Suhu Terpanas Melampaui 39 Derajat Celsius
Suhu panas melanda wilayah Indonesia sejak tiga hari terakhir dengan suhu tertinggi mencapai 39,4 derajat celsius di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (22/10/2019). Suhu panas masih akan terjadi hingga seminggu ke depan.
JAKARTA, KOMPAS — Suhu panas melanda wilayah Indonesia sejak tiga hari terakhir dengan suhu tertinggi mencapai 39,4 derajat celsius terekam di Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (22/10/2019). Suhu panas diperkirakan masih akan melanda sejumlah wilayah Indonesia hingga seminggu ke depan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu yang mencapai 39,4 derajat celsius tersebut merupakan yang tertinggi dalam satu tahun terakhir. Pada periode Oktober 2018, tercatat suhu maksimum hanya mencapai 37 derajat celsius.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo, di Jakarta, mengatakan, fenomena suhu panas ini dipicu oleh gerak semu matahari yang berada di atas wilayah Indonesia selain karena minimnya awan. Hingga seminggu ke depan, posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer cukup kering.
Fenomena suhu panas ini dipicu oleh gerak semu matahari yang berada di atas wilayah Indonesia selain karena minimnya awan.
Sejak September, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember. ”Pada Oktober, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan, seperti Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” katanya.
Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak sehingga meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu, pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.
”Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara,” lanjut Mulyono.
Hingga seminggu ke depan, kata Mulyono, suhu panas diperkirakan masih akan melanda wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer cukup kering. Potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari sangat kecil pertumbuhannya.
Hingga seminggu kedepan, suhu panas diperkirakan masih akan melanda wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer cukup kering.
Stasiun-stasiun meteorologi BMKG yang berada di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara rata-rata mencatat suhu udara maksimum berkisar 35 39,4 derajat celsius pada periode 19-22 Oktober 2019.
Pada 19-20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi, yaitu Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38,8 derajat celsius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat celsius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37,8 derajat celsius.
Adapun pada 21 Oktober, suhu terpanas 39 derajat celsius terekam di Stasiun Meteorologi Ciputat, Tangerang Selatan. Suhu terpanas berikutnya tercatat di Stasiun Meterologi Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, dengan 38,4 derajat celsius, dan Stasiun Klimatologi Budiarto, Curug, Tangerang, 38,4 derajat celsius.
Pada 22 Oktober, rekor terpanas tercatat di Semarang, yaitu 39,4 derajat celsius. Suhu ini rata-rata lebih panas dibandingkan dengan suhu terpanas pada bulan Oktober di Semarang pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada 18 Oktober 2002, misalnya, terekam suhu terpanas mencapai 38,5 derajat celsius. Pada 1972, suhu terpanas terekam pada 13 Oktober yang mencapai 38,7 derajat. Suhu di Semarang kali ini hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu maksimal pada Oktober 2015 yang mencapai 39,5 derajat celsius.
Baca juga : Suhu Panas Melanda Indonesia
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, suhu panas tinggi tidak hanya melanda Jawa dan Sulawesi, tetapi juga berpotensi melanda Bali dan Nusa Tenggara. ”Dibandingkan suhu rata-rata harian pada musim kemarau, saat ini ada kenaikan suhu 1-2 derajat celsius,” ujarnya.
”Dengan adanya suhu panas tinggi tersebut, masyarakat harus waspada terutama saat beraktivitas di luar ruangan, misalnya dengan mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari dan minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi,” tuturnya.
Antisipasi kebakaran
Fachri mengatakan, suhu panas tinggi juga akan membuat ketersediaan air tanah berkurang hingga menyebabkan kekeringan. Dalam kondisi kekeringan, suhu panas tinggi, dan udara kering, maka hutan dan lahan pun akan sangat mudah terbakar.
”Kebakaran hutan dan lahan harus diantisipasi. Masyarakat hendaknya mewaspadai aktivitas yang dapat memicu karhutla (kebakaran hutan dan lahan), khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla,” ucapnya.
Di Jawa Timur, menurut Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B Panjaitan, terjadi kebakaran hutan dan lahan di Taman Wisata Alam Kawah Ijen (Banyuwangi dan Bondowoso), Gunung Arjuno (Kabupaten Malang), Gunung Kawi (Kabupaten Malang dan Blitar), Gunung Semeru (Kabupaten Malang), dan Gunung Ranti (Jember).
”Saat ini semua tengah dilakukan penanganan oleh pasukan gabungan di lokasi masing-masing. Sudah dilakukan juga SMS blast untuk meningkatkan kewaspadaan pada daerah-daerah tersebut,” kata Raffles.
Tren jangka panjang
Sekalipun peristiwa suhu panas di Indonesia ini merupakan siklus lazim pada musim kemarau, tren global dengan rentang waktu pendataan yang panjang menunjukkan peningkatan suhu rata-rata ataupun suhu maksimal harian. Tren jangka panjang ini diduga terkait pemanasan global.
Baca juga : Perubahan Iklim Meningkatkan Intensitas Suhu Ekstrem
Kepala Subbidang Peringatan Dini Iklim BMKG Supari mengatakan, dari penelitian tentang tren suhu di Indonesia dalam kurun 1981-2012, ditemukan ada kenaikan suhu maksimum atau suhu tertinggi harian secara signifikan. ”Kenaikan suhu maksimal ini sebesar 0,18 derajat celsius per 10 tahun,” ucapnya.
Dari penelitian tentang tren suhu di Indonesia dalam kurun 1981-2012, ditemukan ada kenaikan suhu maksimum atau suhu tertinggi harian secara signifikan.
Sementara itu, suhu minimum atau suhu malam hari secara jangka panjang, menurut Supari, juga naik dengan tren 0,30 derajat celsius per sepuluh tahun. ”Kenaikan suhu minimum atau suhu terendah harian rata-rata lebih tinggi trennya dibanding suhu maksimum atau suhu terpanas harian,” kata Supari.
Data global juga menunjukkan, suhu bumi terus memanas. Misalnya, berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dikeluarkan pekan lalu menunjukkan, September 2019 merupakan yang paling panas di Amerika Utara sejak pencatatan dimulai 140 tahun yang lalu.
Bukan hanya September yang mengalami panas yang tidak biasa. Suhu di seluruh Amerika Utara rata-rata lebih panas 1,7 derajat celsius dibandingkan dengan abad ke-20. Sementara secara keseluruhan, suhu rata-rata di belahan bumi utara 1,3 derajat celsius lebih panas dibandingkan dengan rata-rata abad ke-20.
”Amerika Selatan, Afrika, Asia, Teluk Meksiko, dan wilayah Hawaii memiliki rekor tiga bulan terhangat pada bulan September,” tulis laporan NOAA, yang dirilis pekan lalu. Di seluruh dunia, suhu rata-rata daratan dan permukaan laut sepanjang September juga lebih panas 0,95 derajat celsius daripada rata-rata abad ke-20.