Ganda putri Indonesia, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto, memetik gelar pertama mereka pada turnamen BWF World Tour setelah menjuarai Yuzu Isotonic Indonesia Masters 2019-BWF Tour Super 100.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Ganda putri Indonesia, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto, memetik gelar pertama mereka pada turnamen BWF World Tour setelah menjuarai Yuzu Isotonic Indonesia Masters 2019-BWF Tour Super 100. Pada laga final yang berlangsung di GOR Ken Arok, Malang, Minggu (6/10/2019), pasangan pemain muda ini mengalahkan rekan senior mereka di pelatnas Cipayung, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta, 23-21, 21-15.
Fadia (18) dan Ribka (19) mulai berpasangan pada Rusia Terbuka di bulan Juli. Sebelumnya, Fadia berpasangan dengan Agatha Imanuela dan Ribka berpasangan dengan Febriana Dwipuji Kusuma. Gelar juara di Malang diperoleh pada turnamen keenam yang mereka ikuti sebagai pasangan. Sebelum ini, hasil terbaik mereka adalah semifinal Taiwan Terbuka-Super 300, September, yang levelnya setingkat lebih tinggi daripada Indonesia Masters.
”Kami main nothing to lose saja sejak datang ke sini. Saya bilang sama Fadia, ’kamu tidak usah mikir menang kalah’ dan ini tadi hasilnya,” kata Ribka seusai pertandingan.
Laga final sesama Indonesia ini memastikan Indonesia meraih satu-satunya gelar pada turnamen tersebut. Satu peluang lagi untuk merebut gelar di nomor ganda campuran terhapus setelah Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso dikalahkan pasangan China, Guo Xinwa/Zhang Shuxian, 18-21, 21-16, 26-28.
Final ganda campuran ini berlangsung ketat. Dengan dukungan ribuan penonton tuan rumah, Adnan/Mychelle memaksakan laga berlangsung tiga gim. Pada gim ketiga, unggulan kelima ini tertinggal dari Guo/Zhang, 10-15, sebelum menyamakan kedudukan menjadi 16-16. Adnan/Mychelle bahkan lebih dulu mencapai match point pada kedudukan 20-19, tetapi berhasil dikejar.
Pasangan Indonesia ini membuang tiga kesempatan match point lagi, terakhir pada kedudukan 25-24, sebelum akhirnya menyerah 26-28.
”Pada gim pertama, kami terlalu terburu-buru. Kami mencoba lebih sabar dan dapat permainannya untuk merebut gim kedua. Namun, pada poin-poin akhir gim ketiga, kami terlalu terburu-buru. Mungkin kurang beruntung juga,” kata Adnan.
Adnan mengaku cenderung terburu-buru karena ingin cepat menang sehingga kurang sabar dan sering berujung pada bola mati. Ini adalah kekalahan kedua Adnan/Mychelle dari lawan yang sama. Sebelumnya, mereka kalah dalam dua gim di Vietnam Terbuka 2019.
”Kami sudah belajar dari kekalahan sebelumnya. Hari ini masalah nonteknis berhasil kami kurangi. Namun, kami akhirnya kalah karena terlalu bernafsu ingin menang,” katanya.
Sementara itu, Guo/Zhang mengakui kemampuan pemain Indonesia dan hampir kalah pada gim ketiga. Namun, kekompakan dan saling percaya menjadi modal meraih kemenangan. Mereka tidak berputus asa dan menyerah, serta yakin akan menang. ”Jadi saling percaya,” kata Guo.
Menanggapi hasil turnamen ini, Ketua Panitia Pelaksana Achmad Budiharto mengatakan ada penurunan pencapaian prestasi Indonesia pada turnamen kali ini. Tahun lalu Indonesia merebut dua gelar dari tunggal putra dan ganda campuran, sedangkan tahun ini hanya dapat dari ganda putri.
”Kami maklum karena kualitas peserta tahun ini meningkat, baik dari peringkat maupun level kemampuan. Namun, turnamen ini positif bagi pemain Indonesia karena mereka bisa bertemu pemain-pemain kelas dunia,” ujarnya.
Dominasi atlet China cukup terasa. Dari lima nomor final, China merebut empat gelar juara dengan mengalahkan pemain yang peringkatnya lebih baik. Pada ganda putra, unggulan ketujuh, Ou Xuanyi/Zhang Nan, mengalahkan unggulan ketiga asal Jepang, Akira Koga/Taichi Saito, 11-21, 21-10, 22-20.
Sementara Sun Feixiang (unggulan kedelapan) meraih gelar juara tunggal putra setelah mengalahkan pemain senior Thailand, Tanongsak Saensomboonsuk (unggulan kelima), 21-19, 21-14. Satu gelar lagi diraih tunggal putri Wang Zhiyi yang menang atas unggulan keempat asal Thailand, Porntip Buranaprasertsuk, 20-22, 21-15, 21-13.