Gowes 17.000 Kilometer, Hakam Ingin Kenalkan Indonesia Toleran di Afrika
›
Gowes 17.000 Kilometer, Hakam ...
Iklan
Gowes 17.000 Kilometer, Hakam Ingin Kenalkan Indonesia Toleran di Afrika
Hakam Mabruri (37) sedang menyiapkan diri untuk bersepeda dari Mesir menuju Afrika Selatan pada Oktober mendatang. Perjalanan bertajuk “Holy Journey 2” ini untuk mengenalkan toleransi beragama di Indonesia.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Hakam Mabruri (37) sedang menyiapkan diri untuk bersepeda dari Mesir menuju Afrika Selatan pada Oktober mendatang. Perjalanan bertajuk ”Holy Journey 2” ini bertujuan untuk mengenalkan toleransi beragama di Indonesia dan Islam yang damai kepada negara-negara luar.
”Visi-misi dari awal memang ’Muslim for Peace’, jadi mengampanyekan tentang Islam yang damai,” kata Hakam, santri di Pondok Pesantren An-Nur 2 Malang, Jawa Timur, saat ditemui di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (25/9/2019).
Hakam mengatakan, dirinya ingin menjalin persahabatan dengan mereka yang berbeda agama dan seagama di kota-kota dan negara yang dilewatinya dengan bersepeda. ”Saya mau menceritakan tentang keadaan di Indonesia, tentang Islam yang ada di Indonesia. Setiap manusia berkewajiban mensyiarkan agamanya,” paparnya.
Pada Holy Journey ke-2 ini, Hakam akan menempuh perjalanan bersepeda sejauh 17.000 kilometer dalam waktu sekitar 1 tahun dari Mesir ke Tanjung Agulhas, Afrika Selatan. Pada Holy Journey ke-1 tahun 2016-2017, Hakam bersepeda bersama sang istri, Rofingatul Islamiah (37) dari Malang, Jawa Timur hingga Kairo, Mesir. Saat itu, mereka menempuh jarak sekitar 12.000 kilometer dalam waktu 398 hari.
Dalam perjalanan sebelumnya, Hakam mengenalkan Islam yang damai melalui sisi kemanusiaan. Misalnya, saat menjelang malam, dirinya mengetuk tempat ibadah untuk mencari tumpangan guna menginap dan kemudian saat berbincang itulah Hakam mengenalkan visi-misinya.
”Di Indonesia ini lebih toleran. Sebenarnya Islam itu agama yang fleksibel, tidak kaku. Waktu berdakwah kita juga mengedepankan budaya dan kebiasaan orang-orang di situ,” paparnya.
Di Indonesia ini lebih toleran. Sebenarnya Islam itu agama yang fleksibel, tidak kaku.
Meski ada juga yang mencibir, misalnya dengan ungkapan hanya cari sensasi dan meninggalkan anak-istri, Hakam tetap teguh dengan panggilannya untuk mengenalkan indahnya hidup beragama di Indonesia.
Pada perjalanan keduanya kali ini, Hakam berangkat dari Malang pada 10 September 2019 dengan tujuan Jakarta sebagai persiapan otot, menggalang dana, dan juga berbagi nasi bungkus di kota-kota yang dilewatinya. Hakam sampai di Purwokerto pada Selasa (24/9) siang dan akan kembali bersepeda ke Bumiayu, Brebes pada Rabu pagi.
”Ini jadi pra-touring untuk membiasakan lagi otot-otot untuk bersepeda,” kata Hakam yang juga santri di Pondok Pesantren An-Nur 2 Malang.
Di Purwokerto, Hakam diterima oleh teman-temannya dari Komunitas HelloWin Banyumas. Hasanudin, salah satu anggota komunitas tersebut, mengaku kagum atas niat dan tekad Hakam. ”Kami sangat mendukung karena Hakam membawa misi perdamaian dan juga membawa nama baik Indonesia di negara-negara luar,” kata Hasanudin.
Hakam berangkat meninggalkan Purwokerto sekitar pukul 09.30 dengan menggunakan sepeda Thrill lengkap dengan sejumlah perlengkapan di bagian depan dan belakang sepedanya dengan bobot total sekitar 200 kilogram.