Tim pelatih sprint bekerja keras membangun tim estafet 4 x 100 meter putra dalam dua bulan menjelang SEA Games 2019. Tim ini diperkuat tiga sprinter baru dan hanya satu pelari dari tim peraih perak Asian Games 2018.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah tampil impresif dengan merebut perak Asian Games 2018, tim estafet 4 x 100 meter putra Indonesia harus membangun tim dari awal lagi untuk bersaing dalam SEA Games 2019 di Filipina. Saat ini, hanya ada satu alumnus Asian Games 2018 di tim, yakni Eko Rimbawan, sedangkan sisanya anggota baru yang minim pengalaman.
”Dengan formasi yang benar-benar baru, tim ini memulai semuanya dari nol. Ini sangat berat karena waktu persiapan ke SEA Games 2019 kurang dari dua bulan lagi. Tapi, kami akan berusaha mengoptimalkan semua kelebihan pada diri semua pelari yang ada sekarang,” ujar pelatih kepala sprint PB PASI, Eni Nuraini, di Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Beranggotakan Fadli, Lalu Muhammad Zohri, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara, tim estafet 4 x 100 meter Indonesia bisa meraih perak Asian Games 2018 dengan waktu 38,77 detik. Hasil itu menjadi rekornas baru sekaligus prestasi terbaik tim estafet Indonesia setelah meraih perak pada Asian Games 1966 di Bangkok, Thailand.
Meski demikian, tim itu tidak dibentuk dalam sekejap mata. Praktis, mereka sudah dibentuk sejak SEA Games 2015 Singapura. Selanjutnya, tim itu terus dimatangkan untuk ikut di SEA Games 2017 Malaysia dan Asian Games 2018. Jika pun ada pergantian, hanya satu-dua orang yang berganti tiap tahun, tetapi pemimpin atau kapten tim Fadlin tetap ada.
”Dengan ada Fadlin, walau ada satu-dua pelari yang berganti, tim tetap bisa solid. Sebab, Fadlin bisa mengoordinasi para pelari lain. Apalagi, dua-tiga tahun terakhir, Fadlin adalah pelari paling senior di tim sehingga sangat dihormati oleh pelari-pelari lain,” kata Eni.
Sementara itu, tim saat ini bisa dibilang tim yang benar-benar baru. Alumni Asian Games 2018 hanya menyisahkan Eko. Sementara lainnya, yakni Mochammad Bisma Diwa dan Joko Kuncoro Adi, baru bergabung di tim pada awal tahun ini. Adit Rico Pradana dan Adit Rici Pradana baru bergabung sebulam terakhir.
Adapun Zohri tidak berpartisipasi di SEA Games 2019 karena diminta fokus untuk mempersiapkan diri ke Olimpiade Tokyo 2020. Sementara itu, Bayu baru saja pulih dari cedera hamstring kanan yang didapat ketika berlomba di Universiade 2019 di Napoli, Italia, Juli. Karena itu, Bayu tidak masuk dalam susunan daftar atlet PB PASI ke SEA Games 2019 yang disusun pada September.
Walau punya pengalaman di Asian Games 2018, Eko belum memiliki jiwa kepemimpinan sebaik Fadlin. Apalagi, secara usia, Eko bukan yang paling senior di tim, yakni masih berusia 24 tahun. Justru yang paling senior adalah Bisma dengan usia lebih tua sebulan dari Eko. Namun, Bisma adalah anggota baru yang belum benar-benar kenal seluk-beluk tim 4 x 100 meter Indonesia.
”Ini juga jadi masalah. Tim ini tidak punya sosok pemimpin yang benar-benar bisa mengoordinasi tim, terutama ketika mengalami ketegangan saat akan berlomba. Semuanya nyaris pelari muda yang minim jam terbang. Bahkan, selain Eko, ini ajang multi cabang internasional pertama untuk para anggota tim,” tutur Fadlin, yang sekarang menjadi asisten pelatih sprint PB PASI.
Berupaya optimal
Meski demikian, tim pelatih tetap berupaya optimal untuk mengeluarkan segenap kemampuan terbaik dari masing-masing pelari. Pada latihan Kamis pagi, tim pelatih mencoba formasi baru, Bisma, Joko, Eko, dan Rici.
Hasilnya tidak terlalu buruk. Mereka bisa mencatat waktu 40,31 detik. Memang secara waktu, mereka masih jauh dari rekornas tim Indonesia ketika meraih perak Asian Games 2018. Bahkan, hasil itu juga masih jauh dari catatan waktu terbaik tahun ini tim 4 x 100 meter putra Indonesia ketika duduk di peringkat ketujuh Kejuaraan Dunia Estafet 2019 di Yokohama, Jepang, dengan waktu 39,39 detik.
Namun, tim pelatih mengungkapkan ada harapan dari tim itu. Setidaknya, perpindahan tongkat dari pelari kedua ke pelari ketiga atau dari Joko ke Eko sudah sangat mulus. Ketika Joko mengantar tongkat dalam kecepatan maksimal, Eko sudah dalam kondisi membangun akselerasi. Saat Joko menjulurkan tongkat, Eko langsung menyambutnya dan langsung melesat dengan kecepatan optimal.
Jika pun ada evaluasi, itu hanya saat perpindahan tongkat dari pelari pertama ke kedua atau dari Bisma ke Joko dan dari pelari ketiga ke keempat atau dari Eko ke Rici. Tadi, Joko keluar sedikit lebih cepat atau mulai lari ketika Bisma masih satu langkah sebelum sampai titik check mark (2,7 meter). Kemudian, Rici keluar terlalu cepat atau mulai lari ketika Eko masih dua langkah sebelum sampai titik check mark.
”Tapi, itu masih bisa diperbaiki. Mereka harus terus mematangkan feeling kapan harus mulai berlari ketika ada teman yang mau mengantar tongkat. Hal itu memungkinkan proses pertukaran tongkat lebih mulus. Semakin mulus pertukaran tongkat, semakin cepat akselerasi mereka sehingga memungkinkan dapat catatan waktu lebih baik,” ujar Fadlin.
Secara keseluruhan, tim estafet Indonesia akan menghadapi misi berat guna merebut medali di SEA Games 2019. Sebagai gambaran, peraih emas estafet 4 x 100 meter SEA Games 2017 adalah tim Thailand dengan waktu 38,90 detik, perak diraih tim Indonesia dengan waktu 39,05 detik, dan perunggu diraih tim Filipina dengan waktu 39,11 detik.
”Tim Thailand maupun Filipina nyaris tidak melakukan perubahan anggota tim. Malah, mereka terus mematangkan tim tersebut. Jadi, mereka punya peluang besar untuk merebut medali nanti,” ungkap Fadlin.
Rio asah mental
Sementara itu, pelari 110 meter gawang Indonesia Rio Maholta sedang berupaya mematangkan mental dengan mengikuti World Military Games 2019 di Wuhan, China, 18-27 Oktober 2019. Dengan pengalaman berlomba di sana, Rio diharapkan lebih siap dan bisa menyumbangkan medali di SEA Games 2019.
Secara keseluruhan, Rio semakin membaik dua bulan ini. Paling tidak, dia membukukan beberapa catatan waktu terbaiknya selama latihan. Untuk lari 100 meter, dia mencatat waktu terbaiknya 10,7 detik. Untuk lari 120 meter, dia mencatat waktu terbaiknya 12,51 detik.
Kemudian, lari delapan gawang, atlet berusia 25 tahun itu membukukan waktu terbaiknya 9,86 detik. Ketika dicoba lari sepuluh gawang, dia mencatat waktu terbaiknya 12,46 detik. ”Dengan catatan waktu itu, Rio harusnya sudah bisa lari 13,8 detik atau 13,9 detik pada perlombaan sesungguhnya,” ujar pelatih lari gawang PB PASI Ongky.
Rio akan mengikuti SEA Games ketiga dalam kariernya. Pada SEA Games Jakarta-Palembang 2011 dan SEA Games Singapura 2015, dia gagal menyumbang medali. Pada SEA Games 2015, dia jatuh saat final. ”Sekarang Rio sudah lebih matang secara mental dan teknik. Di atas kertas, dia harusnya bisa meraih medali saat ini,” kata Ongky.
Sebagai gambaran, Rio berhasil mencatat waktu terbaiknya sekaligus rekornas dengan waktu 14,02 detik pada Asian Games 2018. Sementara itu, peraih emas lari gawang 110 meter SEA Games 2017 adalah pelari asal Malaysia Rayzam Shah Wan Sofian dengan waktu 13,83 detik, perak diraih pelari Thailand Jamras Rittidet dengan waktu 14,10 detik, dan perunggu diraih pelari Filipina dengan waktu 14,15 detik.