Hasto Kristiyanto, Pidato di Bawah Rel Kereta, dan Demo Jakarta
›
Hasto Kristiyanto, Pidato di...
Iklan
Hasto Kristiyanto, Pidato di Bawah Rel Kereta, dan Demo Jakarta
Di bawah rel kereta api di bantaran Sungai Cisanggarung, Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (28/9/2019), Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto berpidato.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
Di bawah rel kereta api di bantaran Sungai Cisanggarung, Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (28/9/2019), Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto berpidato. Ia berpesan pentingnya menjaga lingkungan.
”Ini pertama kali saya berpidato di bawah rel kereta. Pak (Presiden) Joko Widodo saja belum pernah begini,” ucap Hasto yang mengenakan jas putih dan sarung batik coklat megamendung, motif khas Cirebon. Kehadiran Hasto siang itu untuk menyemarakkan pergelaran budaya Cai Diraga, yakni ritual pelarungan air di sungai. Cai diraga berarti ’air dalam tubuh’.
”Daripada pusing di Jakarta, berbagai kepentingan muncul. Padahal, pemilu sudah selesai. Lebih baik kami menempuh jalan bersama rakyat,” ujar Hasto mengutarakan alasannya datang ke acara tersebut. Itu sebabnya, ia memilih mengunjungi ritual Cai Diraga dibandingkan dengan menemui massa aksi di Ibu Kota yang menurut dia sudah ditunggangi kepentingan mendelegitimasi Presiden Joko Widodo.
Bagi dia, kondisi sungai saat ini sangat menderita. Sampah plastik dan limbah industri merasuk ke sungai. Cisanggarung, sungai yang berhulu di Kuningan, Jabar, melintasi Cirebon dan berakhir di Brebes, Jawa Tengah, menjadi contoh. Beberapa kali Cisanggarung ”marah” lalu merendam permukiman warga di sekitar sungai.
Ia meminta kebijakan anggota DPR, bupati, dan gubernur harus membumi untuk membenahi dan merawat sungai. Kata dia, sungai merupakan sumber kehidupan. Merusaknya sama saja membunuh kehidupan. ”Dari sini, bergelora energi… teeeeeettttt… wussssshhhhh,” pidato Hasto terpotong bising kereta api yang melintas.
’Dari sini, bergelora energi… teeeeeettttt…. wussssshhhhh.’ Pidato Hasto terpotong bising kereta api yang melintas.
Selain suara kereta api, pidato sekretaris jenderal partai pemenang pemilu dua periode ini juga terinterupsi padamnya pengeras suara. Mikrofon yang ia pegang mati tiga kali. Hasto mengartikan berbagai gangguan dalam orasinya sebagai kendala menjaga sungai di Indonesia.
Mungkinkah berbagai gangguan itu pertanda berbagai aksi mahasiswa dan elemen masyarakat sipil lainnya agar partainya diam sejenak dan mendengar aspirasi masyarakat? Apalagi unjuk rasa sepekan terakhir yang salah satunya menuntut pembatalan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi itu sudah menelan korban jiwa.
Situasi politik bahkan dinilai sudah genting. ”Ini ’genting-gentingan’,” ucap Hasto yang masih percaya revisi UU KPK sudah tepat dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.