Motivasi untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 membangkitkan semangat Triyatno untuk tampil lebih baik pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi IWF 2019 di Pattaya, Thailand.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
PATTAYA, KOMPAS — Lifter senior Indonesia, Triyatno, sukses memperbaiki angkatannya pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi IWF 2019. Dalam ajang yang termasuk dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 itu, Triyatno melakukan angkatan total 326 kg terdiri atas snatch 145 kg dan clean and jerk 181 kg.
Berlomba di kelas 73 kilogram di Pattaya, Thailand, Sabtu (21/9/2019), Triyatno menempati peringkat ke-5 Grup B. Lifter pelapisnya, Rahmat Erwin Abdullah, menempati peringkat ke-8 dengan angkatan total 318 kg, terdiri dari snatch 144 kg, clean and jerk 174 kg.
Jumlah angkatan Triyatno di Pattaya merupakan perbaikan rekor pribadi di ajang yang sama tahun lalu. Peraih dua medali Olimpiade itu membukukan angkatan total 325 kg (snatch 145 kg, clean and jerk 180 kg) di Ashgabat, Turkmenistan.
”Meski peringkatnya jauh dari harapan, tetapi penampilan Triyatno sudah lebih baik daripada tahun lalu. Ini menunjukkan Triyatno mulai bangkit,” kata pelatih kepala tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja, dari Pattaya, seusai perlombaan.
Dengan hasil di Pattaya, Dirdja berharap agar Triyatno mampu menjaga konsistensi penampilannya. Triyatno juga dituntut dapat tampil lebih baik pada ajang kualifikasi selanjutnya agar dapat lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. ”Saya ada kekhawatiran Triyatno tidak bisa lolos Olimpiade. Tetapi, melihat penampilan terakhir ini, saya rasa dia masih punya kesempatan,” kata Dirdja.
Triyatno, bersama dengan dua lifter senior lainnya, Eko Yuli Irawan (kelas 61 kg) dan Deni (67 kg) diharapkan mewakili Indonesia di Tokyo. Tetapi, dari tiga lifter senior Indonesia itu, penampilan Triyatno setahun belakangan paling buruk.
Setelah tampil pada Kejuaraan Dunia 2018, penampilan Triyatno justru melorot. Pada empat kejuaraan yang diikuti dalam enam bulan, Februari-Agustus 2019, tak satu pun angkatan yang mendekati hasil di Kejuaraan Dunia 2018. Triyatno bahkan sempat dikalahkan lifter pelapisnya, Rahmat, pada Kejuaraan Nasional PABBSI 2019 di Bandung, Jabar. Kekalahan itu membuat Triyatno harus menelan pil pahit gagal dikirim ke SEA Games Manila 2019.
Motivasi
Setelah terpuruk, Triyatno berusaha bangkit. Kekalahannya dari Rahmat memotivasi peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 dan perak London 2012 itu untuk tampil lebih baik pada Kejuaraan Dunia 2019. Di Pattaya, Triyatno mencatat hasil sempurna di lima kesempatan angkatan.
Tetapi, pada angkatan terakhir clean and jerk seberat 174 kg, lifter asal Kalimantan Timur itu tampil terburu-buru. Gerakan eksplosifnya untuk mengangkat beban dari leher ke atas kepala tidak berjalan mulus. Oleh dewan juri, angkatan itu dianggap gagal. Ia harus puas dengan angkatan 171 kg.
Dirdja mengatakan, Triyatno sudah menunjukkan semangat dan optimisme untuk kembali ke persaingan dunia. ”Tiket Olimpiade Tokyo menjadi motivasi terbesarnya,” kata Dirdja.
Triyatno merasa bersyukur dengan penampilannya di Kejuaraan Dunia. ”Selesai sudah tugas negara. Alhamdulillah ada progress. Terima kasih untuk semua yang sudah mendukung,” tulisnya melalui akun triyatno_oly di Instagram.
Setelah Kejuaraan Dunia, penampilan Triyatno akan kembali diuji di Iran dan Qatar. Adapun Rahmat akan membela Indonesia di SEA Games Manila 2019. Triyatno dan Rahmat bersaing sengit untuk memperebutkan tiket ke Olimpiade Tokyo 2020.