Pemerintah Provinsi Sumsel memperpanjang status tanggap darurat asap selama 20 hari sampai 30 November 2019 karena kebakaran masih marak. Ini adalah kali ke dua, Sumsel memperpanjang status tanggap darurat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS--Pemerintah Provinsi Sumsel memperpanjang status tanggap darurat asap selama 20 hari sampai 30 November 2019. Hal ini dilakukan karena kondisi kebakaran yang masih menjalar di beberapa daerah terutama di Ogan Komering Ilir, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Ogan Ilir. Ini adalah kali ke-dua, Pemerintah Provinsi Sumsel memperpanjang status tanggap darurat.
Hal ini diputuskan dalam rapat Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Sumsel di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel di Palembang, Jumat (8/11/2019). Hadir dalam rapat tersebut Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Firli Bahuri, dan Pangdam II/ Sriwijaya Mayor Jenderal Irwan.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menuturkan, kondisi cuaca yang masih sangat panas dan kering membuat potensi kebakaran lahan di Sumsel tergolong masih tinggi. Karena itu, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang status tanggap darurat hingga 30 November 2019 dari yang semula berakhir pada 10 November 2019.
Perpanjangan status tanggap darurat ini sudah dilakukan dua kali. Sebelumnya, gubernur juga memperpanjang status tanggap darurat dari 31 Oktober menjadi 10 November.
Berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau masih akan berlangsung hingga dasarian ketiga bulan November. Adapun puncak musim hujan di Sumsel diperkirakan terjadi pada periode Februari-Maret.
Musim kemarau masih akan berlangsung hingga dasarian ketiga bulan November. (Nuga Putrantijo)
Kepala Stasiun Klimatologi Klas 1 Palembang Nuga Putrantijo mengungkapkan fenomena ini dipengaruhi oleh adanya tiga siklon tropis di Laut Andaman, Filipina, dan Laut Cina Selatan. Hal inilah yang membuat kondisi kemarau di Sumsel terasa sangat kering dan panjang.
Sebenarnya, ujar Nuga, memasuki November ini seharusnya monsum Asia yang membawa lebih banyak uap air sudah masuk ke wilayah Sumsel. Hanya saja, monsum Australia yang bersifat lebih kering sampai sekarang masih menaungi wilayah Sumsel.
Mengacu pada kondisi ini, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang status tanggap darurat. Itu berarti pasukan akan tetap bersiaga di lokasi yang dianggap rawan terbakar. "Kita harus terus bersiaga. Saya juga meminta agar alat jangan ditarik dulu ke pusat,"ungkap Herman.
Kewaspadaan terhadap karhutla perlu ditingkatkan lantaran dalam waktu dekat, ada sejumlah kegiatan olahraga internasional yang akan diadakan di Palembang. Pada 16 November ada perhelatan Kejuaraan Dunia Boling yang rencananya diikuti 78 negara. "Terkait anggaran untuk satgas, berapapun yang dibutuhkan akan kami sediakan,"ucap Herman.
Pengerahan pasukan
Kepala Polda Sumsel Firli Bahuri menjelaskan keberadaan pasukan yang tinggal di lokasi kebakaran terbukti efektif menekan jumlah titik panas. Pasukan mampu memadamkan 71 titik api di 12 kecamatan, 28 desa rawan terbakar di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Alhasil, kondisi asap di Palembang pun menurun cukup signifikan.
Akhir Oktober lalu, dikerahkan 850 personel pemadam kebakaran yang terdiri dari personel Polda Sumsel (500 personel), Kodam II Sriwijaya (300 personel), dan Pemerintah Provinsi Sumsel (50 personel). Namun, setelah tim pemadam meninggalkan lokasi, kebakaran lahan kembali terjadi. "Hal ini menunjukan keberadaan personel sangat penting,"katanya.
Dinas Kehutanan Sumsel mencatat kebakaran lahan di Sumsel telah menghanguskan lahan seluas 361.857 hektar. Dari jumlah tersebut 176.148 hektar berada di kawasan hutan, adapun daerah non kawasan hutan mencapai 185.741 hektar.
Untuk daerah yang paling luas terbakar masih ada di kabupaten Ogan Komering Ilir (204.974 hektar), Banyuasin (59.425 hektar), dan Musi Banyuasin (43.815 hektar). Selain itu, untuk kebakaran tahun ini, kawasan gambut adalah yang paling luas terbakar yakni mencapai 220.483 hektar dan kawasan non gambut mencapai 131.374 hektar.
Hasil evaluasi menunjukan kebakaran lahan memang disengaja. (Mayjend Irwan)
Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal Irwan mengatakan akan ada penambahan personel baru untuk menambah kekuatan 1.512 personel yang tetap berada di lapangan. "Namun jumlahnya tidak sebanyak penambahan personel yang pertama,"katanya.
Irwan menerangkan, dari hasil evaluasi menunjukan kebakaran lahan memang disengaja. Hal ini terlihat dari semakin mengenalnya asap ketika mendekati even internasional atau ketika tim pemadam ditarik. "Ada kemungkinan ada oknum yang mencari perhatian,"ujarnya.
Selain itu, ujar Irwan yang terpenting saat ini adalah menyiapkan sumber air dengan membangun sumur bor di kawasan rawan terbakar dan embung sebagai tempat penampungan air. Pada pemadaman di Ogan Komering Ilir dibuat 18 sumur bor dengan kedalaman beragam. Air yang dihasilkan cukup kencang.
Melihat kondisi itu, sudah seharusnya dibangun sumur bor dan embung."Pemetaan untuk pembuatan sumur bor potensial sudah ada hanya anggaran saja yang belum ada,"katanya.