Fakta di tempat-tempat penjualan pakaian di Pasar Ciputat dan sekitarnya menunjukkan pelonggaran PSBB tak diragukan lagi sudah terjadi mendahului keputusan pemerintah. Apalagi penegakan aturan PSBB dinilai tidak optimal.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·5 menit baca
Cukup dengan melihat keramaian di tempat berjualan pakaian di Pasar Ciputat dan sekitarnya, ketidakberdayaan pemerintah dan pemerintah daerah untuk mendorong masyarakat menjauhi kerumunan terang-benderang sudah. Covid-19 tak lagi seram. PSBB seakan bukan lagi singkatan dari pembatasan sosial berskala besar, melainkan PSBB, ”pergi sana beli baju”.
Kemacetan lalu lintas tampak sudah menjadi kenormalan kembali, termasuk di persimpangan Pasar Ciputat, Tangerang Selatan. Pada Selasa (19/5/2020) siang, arus kendaraan di barat jalan layang Ciputat tersendat-sendat. Selain karena angkutan kota yang menaikkan dan menurunkan penumpang, atau bahkan ngetem menanti penumpang, badan jalan juga semakin sempit karena barisan sepeda motor para pembelanja.
Lupakan soal jaga jarak fisik ketika sudah masuk ke Pasar Ciputat, terutama di area kios pakaian. Gang yang tersedia untuk lalu-lalang hanya selebar 1-1,5 meter. Saat ada pengunjung pasar yang berhenti untuk menawar atau sekadar melihat-lihat komoditas dagangan, pengunjung lain yang sedang berjalan mau tidak mau merelakan tubuh bersenggolan.
Setelah membeli bahan-bahan untuk kolak, Hadi (41) bersama istri ikut arus, berkeliling melihat-lihat pakaian di Pasar Ciputat. Warga Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, ini dengan percaya diri tidak mengenakan masker meskipun istrinya terus bermasker.
Saat ditanya, ia sadar akan risiko penularan virus korona baru. Sebagai karyawan salah satu badan usaha milik negara (BUMN), Hadi terus terpapar dengan informasi soal Covid-19. Meski demikian, ia mengaku tidak takut nyemplung ke kerumunan di pasar. ”Takut enggak, cuma kita waspada,” ucapnya.
Salah satu kewaspadaan yang diterapkan Hadi adalah menjaga jarak dengan tubuh pengunjung lain, sesuatu yang sebenarnya terbukti hampir tidak mungkin di Pasar Ciputat. Selain itu, ia menyatakan keluarganya rajin bersih-bersih di rumah sejak korona terbukti sudah ada di Indonesia.
Berbelanja menjelang hari raya sulit untuk dilewatkan Hadi dan keluarga. Sudah menjadi rutinitas untuk membeli pakaian-pakaian bernuansa Islami setiap akan Idul Fitri. Apalagi, dirinya beruntung menerima tunjangan hari raya di tahun penuh tantangan ini. ”Sudah adat budaya seperti ini,” ujarnya.
Keramaian juga terlihat di salah satu pusat perbelanjaan busana berinisial A, sekitar 100 meter dari Pasar Ciputat. Pengelola pusat perbelanjaan A rupanya tidak kapok dengan segel dari satuan polisi pamong praja setempat karena tetap buka selama PSBB. Untuk sedikit mengelabui, seluruh bagian muka toko ditutup pintu besi, kecuali celah sekitar 1,5 meter untuk akses masuk pengunjung. Kendaraan juga tidak boleh parkir di halamannya.
Toko yang terkesan sepi dari luar nyatanya riuh di dalam. Meski pengunjung bisa lebih leluasa menjaga jarak antar badan dibandingkan dengan di pasar, para pembeli pakaian yang mengantre untuk membayar di kasir memilih untuk berdekatan. Mungkin takut akan disalip pembayar yang lain jika membiarkan ada jarak.
Di antara para pembeli di A, terdapat Budi (29) dan keluarganya. Tak tanggung-tanggung, warga Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, ini mengajak serta istri dan tiga anak mereka.
”Ini cuma beli pakaian untuk anak-anak,” kata pekerja di sebuah toko swalayan tersebut. Menurut dia, isu soal penularan virus korona baru tidak perlu dibesar-besarkan.
Ini cuma beli pakaian untuk anak-anak, tutur pekerja di sebuah toko swalayan tersebut. Menurut dia, isu soal penularan virus korona baru tidak perlu dibesar-besarkan.
Budi dan keluarganya nekat masuk ke kerumunan pengunjung pusat perbelanjaan karena yakin selama sudah melindungi kesehatan tubuh, virus bakal mental. Mereka, antara lain, mencuci tangan sebelum masuk ke toko dan menjaga jarak fisik dari pengunjung lain.
Budi juga memastikan anak-anaknya berdiam di rumah selama PSBB. Namun, ia mengajak mereka berbelanja Selasa itu agar bisa meredakan rasa jenuh setelah sekian lama tidak keluar.
Berita tentang pasar-pasar yang menjadi pusat penularan Covid-19 tampaknya tidak sampai ke telinga Hadi, Budi, dan warga yang beramai-ramai ke tempat penjualan pakaian. Berdasarkan catatan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, per 11 Mei 2020, 165 orang positif Covid-19 dan 11 orang meninggal akibat Covid-19. Kasus tersebar di 22 pasar di Sumatera Barat, Jawa Timur, Bali, dan Jawa Tengah (Kompas, 18/5/2020).
Selain itu, ada pula pembentukan kluster penularan korona di salah satu toko grosir di Sleman, DI Yogyakarta. Laporan pada Rabu (13/5/2020), total pasien Covid-19 dari kluster tersebut sudah 25 orang.
Menanggapi adanya kerumunan warga di pusat perbelanjaan, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan, dalam keterangan tertulis, menyebutkan, kepolisian akan mencegah atau menindak jika kerumunan sampai meluber ke jalan. Polisi bersama pihak terkait lainnya juga bisa memerintahkan agar masyarakat kembali ke rumah masing-masing atau memberlakukan pola antrean yang memastikan ada jarak aman antarindividu.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan, Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi mendampingi Pemerintah Kabupaten Bekasi menutup pusat perbelanjaan Sentra Grosir Cikarang (SGC) dan Toko Ananda pada Senin (18/5/2020) sampai batas waktu yang belum ditentukan. Itu lantaran jumlah pengunjung membeludak di kedua tempat tersebut.
Presiden Joko Widodo pun menegaskan, pelonggaran PSBB baru sebatas rencana. ”Jangan keliru ditangkap masyarakat bahwa pemerintah mulai melonggarkan PSBB,” ujar Presiden (Kompas, 19/5/2020).
Jangan keliru ditangkap masyarakat bahwa pemerintah mulai melonggarkan PSBB. (Joko Widodo)
Namun, fakta di Pasar Ciputat dan sekitarnya menunjukkan pelonggaran sepertinya sudah mendahului keputusan pemerintah. Entah pemerintah tidak berdaya menahan keinginan masyarakat berbelanja jelang Lebaran, entah malah membiarkan dengan diam-diam mengatakan, pergi sana beli baju….