Banyuwangi BMX International yang menawarkan balapan Hors Class yang memberikan poin maksimal 90 menarik minat para pebalap top dunia yang sedang mengumpulkan poin menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Angger Putranto
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Tiga pebalap BMX Indonesia yang diproyeksikan berlaga dalam SEA Games 2019 di Filipina gagal meraih podium pada Banyuwangi BMX International di di Sirkuit BMX Muncar, Sabtu (26/10/2019). Podium pertama diraih pebalap BMX asal Inggris, Quillan Isidore, yang merupakan peraih gelar juara dunia U-16 pada Kejuaraan Dunia BMX 2012 di Birmingham.
Isidore yang kini berusia 23 tahun mengakui, Banyuwangi BMX International 2019 menyuguhkan atmosfer yang luar biasa. Hal itu muncul dari animo penonton, trek balapan yang menantang, serta peserta yang sangat kompetitif. ”Beberapa pebalap di antara kami bercanda bahwa balapan ini bukan piala dunia, tetapi tidak kalah dengan Piala Dunia. Saya sangat menyukainya,” tuturnya.
Kesuksesan Isidore tak lepas dari usahanya untuk tampil maksimal dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan sedikit pun. Motivasinya untuk mengumpulkan poin demi tiket Olimpiade Tokyo 2020 juga menjadi pemompa semangatnya. Hingga saat ini, poin pribadi yang dimiliki Isidore belum cukup untuk dapat tampil di Tokyo.
”Besok (Minggu) saya akan mencoba mempertahankan hasil yang saya raih hari ini. Besok menjadi pertandingan penting karena kami akan berlaga di kelas Hors Class, yang menyediakan poin lebih tinggi,” tutur Isidore, yang menggunakan sepeda nomor 164 tersebut.
Pebalap nasional
Sementara itu, tiga pebalap BMX tim nasional balap sepeda Indonesia, Toni Syarifudin, Rio Akbar, dan Bagus Saputra, belum mampu menyaingi dominasi para pebalap Eropa yang turun di kelas Men Elite. Bagus menjadi satu-satunya pebalap Asia yang mencicipi beradu cepat di babak final, dan finis di posisi keenam.
Sementara itu, olimpian Toni Syarifudin tersingkir saat kualifikasi heat 3, sedangkan Rio Akbar terjatuh di semifinal. Rio Ia terjatuh saat bersenggolan dengan pebalap lain di tikungan pertama. ”Saya start posisi delapan di line terluar, posisi ini sudah membuat saya susah untuk memimpin balapan. Setelah starting hill, saya bisa merangsek ke posisi lima. Tetapi, saat mau curi posisi keempat di tikungan, saya justru terjatuh,” ujar Rio.
Terkait dengan hasil balapan ini, Bagus menilai, persaingan memang sangat berat. ”Kalau dilihat hasilnya, memang tidak memuaskan. Tapi, saya sangat menikmati dan mensyukuri prosesnya. Saya senang dan bangga karena saya menjadi satu-satunya pebalap Asia yang berhasil masuk final untuk beradu cepat dengan beberapa pebalap yang sudah biasa berlaga di World Cup maupun World Championship,” ucap Bagus.
Bagus merasa Sirkuit BMX Muncar merupakan ”rumahnya”. Bagus memang sudah sangat mengenali sirkuit tersebut karena sejak empat tahun terakhir kerap berlatih dan bertanding di sirkuit tersebut.
Adapun performa tidak optimal yang ditunjukkan Toni tak lepas dari kondisi fisiknya yang belum sepenuhnya pulih. Pebalap yang pernah tampil di Olimpiade Rio 2016 tersebut masih dihantui cedera ligamen lutut kanannya.
”Di heat ketiga, saya sudah kalah sejak start. Cedera kaki saya membuat saya kehilangan banyak waktu di start sehingga kesulitan untuk mengejar pebalap yang di depan,” ujar Toni.
Ketua PB ISSI sekaligus Ketua KOI Raja Sapta Oktohari, yang hadir dan membuka Banyuwangi BMX International 2019, mengapresasi para pebalap timnas dan pergelaran yang dihelat Pemda Banyuwangi tersebut. Balapan ini penting bagi prestasi para pebalap baik nasional maupun internasional.
”Dunia balap internasional saat ini sedang menunggu hasil dari balapan kali ini. Pasalnya, hasil balapan ini menjadi salah satu bahan kualifikasi untuk Olimpiade Tokyo 2020,” ujarnya.
Okto mengatakan, Banyuwangi BMX International 2019 ini sudah memenuhi standar UCI untuk menggelar Hors Class. Level tersebut meningkatkan standar balapan dari yang semula C.1. Poin yang diberikan bagi pebalap yang menjuarai Hors Class ialah 90 poin, atau 30 poin lebih tinggi dari C.1. Gelaran Hors Class baru akan digelar pada hari kedua lomba, Minggu (27/10).
”Balapan ini merupakan Hors Class pertama di Indonesia, dan kedua di Asia Tenggara setelah Thailand. Di satu benua, hanya boleh ada enam kali balapan berlevel Hors Class dalam setahun. Karena itu, kesempatan ini sangat dinantikan para pebalap dunia,” tutur Okto.