Persoalannya kini, siapa yang memiliki daya tarik atau daya pikat paling tinggi akan didatangi investor. Saatnya berjuang menjaga bahtera ekonomi Indonesia berlayar di samudra yang tengah bergelombang tinggi.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Dua bulan menjelang tutup tahun 2019. Apakah kecepatan perekonomian kita dalam ”berlari”, khususnya investasi, semakin tinggi?
Pada tiga bulan pertama tahun ini, ketika Indonesia tengah bersiap menghelat pemilihan umum, realisasi investasi sebesar Rp 195,1 triliun. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi itu sekitar 24,6 persen dari target tahun ini yang sebesar Rp 792 triliun.
Jika berkaca pada data bulan Januari-Maret 2019, realisasi investasi belum menyentuh seperempat dari target. Selanjutnya, realisasi investasi hingga paruh pertama 2019 sebesar Rp 395,6 triliun atau 49,9 persen, hampir separuh dari target.
Pekan lalu, BKPM merilis data realisasi investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sembilan bulan pertama 2019. Realisasi investasi Januari-September 2019 sebesar Rp 601,3 triliun atau 75,9 persen dari target yang diharapkan bisa tercapai pada akhir Desember mendatang.
Pencapaian investasi sepanjang sembilan bulan pertama 2019 ini meningkat 12,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018, yakni Rp 535,4 triliun. Hasil ini patut diapresiasi jika menimbang faktor ”melihat dan menunggu” yang dilakukan investor pada bulan-bulan awal di tahun politik ini.
Bicara mengenai persentase pencapaian target, ada sinyal tipis peningkatan keyakinan investor pada triwulan III-2019. Dari realisasi investas itu, realisasi PMA lebih tinggi dibandingkan dengan PMDN. Realisasi PMA sepanjang Januari-September 2019 sekitar Rp 317,8 triliun, sedangkan PMDN Rp 283,5 triliun.
Asosiasi Pengusaha Indonesia mencatat, Kemudahan Berusaha Indonesia 2015, menurut data Bank Dunia, ada di posisi 120. Sekadar catatan, dana Kemudahan Berusaha 2015 ini dirilis pada triwulan ketiga 2014. Kemudahan Berusaha di Indonesia membaik hingga mencapai peringkat ke-72 pada 2018.
Sementara itu, Kemudahan Berusaha Indonesia 2020 ada di peringkat ke-73. Jika peringkat itu membaik, investasi yang ditanamkan di Indonesia juga diharapkan meningkat. Namun, jika peringkat menurun, bisa saja yang terjadi sebaliknya.
Persoalannya, harus diakui, tidak semudah membalik telapak tangan untuk begitu saja menjadikan iklim investasi di Tanah Air memikat investor. Persoalan menyangkut kemudahan perizinan, tumpang tindih aturan, dan aturan yang tidak sinkron masih kerap terdengar.
Konsep pelayanan terpadu satu pintu hingga perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau OSS telah digaungkan. Demikian pula sejumlah kebijakan, termasuk terkait upaya mendukung iklim investasi, sudah dikeluarkan di era Kabinet Indonesia Kerja. Bagaimana realisasinya?
Sebelum pemerintah membuat lagi berbagai regulasi baru di era Kabinet Indonesia Maju, kiranya penting juga untuk mengevaluasi realisasi kebijakan ekonomi yang hingga kini sudah sebanyak 16 paket.
Apalagi, di tengah kondisi perang dagang dan ketegangan geopolitik, dunia tengah dihadapkan pada kondisi perekonomian yang menantang.
Upaya menarik investasi, sebagai salah satu cara untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, merupakan hal yang tidak hanya dilakukan Indonesia. Negara-negara lain juga melakukannya.
Persoalannya kini, siapa yang memiliki daya tarik atau daya pikat paling tinggi akan didatangi investor. Saatnya berjuang menjaga bahtera ekonomi Indonesia berlayar di samudra yang tengah bergelombang tinggi.