Marc Marquez mengunci gelar juara dunia MotoGP keenamnya seusai menjuarai seri Thailand. Ia kini meraih status legenda seusai melewati rekor Mick Doohan dan mendekati pencapaian Valentino Rossi.
Oleh
C Wahyu Haryo PS dari Buriram, Thailand
·5 menit baca
BURIRAM, KOMPAS – Lima tahun silam, Mick Doohan, legenda hidup MotoGP, meramal Marc Marquez akan mendominasi ajang balap motor paling populer sejagat itu pada dekade ini. Prediksi itu terbukti dengan gelar juara dunia keenam Marquez dari tujuh musim MotoGP terakhir, seusai finis terdepan pada balapan di Buriram, Thailand, Minggu (6/10/2019).
Pebalap tim Repsol Honda berusia 26 tahun itu, menjadi juara dunia MotoGP 2019 dengan epik. Marquez memenangi seri Thailand seusai menyalip pebalap Yamaha, Fabio Quartararo, pada putaran terakhir balapan itu.
Padahal, Marquez hanya start dari posisi ketiga di belakang Quartararo dan pebalap Yamaha lainnya, Maverick Vinales. Pebalap asal Spanyol itu sempat mengalami kecelakaan pada sesi kualifikasi kedua yang digelar Sabtu. Dengan kemenangan itu, perolehan poinnya, yaitu 325, tidak lagi bisa dikejar rival utamanya, Andrea Dovizioso (Ducati), meskipun balap MotoGP musim ini masih menyisakan empat seri.
Marquez meraih 325 poin atau unggul 110 poin dari Dovizioso di puncak klasemen pebalap MotoGP. Musim ini, Marquez tampil sangat dominan. Dari total 15 seri yang telah berlangsung, Marquez memenangi sembilan di antaranya. Ia lima kali menjadi runner up dan hanya sekali gagal finis, yaitu akibat terjatuh di seri Amerika Serikat, April lalu.
Berkat kemenangan itu, Marquez kini melewati rekor Doohan, juara dunia lima kali di kelas tertinggi MotoGP (dulu kelas 500 cc). Ia pun kini kian mendekati rekor juara Valentino Rossi, yaitu juara dunia tujuh kali; dan pebalap terhebat sepanjang masa yang meraih delapan gelar juara, Giacomo Agostini. Marquez kini mencatatkan total 53 kemenangan seri MotoGP sepanjang kariernya.
Tak heran, catatan fantastis itu disambut meriah fans dan tim yang telah menyiapkan perayaan khusus untuk Marquez. Seusai memenangi lomba, Marquez dan jajaran kru Honda langsung mengenakan kaus bertuliskan angka 1 besar, simbol pebalap terbaik musim 2019 ini.
Di kaos yang dikenakan Marquez juga ada gambar bola biliar angka 8 yang menandakan 8 gelar dunia juara yang diraihnya, yakni masing-masing satu gelar di kelas 125 CC (2010) dan Moto2 (2012) serta enam gelar di MotoGP (2013, 2014, 2016, 2017, 2018, dan 2019).
”Ini tahun yang luar biasa. Tim bergulat untuk melakukan pekerjaan luar biasa (seperti) yang saya inginkan. Terima kasih kepada semua sponsor dan orang-orang di sekitar saya,” kata Marquez yang nampak sangat bahagia seusai memenangi balapan itu.
Diberitakan La Gazetta Dello Sport pada 2014 lalu, Doohan berkata Marquez bakal mendominasi ajang MotoGP. Ia bahkan tidak ragu Marquez bakal memecahkan rekor duo legenda Italia, Rossi dan Agostini. “Dia masih sangat muda dan bakal semakin kuat beberapa tahun ke depan. Marquez bisa menjadi juara dunia delapan kali, bahkan memecahkan rekor kemenangan terbanyak (89 kali oleh Rossi). Kariernya masih panjang,” ujarnya.
Sepanjang tujuh musim terakhir, Marquez memang sangat dominan. Hanya sekali ia gagal menjadi juara dunia, yaitu pada musim 2015. Saat itu, ia banyak terjatuh di lintasan dan hanya finis ketiga di akhir musim, yaitu di belakang rekan setimnya saat ini, Jorge Lorenzo, dan Rossi. Pada musim terburuknya di MotoGP itu, Marquez gagal finis enam kali dari total 18 seri yang berlangsung.
Menurut Marquez, pengalaman di 2015 itulah yang membuat dirinya mendominasi MotoGP seperti saat ini. “Terkadang, Anda harus melakukan satu langkah mundur demi loncatan ke depan. Saat itu, saya masih sangat muda, 22 atau 23 tahun. Saya tidak punya pengalaman dan belajar banyak pada tahun itu karena seringkali gagal finis. Saat itu, saya menyadari konsistensi adalah titik lemah saya,” ujarnya kemarin.
Waspadai Quartararo
Musim depan, Marquez berupaya menjaga konsistensinya sekaligus mengejar rekor Rossi, pebalap veteran yang finis kedelapan di Thailand. Namun, ambisinya itu bakal tidak mudah terwujud. Ia mewaspadai Quartararo, pebalap 20 tahun yang berkali-kali nyaris juara sepanjang musim ini. Pebalap debutan asal Perancis itu empat kali meraih start terdepan dan lima kali tampil di podium sepanjang musim ini.
“Musim ini, saya berekspetasi banyaknya tantangan, namun tidak dengan Quartararo yang seperti saat ini. Ia berada di level yang sangat bagus. Tidak ada satu pun yang mengira ia bisa seperti saat ini di awal musim,” ujar Marquez seperti dikutip Crash.
Publik Thailand pun terpukau dengan penampilan Quartararo meskipun lantas kalah dari Marquez. Seiring dengan jam terbangnya yang bertambah, mereka meyakini Quartararo menjadi calon potensial juara dunia MotoGP di masa mendatang.
”Saya benar-benar bangga dengan tim dan pekerjaan saya. Jujur, saya saya tidak bisa lebih bahagia karena bisa bertarung dengan sang juara (Marquez). Saya mencoba segalanya, termasuk (menyalip) di tikungan terakhir. Ya, inilah balapan dan itu menyenangkan,” tutur Quartararo.
Drama balapan
Balapan di Thailand berlangsung dalam cuaca yang cerah, tidak ada hujan petir seperti yang diperkirakan sehari sebelumnya. Marquez yang start dari posisi ketiga, langsung melesat mendahului pebalap Monster Energy Yamaha Maverick Vinales yang start di posisi kedua. Marquez pun terus membayangi Quartararo yang start terdepan. Sejak putaran pertama hingga putaran ke-25, posisi lima besar pebalap di baris depan tidak berubah. Pebalap Petronas Yamaha SRT Quartararo memimpin di depan, disusul Marquez, Vinales, Dovizioso, serta pebalap Suzuki Ecstar Alex Rins.
Drama tersaji di putaran terakhir saat Marquez mengambil alih pimpinan lomba. Quartararo pun enggan melepas keunggulan yang diraih sejak start dan memberi perlawanan sengit. Jelang tikungan terakhir, Quartararo memacu kuda besinya dan sempat mendahului Marquez. Namun, lagi-lagi dengan cerdik Marquez memenangi duel di tikungan terakhir itu dengan mendahului dari sisi dalam dan memepet Quartararo hingga mendekati sisi luar.
Drama itu mirip dengan duel tahun lalu di tempat yang sama, antara Marquez dan Dovizioso. Saat itu, Dovi yang memimpin balapan sejak putaran ke-11 hingga satu putaran jelang finis, disalip Marquez di tikungan terakhir. Jarak keduanya sangat dekat, hanya selisih waktu 0,115 detik. Dan pada duel kali ini, kematangan, dan pengalaman Marquez jua yang mampu menggagalkan ambisi Quartararo untuk meraih kemenangan perdana di MotoGP. (Yulvianus Harjono)