Pelaksanaan PSBB di sejumlah wilayah, seperti Tangerang Raya, menunjukkan, warga belum sepenuhnya mematuhi ketentuan selama berlangsungnya kebijakan tersebut. Kepatuhan ini jadi penentu keberhasilan PSBB.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemahaman warga terhadap protokol kesehatan dan kedisiplinan dalam menjalankannya menjadi kunci keberhasilan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk memutus rantai penularan Covid-19. Pemahaman dan kedisiplinan warga ini makin dibutuhkan karena PSBB yang dijalankan di sejumlah daerah di Indonesia bukan PSBB berat yang mengatur sangat ketat pergerakan masyarakat.
Pantauan Kompas pada hari pertama penerapan PSBB di wilayah Tangerang Raya, Sabtu (18/4/2020), kebijakan itu belum berjalan sesuai dengan harapan. Masih ada warga di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, yang berkerumun atau bepergian tanpa masker.
Agar PSBB bisa berhasil, dalam beberapa kali kesempatan, Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany berkali-kali meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan selama berlangsungnya PSBB. Protokol kesehatan itu di antaranya disiplin mengenakan masker, menjaga jarak fisik, tidak berkerumun, dan rajin mencuci tangan.
”Covid-19 ini bisa berhenti jika masyarakat tahu pola penularan dan cara menghindarinya, salah satunya penerapan PSBB. Jadi, saya berharap masyarakat bisa menaati penerapan PSBB,” ujar Airin.
Dari 220 kios pakaian, 120 kios masih buka pada masa pandemi Covid-19.
Kemarin, suasana lalu lintas di kawasan Ciputat, Tangsel, sudah relatif sepi, tetapi masih terlihat warga keluar rumah untuk beraktivitas, seperti berbelanja kebutuhan pokok, dengan tak memakai masker dan tak melakukan jaga jarak fisik.
Sementara itu, di lantai satu Pasar Ciputat yang diperuntukkan kios pakaian, tidak tampak ada pembeli. Ini membuat para pedagang duduk berkerumun mengobrol meski memakai masker.
”Dari 220 kios pakaian, 120 kios masih buka pada masa pandemi Covid-19. Sisanya sudah tutup sejak pertengahan Maret dengan inisiatif sendiri,” kata Kepala Pasar Ciputat Endang Saputra.
Kios di Pasar Ciputat yang masih cukup ramai pembeli adalah kios sayur, beras, dan daging ayam. Kios ini terletak di luar gedung pasar. Di setiap kios ada satu hingga dua pembeli. Lebar meja los dagangan 1 meter sehingga, menurut Endang, cukup untuk menjaga jarak antara penjual dan pembeli. Pengelola pasar tinggal memastikan pembeli berbaris dengan tertib, tidak berdiri berdekatan. ”Masalahnya adalah los sayur dan ayam letaknya di luar. Mereka selalu dilewati pengendara sepeda motor. Pengendara ini banyak yang tak bermasker dan sering terjadi kemacetan di sepanjang los,” kata Endang.
Di Pasar Serpong, Tangsel, meski sebagian besar mengenakan masker, warga masih berdesakan di pasar saat berbelanja kebutuhan pokok. Menurut pedagang di Pasar Serpong, Arifin (37), pengelola pasar telah menyediakan layanan pesan antar. Tujuannya untuk menghindari orang berkerumun saat berbelanja.
Warga Serpong, Reza Arif (26), mengatakan rutin berbelanja di Pasar Serpong meski tahu ada layanan pesan antar. ”Rumah saya tidak jauh dari pasar. Jadi, lebih baik datang langsung, pilih yang dibutuhkan. Saya juga pakai masker, jadi aman,” katanya.
Kepatuhan warga menerapkan PSBB juga belum terlihat di Kota Tangerang. ”Sepertinya warga belum sadar bahwa Covid-19 bisa dengan cepat menular ke mana-mana,” kata Camat Neglasari, Kota Tangerang, Ubaidillah Ansar, yang ditemui sedang memantau salah satu titik pemeriksaan PSBB di kawasan Perimeter Utara Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten.
Di pusat Kota Tangerang, tak ada perbedaan aktivitas warga dibandingkan dengan akhir pekan biasa. Beberapa ruas jalan di Kota Tangerang masih disesaki kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Namun, di sejumlah titik, warga secara mandiri membatasi akses dari luar menuju perkampungan mereka.
Di Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, warga masih beraktivitas seperti biasa. Keramaian tampak di sepanjang Jalan HOS Cokroaminoto hingga CBD Ciledug serta Pasar Saraswati, Ciledug. Pedagang dan pembeli berinteraksi seperti biasa, belum semuanya mengenakan masker. Pengelola pasar terus mengimbau pembeli, termasuk memasang spanduk tentang pencegahan korona. Terkait hal itu, Sofyan, pedagang, mengatakan, pedagang makin memperhatikan kebersihan agar tak terpapar virus korona baru.
Tokoh masyarakat Tangsel, Rasyid Syakir, mengatakan, cara terbaik menekan penularan Covid-19 saat ini adalah tertib dan disiplin mematuhi aturan selama PSBB. Untuk itu, Rasyid meminta masyarakat Tangsel bisa menahan diri tidak bepergian selama keperluannya tidak mendesak.
Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, berpendapat, PSBB yang diterapkan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi bukan PSBB berat yang mengatur sangat ketat pergerakan masyarakat. Dalam PSBB berat, orang keluar rumah harus mendapatkan izin tertulis dari ketua rukun warga atau rukun tetangga. Dengan situasi saat ini, di mana masyarakat masih bebas bepergian, menurut Yunis, PSBB akan sulit mencapai tujuannya, yaitu membendung penyebaran virus korona baru penyebab Covid-19.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengajak masyarakat lebih serius mematuhi anjuran pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19. ”Penyebaran (Covid-19) ini masih terjadi. Jadi, mari berpartisipasi lebih banyak dan serius dengan mematuhi anjuran pemerintah agar tetap berada di rumah, menjaga diri dengan cara mencuci tangan, dan menggunakan masker, terutama pada masyarakat di daerah yang sudah mengimplementasikan PSBB,” katanya.(DNE/IGA/SPW/DAN/DIV/RTG/JOL/TAN)