Cerita Mereka yang Santai Saja Melanggar Aturan Pembatasan Sosial
PSBB tidak memengaruhi ativitas warga. Mereka tetap berkegiatan karena tidak ada tindakan tegas dari pemerintah. Selain itu, informasi yang salah dan kebutuhan ekonomi menjadi salah satu pendorong warga keluar rumah.
Oleh
Aguido Adri
·4 menit baca
Sejak aturan pelaksanaaan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB dimulai pada 10 April hingga kini atau hampir satu bulan berjalan, sejumlah wilayah di Jakarta masih ramai oleh aktivitas warga. Upaya menekan penyebaran dan memutus mata rantai Covid-19 akan gagal jika tidak ada kedisiplinan warga dan ketegasan pemerintah untuk menertibkan aktivitas warga di luar rumah.
Pemahaman warga tentang pentingnya menjaga jarak juga terlihat masih rendah. Sejumlah warga cenderung merasa tidak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan. Ada faktor keterdesakan ekonomi sehingga mereka harus kembali buka usaha. Di sisi lain, ada kesimpangsiuran informasi bahwa pandemi ini telah mereda dan sudah aman untuk kembali berperilaku seperti dulu lagi.
Di Jalan Kemandoran Pluis, Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, aktivitas warga tetap berlangsung seperti hari biasa sebelum merebaknya pandemi Covid-19. Anak-anak bebas berkeliaran bermain di luar rumah, berlari-lari, bermain sepeda, duduk berkumpul di tepi jalan bermain gim di telepon seluler milik orang tua mereka, bahkan bermain sepak bola di tengah jalan.
Tampak pula ibu-ibu mengendong anaknya sedang asik bercengkerama. Ada pula orangtua yang mengajak anaknya bermain odong-odong sembari memberi makan.
Tak jauh dari kerumunan warga, ada sekitar tiga tempat usaha pemotongan ayam yang berada persis di tengah pemukiman warga. Para pekerja sibuk memotong dan membersihkan bulu-bulu ayam. Bau menyengat menusuk hidung dan lingkungan sekitar yang tidak bersih menjadi hal biasa bagi warga.
”Sudah biasa, aman saja. Belum ada, tuh, warga yang positif korona di sini. Santai saja, jangan dibesar-besarkan. Yang penting tidak ada yang tertular di sini. Ya, warga di sini seperti biasa saja, tetap beraktivitas, mau bagaimana? Masa dilarang?” kata Nur Diah (35), Senin (4/5/2020).
Sudah biasa, aman saja. Belum ada warga yang positif korona di sini. Santai saja, jangan dibesar-besarkan. Yang penting tidak ada yang tertular di sini. Ya, warga di sini seperti biasa saja, tetap beraktivitas, mau bagaimana? Masa dilarang?
Ibu dua anak itu juga tak khawatir dan tetap mengizinkan anaknya bermain bebas di jalanan tanpa protokol kesehatan seperti masker. Tidak hanya Nur Diah, banyak warga yang tinggal di Jalan Kemandoran Pluis tidak menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
Warga lainnya, M Anwar Rusdi (45), mengatakan, sebelum dan saat penerapan PSBB, wilayah Jalan Kemandoran Pluis memang selalu ramai oleh aktivitas warga. Menurut Rusdi, aktivitas warga masih ramai karena pengawasan dan penertiban oleh petugas sangat longgar dan lemah.
”Sosialisasi terkait bahaya Covid-19, aturan PSBB, cuci tangan, pakai masker, itu disampaikan kepada warga. Bahkan, di gang-gang di sini disiapkan tempat cuci tangan. Namun, semua itu akan sia-sia jika tidak ada kesadaran dan aturan tegas dari pemerintah atau polisi-TNI,” kata Rusdi.
Rusdi mengatakan, awalnya sejak Covid-19 merebak di Jakarta, ia merasa khawatir. Namun, seiring berjalannya waktu dan warga masih berkeliaran serta situasi di wilayah Kemandoran Pluis dinilai aman, ia pun melonggarkan aturan PSBB untuk keluarganya.
”Saya belum dengar ada kasus positif korona di sini. Jadi, saya rasa aman sampai saat ini. Apalagi, katanya jumlah kasus meninggal dan tertular sudah turun,” katanya.
Saya belum dengar ada kasus positif korona di sini. Jadi, saya rasa aman sampai saat ini. Apalagi, katanya jumlah kasus meninggal dan tertular sudah turun.
Namun, warga di Kampung Gelora 8 yang berbatasan langsung dengan wilayah Jalan Kemandoran Pluis mengeluhkan keramaian dan aktivitas warga selama masa PSBB.
Sumyasudin (40), warga Gelora 8, menilai aktivitas warga di wilayah Jalan Kemandoran Pluis berbahaya bagi warga kampung yang tinggal tak jauh dari daerah tersebut.
”Masalahnya, akses jalan di gang-gang Kampung Gelora hampir semua ditutup. Jadi, akses jalan harus melalui wilayah Jalan Kemandoran Pluis yang masih ramai oleh aktivitas warga. Kami di sini menerapkan PSBB, para pemuda dan orang tua rajin semprot disinfektan. Sementara di seberang masih berakvitas. Ini jadi tidak efektif,” kata Sumyasudin. Ia juga berharap ada tindakan tegas oleh pemerintah yang mengeluarkan aturan PSBB bagi warga yang melanggar.
Kami di sini menerapkan PSBB, para pemuda dan orang tua rajin semprot disinfektan. Sementara di seberang masih berakvitas. Ini jadi tidak efektif.
Selain di Jalan Kemandoran Pluis, keramaian juga terjadi di Jalan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Pada masa pandemi Covid-19, warga masih beraktivitas seperti biasa dan tak mengindahkan aturan PSBB. Toko-toko yang berjejer di sepanjang jalan tersebut masih buka dan melayani warga.
Menjelang waktu berbuka puasa, suasana di Jalan Muara Baru semakin ramai oleh warga dan kendaraan yang lalu lalang. Di beberapa lokasi, kemacetan tak terhindarkan.
Sari Aulia (28), warga Muara Baru, mengatakan, tidak ada perbedaan antara masa sebelum dan saat PSBB diberlakukan di wilayahnya. Warga masih beraktivitas seperti biasa. Bahkan, setiap sore selama bulan Ramadhan, Jalan Muara Baru selalu ramai oleh warga yang ingin membeli makanan dan minuman.
Warga lain, Iqbal Mustofa (40), menilai, keramaian di Muara Baru bukan karena kabar menurunnya jumlah kasus positif atau meninggal akibat Covid-19 karena sebelum PSBB pun wilayah Muara Baru selalu ramai.
”Ini murni ketidakdisiplinan warga dan ketidaktegasan penerapan aturan. Ada faktor pula kenapa warga tidak displin, karena masalah perut. Jika warga di sini tetap diam di rumah saja tanpa ada aktivitas, seperti berjualan dan usaha lainnya, mau makan apa? Pemasukan pasti berkurang. Masalah perut dan ekonomi sepertinya lebih berbahaya jika tidak terpenuhi daripada pandemi Covid-19,” tutur Iqbal.
Ada faktor pula kenapa warga tidak displin, karena masalah perut. Jika warga di sini tetap diam di rumah saja tanpa ada aktivitas, seperti berjualan dan usaha lainnya, mau makan apa?