Estafet Tak Sekadar Bermodal Lari Kencang
Lomba lari estafet 4x100 meter bukan sekadar adu cepat, tetapi ada strategi dalam menentukan urutan pelari. Olahraga kuno ini juga menuntut kerjasama tim yang solid, supaya perpindahan tongkat mulus.
Nomor perlombaan atletik estafet 4 x 100 meter adalah salah satu nomor populer di cabang berjuluk ”Mother of Sports” itu. Sebagaimana nomor lari cepat 100 meter, estafet 4 x 100 meter adalah ajang adu cepat, tetapi dilakukan oleh empat pelari secara bergantian.
Estafet 4 x 100 meter diduga berasal dari kebudayaan lari sambung yang dilakukan oleh bangsa kuno di Amerika Latin, yakni bangsa Inca, Maya, ataupun Aztek. Lari sambung itu merupakan cara orang-orang dari bangsa tersebut untuk saling menyampaikan kabar-berita.
Adapula yang menduga estafet 4 x 100 meter berasal dari kebudayaan membawa obor api keramat dari satu tempat ke tempat lain oleh bangsa Yunani Kuno. Kebudayaan memindahkan obor api keramat itu merupakan bagian dari ritual pemujaan terhadap dewa-dewa Yunani Kuno, dan dipercaya juga sebagai penanda untuk memperluas wilayah jajahan ”Negeri Para Dewa" itu.
Estafet 4x100 meter mulai diperlombakan secara resmi setidaknya pada Olimpiade ke-5 di Stockholm, Swedia, pada 1912. Ketika itu, hanya kategori putra yang diperlombakan di mana tim Inggris (David Jacobs, Henry Macintosh, Victor d’Arcy, Willie Applegarth) menjadi peraih emas, dan tim Swedia (Iwan Moller, Charles Luther, Ture Person, Knut Lindberg) meraih perak tetapi tidak ada peraih perunggu.
Sedangkan kategori putri baru diperlombakan pada Olimpiade ke-9 di Amsterdam, Belanda, pada 1928. Saat itu, peraih medali emas adalah tim Kanada (Fanny Rosenfeld, Ethel Smith, Jane Bell, Myrtle Cook), perak diraih tim Amerika Serikat (Mary Washburn, Jessie Cross, Loretta McNeil, Berry Robinson), dan perunggu direbut tim Jerman (Rosa Kellner, Leni Schmidt, Anni Holdmann, Leni Junker).
Konsep dan strategi perlombaan
Dalam perlombaan ini, setiap tim terdiri dari empat pelari. Sebelum perlombaan, semua anggota tim itu berada di posisinya masing-masing, yakni ada yang menjadi pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Secara teori, setiap pelari akan berlari dengan jarak masing-masing 100 meter. Semua pelari harus berlari di jalurnya masing-masing.
Namun, untuk mengikuti perlombaan ini sejatinya tim tidak boleh hanya bermodal punya pelari yang bisa lari sekencang-kencangnya. Lebih dari itu, pelatih harus pandai menempatkan pelari yang sesuai dengan karakter sebagai pelari pertama, kedua, ketiga, atau keempat. Sebab, setiap posisi itu punya tingkat kesulitan berbeda-beda.
Pelari pertama harus memulai perlombaan dengan blok start, sedangkan tiga pelari berikutnya menerima tongkat. Adapun perlombaan ini dilengkapi dengan tongkat estafet yang terbuat dari logam ringan. Untuk menyelesaikan perlombaan, para pelari harus membawa tongkat itu dan menyerahkannya ke rekan satu tim yang sudah menunggu di masing-masing posisi.
Pelari yang membawa tongkat harus menyerahkan tongkat ke pelari berikut dalam wilayah ganti 20 meter, yakni terletak 10 meter sebelum dan 10 meter setelah pergantian tongkat. Jika pergantian tongkat tidak di wilayah itu, tim bersangkutan dianggap melanggar peraturan sehingga akan didiskualifikasi.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini saat ditemui di Stadion Madya, kompleks gelora Bung Karno, Jakarta, pernah mengatakan, perlombaan 4 x 100 meter ini sangat mementingkan kerjasama tim. Para pelari harus bisa melakukan pertukaran tongkat dengan mulus demi akselerasi optimal.
Pertukaran tongkat patut dilakukan pada waktu yang tepat. Pertukaran tidak boleh terlalu cepat ataupun lambat karena akan menghambat pelari berikutnya melakukan akselesari.
”Kalau terlambat memberikan tongkat, pelari berikutnya akan terhambat untuk segera melakukan akselerasi. Kalau terlalu cepat memberikan tongkat, justru membuat pelari berikutnya tidak siap menerima sehingga turut menghambat akselerasi,” ujar pelatih atletik terbaik Asia 2019 itu.
Selain itu, Eni menuturkan, faktor lain yang menentukan dalam perlombaan ini adalah penempatan pelari yang harus sesuai karakter di antara empat poisisi yang ada. Prinsipnya, pelari pertama haruslah pelari yang punya reaksi start terbaik menggunakan blok start, dan punya akselerasi bagus di tikungan. Sebab, pelari pertama akan melakukan blok start dan berlari di tikungan pertama dari keseluruhan jalur lintasan.
Pelari kedua biasanya pelari tercepat dalam tim. Sebab, pelari kedua akan melakukan lari kencang di lintasan lurus. Pelari ketiga umumnya pelari yang punya daya tahan kecepatan terbaik dan punya akselerasi bagus di tikungan. Sebab, pelari ketiga akan melakukan lari di tikungan kedua yang sejatinya menjadi titik terpanjang dalam perlombaan.
Pelari keempat atau pelari terakhir patut memiliki mental yang tangguh untuk berlari habis-habisan sampai finis. Sebab, pelari terakhir ini akan berlari di lintasan lurus hingga finis. Saat itu, semua pelari akan bertarung sekuat tenaga demi menjadi yang pertama di finis.
Strategi dasar penempatan pelari itu, juga diterapkan oleh tim estafet 4 x 100 meter putra Amerika Serikat pada Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Qatar. Dalam final di Stadion Internasional Khalifa, Sabtu (5/10/2019) malam waktu setempat, atau Minggu dinihari WIB, pelari pertama AS adalah juara dunia 100 meter Christian Coleman, kemudian peraih perah 100 meter Justin Gatlin, disusul Michael Rodgers, dan juara dunia 200 meter Noah Lyles.
Strategi itu, ditambah kerjasama tim solid yang membuat perpindahan tongkat mulus, berbuah medali emas bagi tim Amerika Serikat. Tim putra AS mencatatkan waktu 37,10 detik, disusul tim Inggris Raya (37,36), dan Jepang (37,43).
Di sisi lain, para pelari akan mendapatkan sambutan gegap gempita dari para penonton yang menanti siapa yang memenangi perlombaan. ”Kalau tidak punya mental yang bagus, mereka nanti tidak maksimal bertarung di akhir perlombaan,” kata Eni.
Menurut Mobolade Ajomale, anggota tim estafet 4x100 meter Kanada ketika meraih perunggu di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, dikutip The Start, Jumat (11/8/2017), dalam nomor individu, pelari hanya fokus pada kecepatan dan diri sendiri. Nomor individu sangat ditentukan oleh seberapa cepat pelari bersangkutan.
Tetapi, dalam nomor estafet, pelari harus paham karakternya masing-masing dan kerjasama tim. ”Sebagai pelari terakhir, bukan lagi tentang seberapa cepat Anda berlari, tetapi seberapa kuat Anda bisa bertahan (di tengah tekanan pesaing dan penonton),” tutur Ajomale yang menjadi pelari terakhir di tim 4 x 100 meter Kanada ketika babak pertama kualifikasi 4 x 100 meter Olimpiade 2016.