logo Kompas.id
MetropolitanJangan Panggil Aku Bencong
Iklan

Jangan Panggil Aku Bencong

Mereka tidak hanya menghadapi kerasnya kehidupan jalanan. Cemoohan juga dihadapi di setiap langkah mereka. Sedikit rasa hormat sebagai sesama manusia adalah hal yang mereka damba.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/EAauADIse9xKZD2jzgjED1MqPBg=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F4eabbac2-8dab-4a2c-8407-7a236faca50f_jpg.jpg
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Warga Kampung Dao Atas, Ancol, Jakarta Utara, melintas di rel kereta api pada Minggu (16/2/2020) di Jakarta.

Diksi ”bencong” atau ”banci” sebenarnya terdaftar di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebenarnya tidak salah memanggil wanita pria (waria) atau transjender dengan sebutan bencong. Akan tetapi, makna kata itu berubah menjadi cemoohan tatkala diucapkan dengan nada makian ataupun sambil cekikikan.

Entah berapa kali sudah Citra (25) mengonfrontasi orang-orang yang mencelanya di jalanan. Ia bahkan tak segan beradu fisik dengan orang yang ia nilai sangat tidak sopan. Semalam, kesabaran Citra habis ketika ada pemuda yang menyebutnya ”bencong”.

Editor:
agnesrita
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000