Kegiatan Filantropi Mengisi Celah Distribusi Bantuan yang Belum Tergarap
Gerakan filantropi berpotensi mengisi kekurangan bantuan sosial di masa pandemi Covid-19. Inisiatif ini perlu didukung kelengkapan data warga yang memadai.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kegiatan filantropi menguatkan peran sebagai pengisi celah kekosongan distribusi bantuan sosial selama pandemi Covid-19. Hal tersebut menjadi kebutuhan di tengah semakin banyaknya warga yang belum terjamah bantuan.
Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Arifin Purwakananta tidak memungkiri keadaan distribusi bantuan di masyarakat kini masih belum merata. Di tengah kondisi tersebut, sektor filantropi bisa mengambil peran dalam membantu masyarakat.
”Saat ini, bermacam kegiatan filantropi tumbuh di kalangan masyarakat, baik formal dari lembaga resmi maupun dari masyarakat. Semuanya tergerak karena solidaritas di kalangan masyarakat. Kami yang berasal dari lembaga resmi pemerintah pun ingin memaksimalkan peran serupa,” kata Arifin, Senin (18/5/2020).
Arifin menjelaskan, zakat sebagai salah satu kluster filantropi bersifat luwes untuk disalurkan kepada warga yang terdampak situasi pandemi. Artinya, pendistribusian zakat bisa mengisi celah kekosongan bantuan sosial dari pemerintah.
Meski demikian, penyaluran zakat sebagai salah satu kluster filantropi dihadapkan pada tantangan keterbatasan data. Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas Irfan Syauqi Beik menuturkan, ada fenomena kemunculan kelompok miskin baru yang belum tercatat di pendataan resmi.
Dia menyebutkan, data dari dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) serta data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) tidak mencatat kelompok miskin baru. Bisa jadi, kemunculan kelompok itu berasal dari warga yang terdampak Covid-19 atau memang kalangan miskin yang belum terdata dari tahun sebelumnya.
”Data Dukcapil dan DTKS tersebut basisnya berasal dari 2019. Kondisi ini menuntut lembaga zakat dan lembaga filantropi lain untuk cermat mengidentifikasi kelompok yang benar-benar terdampak situasi pandemi saat ini. Jangan sampai timbul kegaduhan di masyarakat itu sendiri,” ucap Irfan.
Tidak hanya kegiatan filantropi besar yang mengalami kesulitan, tetapi juga kegiatan filantropi kecil. Ketua Yayasan Jajan Pahala, Bima Rahman, menuturkan, pandemi Covid-19 turut menyulitkan pendistribusian bantuan secara tepat sasaran. Alhasil, distribusi bantuan dari teman-teman yayasan tidak terpantau secara merata. ”Kami tidak tahu apakah kelompok yang kami beri bantuan itu sudah menerima bantuan dari penderma lain. Kami luruskan niat saja, insya Allah tepat sasaran,” kata Bima.
Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa Imam Rulyawan mengatakan, seluruh lembaga filantropi saat ini tengah menjaga koordinasi antarlembaga filantropi dan terus menggalang dana. Situasi pandemi saat ini adalah hal yang sama sekali baru dan semua serba berimprovisasi.
”Ini sudah hampir dua bulan lebih, beruntungnya donasi dari masyarakat dan berbagai pihak masih terus mengalir. Kondisi pandemi berkepanjangan seperti ini adalah hal yang belum pernah dialami oleh semua pihak,” katanya.
Pendistribusian bantuan terus dilakukan oleh Baznas dan Dompet Dhuafa. Hingga Minggu (17/5/2020), Dompet Dhuafa telah membagikan 33.776 paket bahan makanan kepada keluarga miskin. Sementara Baznas hingga kini telah membagikan bantuan sosial kepada 232.000 keluarga miskin baru yang rentan terdampak Covid-19.
Arifin menuturkan, kegiatan filantropi harus tetap menjaga marwahnya untuk membantu sesama. ”Zakat, misalnya, harus bisa mengisi lini bantuan yang belum tersentuh oleh bantuan formal dari pemerintah. Zakat semestinya bisa lebih luwes, mampu menyasar ke warga yang tidak tersentuh oleh data,” ujarnya.