Tidak terkalahkan dalam tiga laga awal, SSB Matador Mekarsari menemani SSB Bina Taruna di puncak klasemen Liga Kompas Kacang Garuda U-14.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Sekolah Sepak Bola (SSB) Matador Mekarsari terus menebar teror bagi lawan-lawannya di Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim ini. Meskipun kembali menang telak di pekan ketiga, kali ini atas SSB Metro Kukusan 3-0, tim asal Bogor itu enggan berpuas diri.
Raut muka pelatih Matador Mekarsari, Supriyono Prima, tampak serius seusai laga di lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Minggu (6/10/2019). Ia menceramahi para pemainnya yang tidak sedikit pun memperlihatkan euforianya seusai kemenangan atas Metro. Padahal, Matador baru saja melanjutkan tren positif, yaitu kemenangan beruntun pada tiga laga pertama Liga Kompas musim 2019-2020.
”Bagi saya, yang terpenting adalah cara bermainnya, bukan kemenangan itu sendiri. Kalian semua harus lebih berani dan punya karakter dalam bermain,” kata Supriyono di hadapan para pemainnya dalam evaluasi seusai laga tersebut.
Supriyono, mantan pemain tim nasional Primavera Indonesia yang juga dikenal sebagai komentator siaran sepak bola, mengaku tidak puas dengan penampilan timnya di laga itu. Menurut dia, mereka tampil kurang maksimal, terutama dalam menciptakan serangan di sepertiga terakhir wilayah pertahanan lawan.
Ia berharap para pemainnya tampil lebih menonjol, baik secara individu maupun tim. Untuk itu, hampir di setiap latihan Supriyono menekankan pentingnya olah bola, permainan kombinasi melalui operan satu-dua, dan sentuhan cepat.
”Ibarat maju ke medan perang, saya membekali dengan lima hingga enam permainan kombinasi. Saya ingin mereka (melakukan) smart play. Sayangnya, tadi belum banyak terlihat. Anak-anak kurang inisiatif,” tuturnya.
Matador menjadi satu-satunya tim selain SSB Bina Taruna, juara bertahan, yang selalu menang pada tiga pekan pertama Liga Kompas musim baru ini. Penyerang mereka, Malik Kaldi, juga menempatkan diri sebagai pencetak gol tersubur dengan koleksi lima gol. Mereka pun difavoritkan sebagai salah satu kandidat juara pada musim ini.
Meskipun demikian, Supriyono berkata, juara bukanlah target terbesarnya di musim ini. ”Target saya adalah menghasilkan sebanyak mungkin individu berbakat yang terpilih ke Piala Gothia (Piala Dunia usia dini) pada akhir musim. Itu tentu bisa menjadi kebanggaan bagi orangtua, SSB, dan pelatih. Bayangkan betapa bangganya saya jika suatu hari nanti saat memandu siaran menyebut pemain (timnas) yang ternyata anak didik saya sendiri,” ujarnya penuh harap.
Sementara itu, pada laga lainnya, upaya Kabomania melanjutkan tren kemenangan di awal musim ini terhenti di tangan tim debutan, Intan Soccer Cipta Cendikia. Mereka bahkan dua kali tertinggal pada laga yang berakhir 2-2 itu. Meskipun demikian, Kabomania masih bercokol di papan atas, yaitu peringkat keempat di klasemen Liga Kompas musim ini.
Pelatih Kabomania, Imral Usman, mempermasalahkan ukuran lapangan UMJ yang lebih kecil dari rata-rata lapangan sepak bola lainnya. ”Pola permainan tidak berjalan dalam lapangan seperti ini. Teknik pemain, kecepatan, dan sebagainya menjadi tidak terlihat. Kami tidak bisa berimprovisasi. Sayang. Padahal, saya ingin melihat perkembangan kemampuan anak-anak dari hasil latihan,” ujarnya.
Pelatih Intan Soccer, Yance Putra, enggan menyalahkan soal lapangan terkait hasil imbang itu. Ia justru ingin timnya mengoreksi diri dan bekerja lebih keras lagi seusai meraih kurang maksimal di dua laga beruntun. ”Semua tim bermain di lapangan yang sama. Jadi, bagi saya bukanlah masalah. Tugas saya mencetak pemain bagus, bukan juara. Jika semata ingin juara, selalu bakal mencari alasan dan kesalahan,” tuturnya.
Pada laga-laga lainnya sejak siang hingga sore hari, tim debutan lainnya, Bintang Ragunan, meraih kemenangan perdananya di Liga Kompas seusai melibas Benteng Muda IFA 2-0. Adapun Pelita Jaya berbagi angka dengan BTC 1-1.