Menyaksikan Gletser Gunung Rainier
Menyaksikan langsung gletser di Taman Nasional Gunung Rainier di Negara Bagian Washington, Amerika Serikat, menjadi pengalaman tak terlupakan.
Bagi orang yang hidup di negara tropis, sulit untuk membayangkan gletser. Oleh karena itu menyaksikan langsung gletser di Taman Nasional Gunung Rainier di Negara Bagian Washington, Amerika Serikat, menjadi pengalaman tak terlupakan.
Kesempatan muncul ketika mendapat undangan Singapore Airlines terbang langsung dari Singapura ke Seattle, kota di pantai barat AS, 3 September 2019. Gunung Rainier terletak 87 kilometer ke arah tenggara Kota Seattle. Tinggi Gunung Rainier adalah 4.392 meter.
Perjalanan ke Taman Nasional Gunung Rainier memakan waktu sekitar dua jam dengan mobil wisata, pada 5 September 2019. Rombongan berangkat pukul 8.00 dari Seattle. Mendekati lokasi pendakian, pemandangan gunung dengan hutan pohon pinus, terasa memanjakan mata. Rasa kantuk karena perbedaan waktu 13 jam hilang.
Pemandu wisata berhenti sejenak di tempat perhentian tepi sungai sambil menikmati kopi dan kue yang sudah dibawa dari Seattle. Fasilitas toilet tersedia di perhentian tersebut. Perjalanan dilanjutkan dengan mampir di air terjun Christine sebelum tiba di titik terakhir perhentian mobil untuk mendaki ke lereng gunung.
Untuk menuju puncak, telah tersedia jalur pendakian yan dipagari dengan tali. Jangan coba-coba melompati tali dan mendaki di luar jalur, kita akan ditegur oleh petugas yang berkeliling mengawasi jalur pendakian. Tentu kami tidak mendaki sampai puncak karena keterbatasan waktu, selain kami wartawan dari Asia dan Australia yang ikut Singapore Airlines bukanlah pendaki profesional.
Gunung tersebut terlihat jelas dengan dominasi warna putih kecokelatan. Saya tadinya membayangkan gletser berwarna putih, tetapi warna putih kecokelatan itulah gletser, seperti dijelaskan pemandu wisata.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan gletser sebagai “lapisan besar es yang bergerak turun perlahan-lahan di lereng gunung atau di dataran”. Di Gunung Rainier, lapisan itu menutupi gunung dengan warna putih kecokelatan. Lapisan es itu mencair ke sungai-sungai dan danau yang terletak di sekitar Taman Nasional Gunung Rainier.
Namun, apa yang kami lihat menakjubkan itu ternyata menyimpan masalah. Penelitian menunjukkan bahwa gletser di AS dan dunia pada umumnya sedang menyusut. Paling tidak itu hasil penelitian Universitas Washington AS, yang dipublikasikan Science Daily 20 Oktober 2017.
Sebelumnya, gletser di AS telah diukur dengan dua cara. Pertama, menempatkan pasak di salju, seperti yang dilakukan para ilmuwan federal AS setiap tahun sejak 1957 di gletser negara bagian Washington. Cara kedua adalah melacak area gletser menggunakan foto-foto dari pesawat terbang dan satelit.
Sejak 2012, peneliti di Departemen Ilmu Bumi dan Luar Angkasa Universitas Washington, David Shean, menemukan cara baru untuk menggunakan gambar satelit resolusi tinggi untuk melacak perubahan ketinggian untuk lapisan es besar di Antartika dan Greenland.
Pada 2012, ia pertama kali meminta waktu satelit untuk mengalihkan pandangan digital pada gletser di benua AS. Sejak itu ia telah mengumpulkan cukup data untuk menganalisis kehilangan massa gletser Gunung Rainier dan hampir semua gletser di 48 negara bagian AS. Peta gletser Gunung Rainier dibuat pertama kali tahun 2014 dengan metode barunya.
Hasil penelitian di Gunung Rainier juga mencerminkan tren penyusutan gletser yang lebih luas. Shean memperkirakan hilangnya es kumulatif sekitar 0,7 kilometer kubik (900 juta meter kubik) di Gunung Rainier sejak 1970. Didistribusikan secara merata di semua gletser Gunung Rainier, yang setara dengan menghilangkan lapisan es setebal 7 meter hingga 8 meter.
"Ada beberapa perubahan besar yang telah terjadi, karena siapa pun yang telah mendaki Gunung Rainier dalam 45 tahun terakhir dapat membuktikannya" kata Shean, seperti dikutip Science Daily, 20 Oktober 2017. Kehilangan gletser di Gunung Rainier konsisten dengan tren penurunan gletser di seluruh AS dan di seluruh dunia. Penyebabnya adalah pemanasan bumi karena perubahan iklim.
Gletser adalah sumber air yang berharga, termasuk di Taman Nasional Gunung Rainier. Gletser yang mencair, mengalir ke sungai-sungai dan danau-danau, dan juga menjadi sumber air minum. Air minum yang segar dari gletser Gunung Rainier itu dapat diminum wisatawan di tempat-tempat istirahat dan berkemah di sekitar taman nasional.
Makan siang yang disiapkan oleh pemandu wisata dari Seattle dapat dilakukan di tempat istirahat tersebut. Seusai makan, sisa makanan harus dibawa kembali agar tidak dimakan burung-burun yang dilindungi. Sisa makanan manusia tersebut dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan burung-burung.
Selain gletser, hutan pinus adalah kekayaan Taman Nasional Gunung Rainier. Setelah mendaki dan makan siang, perjalanan dilanjutkan denan menyusuri kedalaman hutan pinus. Jalur khusus wisatawan juga telah dibuat untuk menuju pohon-pohon tua berusia ratusan tahun. Selain pinus, berbagai jenis tumbuhan berbunga.
Tumbuhan liar ini juga pernah menjadi obyek penelitian tiga ahli ekologi dari Departemen Biologi Universitas Washington, Seattle, AS. Mereka adalah Elli J Theobald, Ian Breckheimer, dan Janneke HilleRisLambers. Penelitian mereka dimuat dalam jurnal Ecology 11 Oktober 2017.
Mereka mengumpulkan data tentang bunga liar yang mekar setiap musim panas di lereng Gunung Rainier. Selama enam musim panas dari 2010 hingga 2015, Theobald melacak kondisi lingkungan dan perilaku tanaman untuk 48 spesies di 70 plot lapangan, masing-masing satu meter persegi, di sepanjang lereng selatan Gunung Rainier. Plotnya memiliki ketinggian antara 1.490 hingga 1.901 meter. Dalam setiap plot, Theobald menggunakan sensor untuk merekam suhu, pencairan salju dan kadar air tanah.
"Pada ketinggian di Gunung Rainier ini, salju adalah pendorong utama perilaku tanaman, karena siklus tahunan pembungaan dan reproduksi tidak dapat dimulai sampai salju mencair. Jika ada salju di tanah, tanaman tidak bisa berfotosintesis, dan jika tidak bisa berfotosintesis, mereka tidak bisa tumbuh,” kata Theobald seperti dikutip Science Daily, 7 November 2017.
Ketika sensor melaporkan bahwa salju telah meleleh di setiap plot, Theobald mengumpulkan data kapan tanaman akan muncul, berbunga, dan mulai menghasilkan buah. Tumbuhan ini adalah spesies tumbuan yang akrab bagi pejalan kaki seperti bunga lili avalanche lily (Erythronium montanum), magenta paintbrush (Castilleja parviflora), buah beri blueberry gunung, huckleberry liar, dan lupin liar.
Tumbuhan-tumbuhan ini juga dapat dinikmati wisatawan yang suka wisata alam di Taman Nasional Gunung Rainier. Buah beri yang bermacam-macam jenisnya itu dapat dipetik dan dimakan langsung.