Penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, begitu mengejutkan. Namun, penusukan ataupun pembacokan terhadap pejabat negara bukan yang pertama terjadi di Indonesia atau dunia.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto, Kamis (10/10/2019), di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, begitu mengejutkan. Namun, penusukan atau pembacokan terhadap pejabat negara bukan yang pertama terjadi di Indonesia ataupun dunia.
Pada Kamis (11/9/2003), Menteri Luar Negeri Swedia Anna Lindh (46) ditusuk oleh seorang penyerang yang tidak dikenal di Stockholm. Lindh ditusuk di lengan, perut, dan dada ketika berada di pusat perbelanjaan Nordiska Kompaniet, di tengah ibu kota Swedia itu.
Anna Lindh akhirnya meninggal sehari setelahnya akibat kehilangan banyak darah dari luka-lukanya. ”Sungguh menyedihkan saya menerima berita bahwa Lindh meninggal akibat luka-luka yang dideritanya. Tampaknya tidak benar, sulit untuk dimengerti,” kata Perdana Menteri (PM) Swedia Goeran Persson dengan suara bergetar.
Mantan Menlu Ali Alatas, di harian Kompas, edisi Jumat, 12 September 2003, mengatakan terperanjat dan sedih atas wafatnya Lindh. ”Indonesia dan saya pribadi telah kehilangan teman yang simpatik terhadap Indonesia,” ujar Alatas, yang bertemu Lindh untuk urusan Aceh.
Para duta besar Uni Eropa yang sedang bersidang di Brussels mengheningkan cipta selama 1 menit. Anna Lindh adalah tokoh kampanye paling lantang, yang mengajak rakyat Swedia memberikan suaranya untuk menerima mata uang euro dalam referendum yang dijadwalkan dilakukan hari Minggu.
Penusukan terhadap Lindh, yang tidak dikawal ketika diserang, mengingatkan pada pembunuhan mantan PM Olof Palme saat ia meninggalkan bioskop di tengah Kota Stockholm pada 1986. Hal itu memicu perdebatan soal apakah para politisi tingkat atas Swedia cukup mendapat perlindungan.
”Negara kami terkenal karena keterbukaan dan warga Swedia menikmati kedekatan antara pemimpin dan rakyat. Swedia adalah masyarakat toleran yang unik dalam kedekatannya,” kata Persson.
Negara kami terkenal karena keterbukaan dan warga Swedia menikmati kedekatan antara pemimpin dan rakyat.
Pembacokan Matori
Berdasarkan arsip Kompas, awal Maret 2000, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Matori Abdul Djalil juga dibacok di dekat kediamannya di Kompleks Perumahan Tanjung Mas Raya, Jakarta Selatan.
Ketika itu, Matori sedang melihat-lihat bangunan tambahan di sisi kiri rumahnya yang selesai dikerjakan. Menurut rencana, bangunan baru itu akan digunakan untuk ruang tamu. Di dinding belakang bangunan baru itu terdapat sebuah lubang masuk dan keluar para tukang untuk mengambil bahan bangunan yang diletakkan di sebidang tanah kosong di belakang rumah Matori.
Dari ”pintu darurat” itulah, pelaku masuk menemui Matori yang pagi itu masih mengenakan sarung. Kepada Matori, pria yang mengenakan jaket biru, kemeja putih, dan celana warna gelap, dengan membawa tas hitam itu menawarkan perabotan rumah tangga. Namun, tiba-tiba pria itu membacok Matori.
Dalam rilis Polda Metro Jaya, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya Mayor Jenderal Nurfaizi, Jumat (10/3/2000), mengatakan, salah satu otak pelaku pembacokan Matori adalah Zulfikar.
Namun, saat ditanya siapa sebenarnya Zulfikar dan motif dia ingin membunuh Matori, Nurfaizi tidak banyak menjelaskan. ”Tanyakan saja langsung kepada tersangka (Sabar),” katanya (Kompas, 11 Maret 2000).
Saat diwawancarai wartawan, Sabar mengungkapkan, Zulfikar adalah guru mengaji dan mempunyai sebuah pesantren di Jawa Barat. Meski demikian, Sabar mengatakan, pesantren tersebut berada di Maseng, Bogor, Jawa Barat.
Zulfikar berkeinginan membunuh Matori, kata Sabar yang mengaku sebagai anggota Angkatan Mujahidin Islam Nusantara, karena Ketua Umum PKB ini dinilai menyimpang dari ajaran agama Islam sebab PKB-nya tidak berlandaskan Islam.
”Bank BCA dirampok juga karena bank juga tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bank itu membolehkan riba yang dilarang Islam,” kata Sabar ketika itu.
Sebagaimana halnya Wiranto, Matori saat itu berhasil diselamatkan nyawanya setelah dirawat di rumah sakit.