Selokan Jakarta yang Tak Saling Jumpa
Selokan atau got berperan penting dalam mengurai air yang ada di jalan dan kawasan permukiman. Di Jakarta, urusan saluran ini sangat rumit dan terbentur berbagai kepentingan.
Sebagian sisi di Jalan Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, masih menyimpan genangan sisa hujan pada Senin (24/2/2020). Sisa air itu belum sepenuhnya surut seusai hujan deras yang melanda dua hari sebelumnya.
Sebagian petugas berseragam biru terus berjaga membersihkan sekitar kawasan jalan tersebut. Saat genangan meninggi, Minggu (23/2/2020), sampah memang menutupi saluran tali air di sisi jalan tersebut.
Kini saat sampah sudah bersih dan genangan mulai surut, mereka masih berjaga di sana. Rito (56), staf yang berjaga dari Satuan Pelaksana Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kecamatan Kelapa Gading, menyampaikan, lubang tali air di Jalan Boulevard Barat Raya terlalu kecil untuk mengurai genangan.
Apabila Anda rajin mengamati sebagian besar jalan di Jakarta, tali air umumnya berukuran minimal selebar 40 sentimeter (cm) dengan tinggi 10 cm. Hal tersebut berbeda dengan tali air di Jalan Boulevard Barat Raya yang berbentuk lubang berdiameter sekitar 15 cm. ”Saluran ini memang terlalu kecil. Memang untuk di sini belum ada pelebaran karena terhambat pembangunan jalan tol layang Kelapa Gading. Masih harus menunggu instruksi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dulu,” ungkap Rito.
Baca juga: Drainase Kota dan Keabaian Kita
Masalah tali air bukan satu-satunya permasalahan got di Jakarta. Apabila mengamati lebih teliti sepanjang Jalan Boulevard Barat Raya, Anda juga akan melihat got banyak bersinggungan dengan berbagai jaringan kabel.
Jaringan kabel tersebut sebagian besar berkaitan dengan koneksi internet dan instalasi listrik perkotaan. Serangkaian kabel ini menumpuk di sepanjang sisi got Jalan Boulevard Barat Raya.
Firman (32), petugas tenaga kontrak dari Satuan Pelaksana Dinas SDA Kecamatan Kelapa Gading, mengakui, rumitnya jaringan kabel pada saluran air turut menghambat laju air menuju saluran penghubung. Apalagi, jaringan kabel tidak dapat diputus begitu saja karena berkaitan dengan perusahaan yang ada di sana.
Masalah got semacam ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Jalan Boulevard Barat Raya. Pekan lalu, Kompas sedikitnya menemukan masalah got yang terhalang kabel di kawasan Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Selain itu, got yang tersumbat jaringan kabel ada di wilayah Tanah Abang.
Baca juga: Pembangunan Trotoar Abaikan Pemeliharaan Saluran Air
Agus (50), petugas tenaga kontrak Satuan Pelaksana Dinas SDA Kecamatan Tanah Abang, Sabtu (22/2/2020) lalu, menyebutkan, masalah jaringan kabel turut dipersulit dengan jenis saluran air yang tertutup. Saluran tertutup ini umumnya terjadi pada proyek revitalisasi trotoar sedang berlangsung di sejumlah wilayah Jakarta.
Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi, Minggu kemarin, menginspeksi permasalahan saluran air di kawasan Jalan Pangeran Diponegoro, tepatnya di depan Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta Pusat. Ia mendapati dua pelat beton tutup bak kontrol yang dicor dengan trotoar sehingga tidak bisa dibuka petugas.
Koordinator pekerja Satuan Pelaksana Dinas SDA Kecamatan Menteng, Dendi Iskandar, membutuhkan waktu lebih kurang satu jam untuk membuka pelat beton penutup saluran di trotoar. Petugas sedikit memaksa membuka pelat beton sehingga menyebabkan sedikit bagian trotoar serta ubin pemandu tunanetra pecah.
Dari sejumlah hal itu, mulai dari sempitnya tali air, terhalang jaringan kabel, hingga tertutupnya sejumlah jenis saluran, Anda bisa membayangkan betapa rumitnya instalasi got di Jakarta. Rentetan hal tersebut berujung pada instalasi got yang tidak berjumpa satu dengan yang lain.
Baca juga: Waspadai Potensi Hujan Deras hingga Maret
Masalah got bisa jadi lebih rumit lagi apabila tersumbat sampah atau barang-barang lain. Kepala Bidang Pengelolaan Air Limbah, Air Bersih, dan Air Baku Dinas SDA Nelson Simanjuntak mengatakan, instalasi got idealnya tidak terganggu dengan benda-benda, seperti sampah dan jaringan kabel. Sebab, ke depan, instalasi got semestinya tersambung dengan instalasi pengelolaan air limbah yang direncanakan ada pada 2050.
Terutama soal sampah, ia khawatir apabila hal tersebut memperburuk kualitas air di got. ”Kami mengupayakan saluran air ini bisa bersih karena sebagian air ke saluran nantinya akan diolah menjadi air bersih untuk berbagai kebutuhan,” kata Nelson dalam penjelasan tertulis.
Terkait rumitnya masalah tersebut, Prasetyo mengatakan, ada kelemahan koordinasi antara Pemprov DKI dan pihak yang berkepentingan. Ia berencana memanggil dinas bina marga, dinas SDA, serta sejumlah pihak lain yang berkepentingan dalam urusan drainase di Jakarta.
”Saya meminta Komisi D DPRD DKI menghadirkan Kepala Dinas Bina Marga yang bertanggung jawab pada pembangunan trotoar serta Kepala Dinas Sumber Daya Air yang berwenang atas saluran air dalam rapat guna meminta penjelasan mereka. Saya menduga koordinasi di antara kedua pihak masih kurang,” kata Prasetyo.
Baca juga: Aksi Jeda untuk Iklim di Jakarta
Selama persoalan got tidak diurus, warga akan selalu kena rugi. Soleh (55), warga RT 012 RW 010 Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, misalnya, merugi karena rumahnya tergenang air setinggi 60 sentimeter pada banjir tanggal 23 Februari.
”Ini sudah ketiga kalinya banjir dan sampah selalu masuk ke dalam rumah. Warga sini berusaha giat membersihkan saluran, tapi tidak berdampak apa-apa. Saya mempertanyakan tanggung jawab pemerintah, masa saat hujan pun tidak ada pemberitahuan akan terjadi banjir,” kata Soleh yang tinggal di dekat Rumah Pompa Kelapa Gading BGR.
Azaz Tigor Nainggolan, perwakilan dari Tim Advokasi Banjir Jakarta, menyatakan banyaknya keluhan warga terkait penanganan banjir oleh Pemprov DKI. Ia sejak awal Januari lalu telah mengumpulkan gugatan warga terkait sistem keluhan dan daftar kerugian selama terjadi banjir.
Dalam sesi wawancara dengan Kompas TV, 23 Februari, Azaz menduga ada permasalahan dalam tata kelola drainase serta sistem peringatan awal sebelum terjadi banjir. Ia bersama puluhan warga lainnya meminta kejelasan terkait prosedur tersebut kepada Pemprov DKI.
”Sampai hari ini, kami terus menerima gugatan dari warga Jakarta. Setidaknya, apabila memang ada masalah terkait drainase, semestinya harus dibereskan, dikomunikasikan kepada warga. Saya melihat budaya informasi dan membangun kesadaran warga untuk menjaga drainase dari Pemprov DKI saja tidak ada,” kata Azaz.