Sandiaga Uno, Kembali ke Panggung Politik dan Sikap Abu-abu Gerindra
Sandiaga Uno kembali berlabuh ke Partai Gerindra. Apakah dia akan kembali menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta atau ditawari Prabowo mengisi menteri dari Gerindra di Kabinet Jokowi?
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno kembali ke panggung politik seusai menepi selama enam bulan pasca-Pemilihan Presiden 2019. Dia memutuskan kembali bergabung ke Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sebagai kendaraan politiknya.
Sejumlah spekulasi merebak seiring kembalinya Sandiaga ke Gerindra. Isu-isu yang beredar menyebutkan Sandiaga mengincar kembali jabatan Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta yang ditanggalkannya saat hendak bertarung di Pilpres 2019. Desas-desus lain mengatakan, nama Sandiaga disorongkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai salah satu calon menteri dari Gerindra.
Pada Kamis (17/10/2019) atau sehari seusai Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sandiaga mengundang sejumlah wartawan ke kediamannya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dalam undangan yang dikemas secara santai tersebut, Sandiaga mengungkapkan sejumlah hal, mulai dari aktivitasnya selama enam bulan menepi dari politik, alasan di balik keputusannya bergabung kembali dengan Gerindra, dan sikap politik Partai Gerindra pasca-pilpres. Berikut petikan wawancara Sandiaga Uno dengan wartawan:
Bagaimana ceritanya Anda bisa memutuskan kembali bergabung dengan Partai Gerindra?
Saya sudah resmi kembali ke Partai Gerindra dan sudah mulai bertugas sejak kemarin. Pak Prabowo sendiri yang akan menentukan dan mengumumkan mengenai tugas dan posisi saya di partai.
Mulai kemarin, saya mendapatkan instruksi untuk mulai melihat kader-kader muda dari Gerindra, khususnya yang berpotensi membesarkan partai. Saya juga diminta mulai bisa mengidentifikasi atau merekrut potensi-potensi muda di seluruh Indonesia yang bisa bergabung dengan Gerindra untuk membesarkan Indonesia.
Tentu teman-teman sudah mendengar sendiri posisi dari Gerindra berkaitan dengan bagaimana melangkah bersama untuk membangun Indonesia yang lebih sukses ke depan. Pernyataan tersebut sudah disampaikan Pak Prabowo saat Rapimnas.
Mengapa memilih bergabung sekarang?
Karena ini adalah enam bulan persis setelah 17 April 2019. Liburannya atau break-nya jadi enam bulan. Saya sebetulnya selama enam bulan itu berkontemplasi terus. Banyak bergerak keliling Indonesia bertemu dengan para sukarelawan dan masyarakat.
Jadi, selama enam bulan kemarin, saya juga memenuhi beberapa undangan yang sudah lama sekali dari Perdana Menteri Hongaria selama 7 tahun, baru bisa saya penuhi. Kemarin saya bisa ke sana.
Selain itu, planning dan initial relaunching dari Oke Oce Indonesia dan Rumah Siap Kerja sudah saya kerjakan dan rampung kemarin selama enam bulan. Sekarang Oke Oce Indonesia sudah punya tim yang solid, go nasional.
Rumah Siap Kerja sedang menyiapkan pilot face, khususnya di lima kota lainnya selain Jakarta. Menurut rencana, ingin membuka 30 lokasi baru di 2020. Jadi, kami siapkan acaranya. Kami siapkan juga rencana bisnisnya. Karena Rumah Siap Kerja sudah menjadi sebuah perusahaan rintisan. Jadi perencanaannya harus hati-hati, komprehensif, dan menyeluruh.
Oke Oce sekarang langkah tujuannya juga sudah beberapa di daerah dibantu dengan peluncuran bank infak. Enam bulan kemarin, saya fokus kembali dalam kegiatan nonpolitik. Alhamdulilah sudah rampung dan Pak Prabowo sudah mengajak dan ini saat yang tepat. Rapimnas dan apel kader menjadi momentum saya kembali ke Gerindra.
Momentum bergabung ke Gerindra yang berdekatan dengan pelantikan Presiden terpilih, itu menguatkan isu Anda akan menjadi salah satu menteri di Kabinet Jokowi?
Saya tidak ditawari (jadi menteri). Saya justru tidak ada pembicaraan yang mendetail seperti itu sama Pak Prabowo. Saya sampaikan, keputusan apa pun yang Pak Prabowo ambil akan saya dukung dan kemarin, saat Rapimnas, keputusan itu sebetulnya sudah disampaikan bahwa politik yang didorong oleh Gerindra adalah politik gagasan.
Saya tidak ditawari (jadi menteri). Saya justru tidak ada pembicaraan yang mendetail seperti itu sama Pak Prabowo.
Konsepsi sudah diserahkan kepada pemerintah dan Pak Jokowi. Seandainya akan dipakai, Gerindra siap menjadi bagian dari eksekutor program-program dan konsepsi tersebut. Namun, seandainya belum diperlukan, Gerindra akan loyal menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI.
Baca juga: Sandiaga Uno Ingin Partai Gerindra Menjadi Oposisi
Sebetulnya keputusannya sudah dibuat. Saya lega bahwa ini adalah keputusan yang sangat jelas bahwa kami membela keutuhan NKRI dan tentunya karena saya sekarang ada di dalam ekosistem partai politik, saya akan ikut arahan Pak Prabowo.
Berarti sudah pasti bergabung dengan koalisi pemerintah?
Berkaitan dengan bergabungnya atau tidak kan tadi sudah dikasih jelas sekali posisinya. Jika diperlukan, bersedia untuk menjadi bagian dari eksekutor mengeksekusi konsepsi tersebut. Jika belum diperlukan, (Gerindra) tetap akan loyal terhadap NKRI menjaga keutuhan dan persatuan.
Selama ini kan dikhawatirkan, kalau Gerindra tidak diajak ke koalisi, Gerindra nanti akan menjadi satu oposisi melawan dan menghambat pembangunan ke depan.
Kemarin Pak Prabowo sudah menyatakan, mestinya kami membuat lega semua dan memberikan ruang untuk Presiden membentuk kabinetnya dengan prinsip orang yang tepat di posisi yang tepat. Di dalam atau di luar, Gerindra akan tetap menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa membangun Indonesia.
Buat saya ini sederhana, menurut saya, kecuali kalau melihatnya dari sudut pandang politik, dicoba diolah, dan diotak-atik. Tapi itu jelas dan lega, akhirnya keputusan itu menjadi keputusan Presiden sendiri.
Ada tawaran ke Anda untuk jadi menteri? Kan kemarin ada isu yang bilang nama Anda disodorkan ke Jokowi?
Itu saya enggak sepakat. Menurut saya, dari hasil pembicaraan saya dengan Pak Prabowo, beliau tak pernah menyorongkan nama menteri. Perjuangan Gerindra bukan tentang berjuang mencari posisi.
Kenapa saya memutuskan kembali ke Gerindra karena yang diperjuangkan Gerindra itu gagasan. Kemarin di pilpres kami memperjuangkan Indonesia adil makmur, Indonesia menang. Tapi belum terpilih. Tapi gagasannya masih ada dan diperbarui.
Perjuangan Gerindra bukan tentang berjuang mencari posisi. Kenapa saya memutuskan kembali ke Gerindra karena yang diperjuangkan Gerindra itu gagasan.
Beberapa hal yang kita khawatirkan timbul sekarang. Pertumbuhan ekonomi semakin lambat, lapangan kerja tidak tercipta, harga-harga mulai bergejolak, ancaman disintegrasi bangsa mulai terlihat. Ini yang kita enggak mau terjadi.
Oleh karena itu, pemerintah sekarang kita beri konsep tersebut. Kalau saya melihat posisi Gerindra jelas, kemarin disampaikan Pak Prabowo tidak pernah menyodorkan nama menteri.
Saya mengapresiasi teman-teman yang berjuang di koalisi Pak Jokowi. Pasti menginginkan posisi. Dengan pernyataan kemarin, Pak Jokowi bisa lega mengambil keputusan, Gerindra jangan ikut membuat pusing Presiden. Kita akan fokus membangun bangsa ini menjaga keutuhan.
Anda bilang siap menerima putusan Prabowo. Bagaimana bila Anda dipercaya mengeksekusi gagasan yang ditawarkan Gerindra?
Kalau di partai itu urut kacanglah. Kader terbaik itu Pak Prabowo, beliau yang paling pantas menurut saya. Selain itu ada kader-kader Gerindra lain, seperti Pak Edhi Prabowo yang jauh lebih senior dibandingkan dengan saya.
Saya, kan, baru gabung kembali kemarin. Jadi, saya rasa kita tak usah berspekulasi, tunggu saja tinggal tiga hari, dan ini masih fresh from the oven.
Saya belum berinteraksi lagi dengan teman-teman Gerindra. Satu per satu saya lagi Whatsapp untuk meminta waktu dan potensi sinerginya. Sekarang ada 78 rekan Gerindra yang bertugas di DPR, saya ingin membantu memberikan masukan kepada mereka agar Gerindra bisa nyambung sama milenial.
Saya bilang, kalau Gerindra enggak hati-hati, milenial ke depan enggak bisa melihat fungsi partai politik untuk menyalurkan aspirasi mereka. Gerindra bisa makin tertinggal.
Baca juga: Risiko Politik Gerindra dan Kembalinya Sandiaga Uno
Jadi, gimana caranya agenda besar ini supaya ada yang mengurusi. Saya akan turun, kami pastikan program-program Gerindra nyambung dengan teman-teman di kalangan muda karena mayoritas dari elektoral itu nanti, baik di 2020 untuk pilkada serentak maupun agenda kontestasi yang lain, akan didominasi para anak muda ini.
Kalau mereka enggak nyambung dengan Gerindra karena kami jadul, ya, kami enggak akan mampu menangkap aspirasi mereka.
Banyak pengamat yang bilang, dengan masuknya Gerindra ke koalisi, itu membuat oposisi berkurang. Bahkan, ada yang bilang ini kemunduran demokrasi. Menurut Anda, apa yang bisa ditawarkan Gerindra agar iklim demokrasi Indonesia tetap terjaga meski akhirnya Gerindra berada di pemerintahan?
Secara pribadi, bagi saya check and balance itu penting. Kemarin kami belum terpilih secara default posisi kami pasca-pemilu. Saya berpendapat secara pribadi, alangkah baiknya yang belum terpilih seperti saya berada di luar pemerintahan untuk memberikan masukan-masukan secara konstruktif dan bersahabat.
Menjadi bagian daripada proses check and balance sehingga proses demokrasi kita semakin diperkuat.
Tentu ada banyak adagium bahwa loyalitas Anda kepada partai berakhir saat loyalitas Anda kepada negara dimulai. Di sini adalah posisi yang mungkin yang menurut saya Pak Prabowo menempatkan Gerindra di posisi yang sangat tepat.
Bahwa seandainya negara memanggil, Gerindra siap mengeksekusi konsepsi tersebut. Gerindra sangat siap menjadi bagian check and balance tersebut, memberikan masukan yang konstruktif sehingga lima tahun ke depan masyarakat bisa fokus dan tidak gaduh.
Pemerintah butuh masukan, misalnya soal pemberantasan korupsi. Masukannya harus jelas, kalau hanya dapat masukan yang asal bapak senang, itu akan sangat berbahaya bagi demokrasi kita.
Apa jabatan Anda setelah kembali bergabung dengan Gerindra?
Terus terang Pak Prabowo belum bicara kepada saya terkait posisi saya di partai. Saya dengar dari media apa yang disampaikan Pak (Ahmad) Muzani dan Andre (Rosiade). Jadi, saya menunggu dari Pak Prabowo untuk posisi dan tugas saya.
Benarkah kembali ke Gerindra untuk mengincar posisi wagub DKI Jakarta?
Kalau wagub itu sudah ditawarkan dari awal pilpres selesai. Pak Prabowo beberapa kali bicara dan saya tegas menyikapi bahwa komitmen saya meninggalkan posisi wagub waktu itu bukan coba-coba.
Saya mau all out bantu beliau di kontestasi pilpres kemarin. Harapan saya saat itu adalah posisi wagub segera diisi, tidak seperti sekarang. Sudah setahun lebih masih belum terselesaikan.
Prediksi saya salah waktu itu. Saya pikir PKS bisa segera mengisi nama wagub dan bisa segera berjalan. Kalau saya melihatnya waktu itu, kan, sederhana saja. Gerindra dan PKS sudah setuju diajukan, DPRD memilih, tetapi saya enggak tahu apa yang terjadi, sampai sekarang belum terjadi (mendapatkan wagub pendamping Anies).
Saya dapat berita dari Pak (Muhammad) Taufik, alhamdulillah, mereka (DPRD DKI Jakarta) yang baru ini akan menjadi agenda pertama dan mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama posisi wagub akan segera terisi.
Kapan tepatnya Pak Prabowo menawarkan Anda posisi wagub?
Mulai dari setelah sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Tapi saya selalu bilang enggak. Ini saya sudah putuskan, sampai kemarin pas Rapimnas juga enggak berubah pikiran. Ini saya rasa juga akan memberikan pelajaran kepada para politisi muda kita bahwa kita harus berkomitmen terhadap putusan yang sudah kita ambil.
Seandainya harapan saya ini bisa selesai sebelum akhir tahun. Saya instruksikan Pak (Muhammad) Taufik dan teman-teman PKS untuk merampungkan ini. Cari mekanisme yang lain, rakyat membutuhkan wakil gubernur. Sudah satu tahun lebih. Cukuplah waiting game ini. Saya dapat komitmen dari Pak Taufik bahwa ini akan menjadi agenda pertama dari DPRD DKI Jakarta baru yang baru aktif minggu depan.
Pak Prabowo menyampaikan alasan menawarkan kembali?
Karena posisi wagub hingga saat ini belum terisi. Dia merasa terbebani, dulu perjuangan memenangi Pilkada DKI Jakarta, masa sekarang karena kepentingan satu-dua pihak lalu kosong. Jadi, Pak Prabowo mencoba mencari solusi atas kebuntuan itu dengan menawarkan. Kan, kalau Sandiaga juga katanya diterima semuanya juga.
Tapi, bagi saya ini mengirimkan sinyal yang sangat salah. Bahwa kepala daerah coba-coba mengambil posisi yang lebih tinggi, terus kalau gagal balik lagi. Ada ketidakpastian, dan saya rasa ini sangat tidak adil untuk rakyat Jakarta. Kalau saya masuk lagi nanti komplikasinya tambah luar biasa dan malah enggak membuat preseden yang baik.
Kepala daerah coba-coba mengambil posisi yang lebih tinggi, terus kalau gagal balik lagi. Ada ketidakpastian, dan saya rasa ini sangat tidak adil untuk rakyat Jakarta.
Bagaimana antisipasi Gerindra agar tidak terbelah jika seandainya jadi masuk ke pemerintahan?
Pak Prabowo kemarin saat Rapimnas sudah memberikan tiga hal. Ini menarik untuk jadi pelajaran bagi dua kubu di Gerindra. Kalau bisa dilihat di Gerindra ada kubu. Saya bagian dari kubu yang ingin Gerindra tetap sebagai oposisi dan ini akan dihargai oleh para pendukung kita.
Pak Prabowo menyampaikan tiga hal, cerita tentang Abraham Lincoln yang menggandeng Abraham Seward… (Sandiaga kemudian bercerita tiga kisah hubungan para pemimpin di Amerika Serikat, Jepang, dan China. Pemimpin di tiga negara itu kemudian bekerja sama setelah sebelumnya berkompetisi).
Dari tiga cerita itu saya simpulkan pikiran Pak Prabowo bahwa yang harus kita kedepankan adalah cinta bangsa, cinta NKRI. Kedua, melihat ke depan, jangan melihat ke belakang. Ketiga, adalah hindari perpecahan di belakang kita.
Yang harus kita kedepankan adalah cinta bangsa, cinta NKRI. Kedua, melihat ke depan, jangan melihat ke belakang. Ketiga, adalah hindari perpecahan di belakang kita.
Tiga hal itu yang dibawa dalam Rapimnas kemarin, yang menjadi pegangan. Ini diakhiri dengan instruksi kepada setiap kader.
Berarti nanti Pak Jokowi akan menggandeng Pak Prabowo?
Itu menjadi keputusan Pak Jokowi. Sikap posisi Pak Prabowo sudah jelas, kader akhirnya terharu. Sekarang sudah tidak ada dua kubu pemikiran lagi, hanya pemikiran Pak Prabowo yang menjadi pegangan samua kader Gerindra.
Kembali ke Gerindra dan membantu Pak Prabowo dengan cara bagaimana dan fokusnya apa?
Saya target pertama sebagai partai, kan, harus mampu untuk menjadi pendorong terciptanya dan terwujudnya cita-cita pendiri bangsa kita. Gerindra partai yang paling vokal mendorong ekonomi rakyat.
Posisinya saya di partai, saya serahkan kepada Pak Prabowo. Saya tak pernah mematok-matok posisi. Mekanismenya sudah ada di Partai Gerindra, apa pun posisi tersebut saya akan fokus untuk mewujudkan cita-cita Indonesia.
Harapannya di Pilkada 2020 Gerindra bisa mendapat hasil yang baik. Pada 2024 Gerindra harus meningkatkan perolehan suaranya, harus menjadi bagian kemajuan Indonesia. Dengan 4-5 tahun ke depan Gerindra bisa membangun persepsi di masyarakat bahwa kita berjuang untuk mereka.
Caranya dengan mendekatkan diri ke milenial?
Iya, milenial, back group, kemudian emak-emak milenial. Kanalnya bisa dari organ-organ partai dan sukarelawan.
Iya milenial, back group, kemudian emak-emak milenial. Kanalnya bisa dari organ-organ partai dan relawan.
Berarti bergerak di akar rumput?
Iya, harus di akar rumput. Kemarin satu tahun saya di akar rumput merasakan diskoneksi yang luar biasa antara apa yang dibicarakan elite dan akar rumput.
Apa ke depan ada pertemuan antara Prabowo dan Jokowi untuk menyampaikan secara langsung bahwa Gerindra siap diminta bergabung ke koalisi?
Mestinya ada, tapi agendanya saya enggak lihat.