Tim Debutan Intan Soccer Cipta Cendikia Menebar Teror
›
Tim Debutan Intan Soccer Cipta...
Iklan
Tim Debutan Intan Soccer Cipta Cendikia Menebar Teror
Konsep pembinaan sepak bola yang menyinkronkan agenda sekolah dan latihan mengantar SSB Intan Soccer Cipta Cendikia bermain solid di pekan pertama Liga Kompas Kacang Garuda U-14. Pola itu patut dicontoh SSB lainnya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Tim pendatang baru di Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Sekolah Sepak Bola Intan Soccer Cipta Cendikia, menebar teror bagi semua peserta liga pembinaan sepak bola usia muda itu. Pada pekan pertama musim 2019-2020, mereka langsung melesat dengan kemenangan 7-0 atas SSB Benteng Muda IFA yang berpengalaman di Liga Kompas.
Sejak awal laga yang berlangsung di Lapangan Sepak Bola Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (22/9/2019), SSB Intan Soccer Cipta Cendikia menunjukkan permainan dominan atas SSB Benteng Muda IFA. Para pemain SSB asal Depok, Jawa Barat, itu tampil solid baik secara tim maupun individu. Koordinasi permainannya padu dengan pakem umpan satu dua sentuhan. Setiap pemain juga punya skill mumpuni saat menguasai bola dan pergerakan tanpa bola.
Sebaliknya, Benteng Muda tampak sangat kewalahan. Setelah kebobolan pada menit ketiga lewat gol penyerang Intan Soccer, Muhammad Raihan Utama, mereka tidak bisa bangkit dan kian terpuruk. Permainan yang kurang terkoordinasi secara tim membuat mereka terus kebobolan hingga kalah 0-7.
Kemenangan 7-0 Intan Soccer atas Benteng Muda adalah kemenangan terbesar di pekan pertama LKG musim ini. Hasil itu juga menjadi sensasi tersendiri mengingat Intan Soccer adalah pendatang baru di liga yang sudah berjalan sepuluh musim tersebut. Di sisi lain, kemenangan mereka diraih atas tim yang notabene lebih berpengalaman di liga tersebut.
Pelatih Intan Soccer Yance Putra mengatakan, timnya baru kali ini mencoba ikut babak play off LKG dan langsung lolos ke divisi utama. Sebelumnya, tim itu bermain di liga lain untuk kategori U-13. Secara tim, para pemain sudah lama bermain bersama sehingga kekompakannya sangat matang. Secara individu, mereka sudah lama berlatih bola sehingga skill-nya sudah cukup mumpuni.
Semua itu, lanjut Yance, tidak lepas dari kebijakan pengurus SSB tersebut. Intan Soccer adalah SSB milik sekolah Cipta Cendikia yang berdiri sejak 2008. Karena milik sekolah, anak-anak yang berlatih sangat didukung oleh para guru. Mereka difasilitasi berlatih empat kali sepekan, disediakan fasilitas asrama dan lapangan sepak bola sendiri.
”Anak-anak ini sangat dijaga di bidang sekolah dan sepak bolanya. Mereka harus mendapatkan prestasi yang baik di sekolah jika ingin terus berlatih bola. Di lapangan, guru bersinergi dengan pelatih memberikan banyak waktu untuk anak-anak berlatih. Lagi pula, tim ini ada fasilitas asrama dan lapangan sendiri yang tak jauh dari sekolah,” ujar Yance.
Pelatih Benteng Muda Frido Yuanto mengakui bahwa Intan Soccer benar-benar matang, baik secara tim maupun individu, dan anak-anak asuhnya kaget dengan permainan lawan. Sayangnya, setelah kebobolan cepat di awal laga, timnya tidak bisa segera bangkit. Anak-anak asuhnya juga lambat beradaptasi dengan kondisi lapangan yang lebih kecil dibandingkan dengan lapangan kebanyakan, yang membuat bola mengalir cepat.
”Ini benar-benar jadi bahan evaluasi kami. Mumpung liga baru berjalan satu pertandingan, kami harus bisa segera membangkitkan semangat anak-anak. Mereka harus bisa segera beradaptasi dengan kondisi lapangan, lebih berani memegang bola, dan mengalirkan bola. Kalau tidak, yah, kami bisa semakin terpuruk,” kata Frido.
Patut dicontoh
Musim ini, ada tujuh SSB yang lolos dari babak play off Liga Kompas. Tiga tim di antaranya adalah SSB yang benar-benar baru berpartisipasi di liga tersebut, yakni Intan Soccer, Bintang Ragunan, dan Metro Kukusan. Namun, hanya Intan Soccer yang meraih poin penuh di pekan pertama. Metro Kukusan kalah telak 0-3 dari Big Stars Babek FA dan Bintang Ragunan kalah 0-1 dari Buperta Cibubur.
Ketua Tim Pemandu Bakat Liga Kompas Hadi Rahmaddani menuturkan, pola pembinaan yang dilakukan SSB Intan Soccer perlu ditiru tim-tim lain. Mereka merupakan SSB turunan sekolahan. Untuk itu, ada sinergi antara guru sekolah dan pelatih bola. Sinergi itu memungkinkan anak-anak bisa sekolah dan berlatih bola dengan proporsional.
”Konsep seperti ini yang harus dikembangkan di Indonesia. Anak-anak bisa menjaga (pendidikan formal) sekolah dan juga mengembangkan minat bakatnya, terutama di sepak bola. Latihan mereka juga bisa berkelanjutan dengan baik. Latihan rutin dengan baik adalah kunci sukses pembinaan sepak bola usia muda,” tutur Hadi.
Pelatih Metro Kukusan Budiono Martin mengakui, kadang sekolah menjadi kendala bagi anak-anak untuk rutin berlatih sepak bola. Sebab, anak asuhnya berlatih sepak bola di luar lingkungan sekolah dan tidak ada sinergitas antara sekolah serta SBB. Kadang, waktu sekolah dan latihan saling berbenturan. Sekolah jarang sekali memberikan dispensasi khusus untuk para siswanya berlatih bola. Akhirnya, sering kali latihan bola yang dikorbankan oleh anak suhnya.
”Bahkan, setelah melakukan persiapan untuk ikut babak play off LKG selama kurang lebih delapan bulan, mereka justru jarang berlatih mendekati dimulainya musim baru divisi utama LKG. Itu karena anak-anak disibukkan dengan kegiatan sekolah yang tidak bisa ditinggal,” ujar Budiono.
Selain hasil yang diraih Intan Soccer, nyaris tidak ada hasil mengejutkan lain di pekan pertama Liga Kompas musim 2019-2020. Hasilnya antara lain juara bertahan Bina Taruna menang telak 6-1 atas Oneway Soccer School, dan peringkat kedua musim lalu Salfas Soccer menang 3-1 atas Tajimalela.