Titik Panas Meningkat, Asap Kembali Ancam Palembang
›
Titik Panas Meningkat, Asap...
Iklan
Titik Panas Meningkat, Asap Kembali Ancam Palembang
Setelah beberapa hari mereda akibat diguyur hujan pada 24-27 September lalu, kini titik panas di Sumsel kembali meningkat. Asap pun kembali memasuki Ibu Kota Sumatera Selatan, Palembang.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS--Setelah beberapa hari mereda akibat diguyur hujan pada 24-27 September lalu, kini titik panas di Sumsel kembali meningkat. Asap pun kembali memasuki Ibu Kota Sumatera Selatan, Palembang. Munculnya Badai Tropis Mitag di Laut Cina Selatan mengakibatkan penurunan intensitas hujan sehingga potensi kebakaran kembali meningkat.
Berdasarkan pantauan Satelit LAPAN, titik panas di Sumsel meningkat pesat dalam dua hari terakhir. Senin (30/9/2019) titik panas di Sumsel mencapai 198 titik, meningkat dari hari sebelumnya sebanyak 63 titik panas. "Asap pun sudah kembali terpantau di Sumatera Selatan, "kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Sumsel, Ansori.
Asap pun sudah kembali terpantau di Sumatera selatan
Ansori menerangkan, saat ini tim darat dan udara terus memadamkan di daerah yang terbakar, terutama di wilayah yang terpantau titik panas. Untuk hari ini, ungkap Ansori ada 150 titik pada terpantau di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Kabupaten ini menjadi prioritas lantaran apabila kebakaran lahan terjadi di Kabupaten ini, asapnya akan mengarah ke Palembang.
Baca juga; Kualitas Udara Palembang Membaik Setelah Diguyur Hujan
Ansori mengatakan, sampai saat ini luas kebakaran di Sumatera Selatan mencapai 80.125 hektar. Tiga kabupaten yang lahan terbakar paling luas ada di Musi Banyuasin (24.304 hektar), Ogan Komering Ilir (24.129 hektar), dan Banyuasin (14.612 hektar).
Walau titik panas meningkat, berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) per Minggu, kualitas udara masih dalam kategori sedang dengan nilai 55. Sementara pantauan BMKG di tingkat Konsentrasi Partikulat (PM 10) di Kota Palembang masih dalam kategori sedang dengan nilai 72.51 mikrogram/meter kubik. Namun PM 10 sempat menyentuh kategori tidak sehat pada pukul 07.00 WIB-08.00 WIB dengan nilai. 188.77 mikrogram/meter kubik -172.29 mikrogram/meter kubik.
Baca juga; Palembang Mundurkan Waktu Masuk Sekolah Satu Jam
Kepala Seksi Observasi Dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Benny Setiaji mengatakan, setelah munculnya potensi hujan dari 24-27 September 2019, intensitas hujan pada beberapa hari ke depan akan menurun.
Fenomena ini terjadi karena secara regional, muncul Badai Tropis Mitag di Laut Cina Selatan yang mengakibatkan kembali adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah badai tersebut.
Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tiga hari ke depan (1-3 Oktober 2019). Adapun kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah Sumsel dikarenakan kelembaban udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan.
Biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang. Dengan kondisi ini, lanjut Bambang, asap berpotensi masuk lagi ke wilayah Palembang.
Angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya bertiup dari arah Tenggara – Selatan dengan kecepatan 4-11 Knot (7-20 Km/Jam). Tiupan angin ini mengakibatkan potensi masuknya asap akibat Kebakaran hutan dan lahan ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.
Baca juga; Palembang Diselimuti Kabut Asap, Aktivitas Warga Terganggu
Sumber dari LAPAN pada 30 September 2019 mencatat beberapa titik panas di sebelah Tenggara Kota Palembang. Kebakaran lahan yang berkontribusi asap ke wilayah Kota Palembang yakni pada wilayah Pampangan,Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, dan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin.
Bambang menjelaskan, intensitas asap terjadi pada rentang waktu 04.00-07.00 WIB. Hal ini dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada saat waktu tersebut.
Fenomena asap diindikasikan dengan kelembaban yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye/merah pada pagi dan sore hari.
Hal ini berpotensi tidak baik jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap (smog) yang umumnya terjadi pada pagi hari.
Bambang mengatakan jarak pandang terendah pada Senin pagi (30/9/2019) berkisar 1.000-2.000 meter dengan kelembapan pada saat itu 94-95 persen dengan keadaan cuaca asap (smoke). Walau demikian, ungkap Bambang kabut asap yang tidak berdampak pada aktifitas penerbangan di Bandara SMB II Palembang.
Baca juga; Palembang Diselimuti Asap Kiriman Daerah Tetangga
Sebelumnya Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengungkapkan satgas karhutla Sumsel akan tetap bersiaga di kawasan yang rawan terbakar sampai siaga darurat asap berakhir pada 31 Oktober 2019. BMKG sendiri memprediksi Sumsel akan diguyur hujan pada dasarian ketiga bulan Oktober.