara dunia ini tampil lebih tenang pada dan menang dalam dua gim.
Asisten pelatih ganda putra Aryono Miranat mengatakan, kondisi betis Ahsan yang sedang sakit memaksa kedua atlet harus memperhatikan akurasi pukulan kok.
”Mereka harus lebih fokus bermain. Hendra yang mengcover lapangan, jadi buangan bola harus akurat dan efisien,” tutur pelatih yang mendampingi kedua pemain di China.
Dengan kondisi fisik yang kurang prima, Ahsan sengaja menghindari reli. ”Sebisa mungkin saya tidak banyak bergerak. Memang kami sengaja ubah strategi karena pergerakan jadi terbatas,” ujar Ahsan, dikutip dari laman PBSI.
Hendra mengatakan, ia merasa senang karena dua pasang ganda putra Indonesia bisa memastikan gelar juara. ”Untuk final, kami berharap melakukan yang terbaik saja. Kami senang bisa kembali all Indonesian Final, setelah terakhir kali di Jepang Terbuka,” ujarnya.
Peluang
Pada tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting berpeluang mempertahankan gelar setelah mengalahkan Anders Antonsen (Denmark), 18-21, 21-5, 21-14. Kemenangan Anthony diraih dengan susah payah. Menjelang gim ketiga Anthony sempat mendapat perawatan medis.
Pada laga final, Anthony akan bertemu pemain nomor satu dunia asal Jepang, Kento Momota. Pertemuan Anthony dan Momota adalah ulangan final tahun lalu. Ketika itu, Anthony unggul dengan 23-21, 21-19.
Anthony mengatakan, ia tidak mau terlalu memikirkan gelar juara tahun lalu. ”Itu sudah berlalu. Saya tidak terlalu memikirkan akan bertemu Momota di final karena menghadapi Antonsen di semifinal juga tidak mudah,” kata Anthony.
Belajar dari kekalahan dari Momota pada Jepang Terbuka 2019, Anthony harus menjaga fokus permainan sepanjang laga karena Momota termasuk atlet yang bermain konsisten sejak awal hingga akhir. (DNA)