Manchester United mulai merasakan dampak kehilangan striker Romelu Lukaku, tanpa mencari pengganti. Pemain yang ada saat ini bukan striker murni sehingga sering kali sulit mencetak gol pada saat-saat krusial.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, SELASA — Legenda Manchester United, Paul Scholes, September lalu mengingatkan, bekas klubnya itu melakukan ”blunder” besar dengan melepas striker Romelu Lukaku tanpa mencari pengganti sepadan. Kekhawatiran Scholes itu kian terbukti ketika MU ditahan Arsenal 1-1 di Old Trafford, Selasa (1/10/2019) dini hari WIB.
Untuk ketujuh kalinya dalam sembilan laga di berbagai kompetisi musim ini, ”Setan Merah” gagal mencetak lebih dari satu gol per laga. Ironisnya pula, gol MU yang dicetak di laga kontra Arsenal, kemarin, dihasilkan oleh gelandang bertahan, yaitu Scott McTominay. Tim yang di masa lalu dikenal garang dan memiliki barisan striker tajam, seperti Dwight Yorke, Andy Cole, Wayne Rooney, dan Robin van Persie, itu kini bak ”macan ompong”.
MU hanya mampu mencetak total sembilan gol atau rata-rata 1,3 gol dari tujuh laga Liga Inggris musim ini. Produktivitas gol itu tidaklah lebih baik dari Norwich City, tim yang kini terbenam di peringkat ke-17, yaitu persis di atas zona degradasi. ”Menjalani musim baru tanpa seorang striker murni di klub yang dikenal dengan gaya menyerangnya adalah sebuah kesalahan menurut saya,” tutur Scholes dikutip TalkSport.
Menyusul hengkangnya Lukaku ke Inter Milan musim panas lalu, hanya tersisa tiga pemain yang bisa bermain di posisi ujung tombak. Mereka adalah Marcus Rashford, Anthony Martial, dan pemain 17 tahun, Mason Greenwood. Namun, menurut Scholes, baik Rashford maupun Martial bukan seorang striker murni seperti Lukaku. ”Apakah mereka striker? Penyerang sayap kiri? Kita tidak tahu. Saya kira, mereka lebih bagus bermain di kiri,” ujar Scholes.
Meskipun dikenal memiliki kecepatan dan teknik mumpuni, Scholes menilai Rashford kurang tenang dan bengis sebagai striker. Di era Manajer Jose Mourinho, Rashford acap kali dimainkan sebagai penyerang sayap kiri, bahkan kanan. Ia pun mulai terbiasa dengan posisi sayap itu. Adapun Martial kerap diganggu masalah cedera sehingga kembali absen pada laga kontra Arsenal. Kedua penyerang itu hanya mampu menyumbang lima gol musim ini.
MU sebetulnya telah berupaya menangkal masalah laten itu di jendela transfer musim panas lalu. Mereka berburu sejumlah penyerang baru seperti Paulo Dybala dari Juventus dan bintang Borussua Dortmund, Jadon Sancho. Namun, tidak satu pun dari mereka berlabuh ke Old Trafford. Mereka hanya mendapatkan Daniel James, penyerang sayap kiri lainnya yang dibeli dari Swansea.
Krisis kreativitas dan ketajaman ini telah menyita perhatian Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer. Jika tidak segera diatasi, MU dikhawatirkan bakal terus terbenam. Saat ini, mereka tertahan di peringkat kesepuluh Liga Inggris dengan koleksi sembilan poin dari tujuh laga. Itu tercatat sebagai start terburuk mereka sejak 1989. Di era awal bersama Manajer Sir Alex Ferguson itu, MU lantas finis ke-13 pada akhir musim tersebut.
”Kami membiarkan Alexis (Sanchez) dan Romelu pergi. Anda tidak perlu menjadi ilmuwan hebat untuk mengetahui pemain baru yang akan kami cari ke depan, yaitu penyerang. Kami butuh kreativitas dan gol. Memang ada beberapa striker pada musim panas lalu. Namun, bukan mereka yang kami cari,” tutur Solskjaer mengenai masalah ketajaman di timnya saat ini.
Maka itu, MU hampir dipastikan bakal membeli penyerang baru pada jendela transfer Januari 2020 mendatang. Sejumlah nama yang masuk dalam daftar incaran mereka adalah Moussa Dembele, striker 23 tahun yang mencetak 15 gol untuk Olympique Lyon musim lalu; striker veteran Juventus Mario Mandzukic; dan penyerang Leicester City James Maddison. Di antara ketiganya, Mandzukic adalah pilihan paling realistis mengingat ia kini tidak lagi dibutuhkan di Juve.
Mirip dengan MU, Arsenal juga tampil kurang meyakinkan. Bedanya, masalah ”The Gunners” yang belum juga bisa diselesaikan Manajer Unai Emery lebih dari setahun terakhir adalah rapuhnya kinerja pertahanan. Gawang ”The Gunners’ telah kebobolan 11 gol dari tujuh laga Liga Inggris. Jumlah kebobolan itu adalah yang terburuk pada jajaran enam besar di Liga Inggris. Meskipun demikian, berkat ketajamannya, Arsenal kini menempati peringkat keempat.
Menyamai Bergkamp
Ketajaman itu lagi-lagi dibuktikan striker Pierre-Emerick Aubameyang. Pencetak gol tunggal Arsenal ke gawang MU itu kini telah mengemas tujuh gol di Liga Inggris musim ini. Jika ditarik lebih jauh, ia telah mencetak 17 gol dari 17 laga terakhirnya di Arsenal. Jumlah golnya itu, ironisnya, jauh lebih banyak daripada koleksi gol semua pemain MU, yaitu 15 gol, pada periode yang sama.
Aubameyang pun kini menyejajarkan namanya dengan para striker legendaris The Gunners. Ia menjadi pemain pertama Arsenal sejak Dennis Bergkamp pada musim 1997-1998 yang mencetak tujuh gol atau lebih dari tujuh laga awal Liga Inggris. ”Tujuh gol dari tujuh laga. Sungguh tajam,” ujar Solskjaer mengomentari getir Aubameyang, striker dambaannya yang menjadi milik rivalnya itu. (Reuters)