Anda butuh modal usaha atau dana talangan untuk belanja atau bepergian, tetapi gaji sudah menipis? Kini problem semacam ini gampang diatasi.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
Anda butuh modal usaha atau dana talangan untuk belanja atau bepergian, tetapi gaji sudah menipis? Kini problem semacam ini gampang diatasi. Proses pengajuan pinjaman makin mudah dan cepat. Dengan internet, siapa pun, di mana pun, dan kapan pun dapat melakukannya.
Malam penganugerahan International Data Corporation (IDC) Digital Transformation Awards 2019 di Jakarta, 12 September 2019, menghadirkan cerita menarik. Siapa pun yang datang bisa menyaksikan gereget pelaku industri konvensional menghadapi era digital. Mereka seolah tidak ingin kalah dari perusahaan teknologi.
Pada kategori operating model master, IDC menilai organisasi jadi unggul dan lebih responsif karena memanfaatkan sistem digital dan mengintegrasikannya dengan proses bisnis. BRI memenangi kategori ini melalui inovasi BRILink. Dengan memanfaatkan sistem operasi yang digerakkan oleh data yang terintegrasi, BRILink tak hanya mengefisienkan operasi, tetapi juga memudahkan masyarakat dalam transaksi.
Di luar inovasi itu, digital telah menjadi nadi, baik dalam distribusi layanan maupun pengembangan produk terbaru BRI. Salah satu produknya adalah Ceria, semacam kredit tanpa agunan, tetapi pengajuannya secara daring.
Bank-bank lain juga gencar menawarkan produk serupa. Genius yang dikembangkan BTPN memiliki produk Flexy Cash yang dikemas dengan narasi dana siaga yang memungkinkan pengguna menerima dana sesuai dengan nominal yang diajukan dan pencairannya bisa berkala. Bank Amar mengembangkan Tunaiku sebagai produk teknologi finansial berupa kartu kredit digital tanpa agunan.
Ketiga produk itu punya kemiripan, yaitu pengajuan mudah karena lewat daring, serta waktu persetujuan pencairannya yang cepat, kurun waktunya 24 jam. Penyedia pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi tak mau kalah dalam menawarkan kredit cepat. Istilah populernya pinjaman multiguna.
Mereka bahkan mengklaim proses pengajuan pinjaman lebih cepat. Dalam hitungan menit, warga yang sudah mengunduh aplikasi, bisa mencairkan dana pinjaman setelah mengajukan permohonan.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyebutkan, porsi penyedia pinjaman multiguna dibandingkan dengan pinjaman produktif kini 40 persen berbanding 60 persen.
Kemudahan mengajukan pinjaman secara daring tak lantas tidak meninggalkan risiko. Di sisi penyedia, potensi risiko bisa muncul mulai dari kredit macet sampai penyalahgunaan data pribadi, seperti kasus pemohon pinjaman dengan identitas palsu. Para pelaku kejahatan memanfaatkan data orang lain untuk memperoleh pinjaman atau layanan bayar kemudian (pay later) yang disediakan pemain e-dagang.
Selain itu, nasabah berpotensi dicuri data pribadinya, khususnya di penyedia layanan dengan standar keamanan siber yang lemah. Apalagi marak penyedia pinjaman cepat lewat internet yang tidak terdaftar atau tidak mengantongi izin dair regulator. (MEDIANA)