Pembeli menghindari risiko paparan Covid-19 dalam kerumunan di pasar dengan sistem pesan antar. Caranya, memesan barang belanjaan sejak malam hari dari pedagang langganan.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puluhan pedagang pasar di Ibu Kota positif Covid-19. Hal itu membuat pedagang dan pembeli waswas dalam transaksi jual beli. Layanan pesan antar menjadi salah satu upaya meminimalkan keramaian yang rentan paparan virus.
Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya menyampaikan, sebanyak 52 pedagang dari pasar yang dikelolanya positif Covid-19 dari hasil tes usap pada Mei-Juni 2020. Sementara Ikatan Pedagang Pasar Indonesia mencatat ada 51 pedagang pasar di Ibu Kota positif Covid-19.
Temuan itu membuat pedagang dan pembeli waswas dalam interaksi di pasar. Astriani (42), salah satu pembeli di Pasar Grogol, Jakarta Barat, berusaha sebisa mungkin menghindari keramaian. Apalagi anak balitanya sering merengek untuk ikut belanja ke pasar.
”Saya belanja di langganan saja supaya tidak keliling pasar, pindah dari satu pedagang ke pedagang lain,” ucap Astriani, Jumat (12/6/2020), di Pasar Grogol. Pemilik warung pecel lele di Tomang, Jakarta Barat, ini hanya belanja kebutuhan sehari-hari dan warung dari pedagang langganannya.
Sejak malam hari, Astriani sudah mencatat daftar barang belanjaan. Daftar itu dikirimkan kepada pedagang langganannya melalui pesan percakapan Whatsapp. Selanjutnya, pedagang mengonfirmasi barang yang tersedia dan tidak tersedia.
Ia segera mengontak si pedagang setibanya di pasar keesokan hari. Kemudian, pedagang mengantar belanjaan yang sudah dikemas dalam kantong plastik. Hari ini transaksi berlangsung sekitar pukul 10.00 di halaman parkir Pasar Grogol. Di situ tidak ada kerumunan, hanya ada Astri, dua anaknya, dan si pedagang.
”Selain kerumunan, saya juga bisa atur waktu untuk belanja kebutuhan lain tanpa harus berkerumun,” ujarnya.
Sayangnya masih banyak warga yang abai pada protokol kesehatan saat berada di pasar. Salah satunya Mulharman (35). Warga Grogol itu belanja daun pisang, kelapa, dan terigu tanpa mengenakan masker. ”Sudah lama belanja di pasar ini (Pasar Grogol). Tidak apa-apa (tanpa masker),” kata Mulharman. Menurut dia, mau sampai kapan khawatir terhadap pandemi Covid-19.
Waswas
Aktivitas di Pasar Grogol berlangsung seperti biasa. Akan tetapi, para pedagang diselimuti kekhawatiran temuan pedagang pasar positif Covid-19. Sekitar pukul 10.00, aktivitas pasar berangsur-angur lengang. Sejumlah kios mulai tutup dan pedagang mulai membereskan dagangannya.
Yono (35), salah satu pedagang sayur-mayur, sebenarnya khawatir terpapar Covid-19. Akan tetapi, keberlangsungan hidupnya bergantung dari hasil berdagang. ”Harus jualan setiap hari karena kebutuhan hidup,” kata Yono.
Selain mengenakan masker, cuci tangan, dan jaga jarak, tidak ada upaya khusus yang dilakukannya untuk mencegah paparan Covid-19. Ia tidak bisa melarang pedagang menyentuh barang dagangan.
Menurut Roni (50), pemilik toko kesehatan, kekhawatiran selalu menyelimuti saat beraktivitas di luar rumah. Alhasil, ia memasang sekat dari plastik antara pembeli dan karyawan saat bertransaksi di toko. Upaya lain dengan selalu membersihkan tangan seusai transaksi tunai. ”Belum nontunai, jadi cuci tangan setelah terima uang kas,” ujar Roni.
Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin, Kamis (11/6/2020), dalam konferensi pers daring mengatakan, pasar tradisional khususnya pasar pangan tetap beroperasi pada masa pembatasan sosial berskala besar sehingga berpotensi menjadi tempat persebaran Covid-19.
Pasar Jaya berupaya menekan persebaran dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Protokolnya, antara lain, menyiapkan bilik untuk disinfeksi, penyemprotan badan, operasi masker, pembagian masker kepada pedagang-pedagang pasar, melakukan pengetatan pintu untuk mengurangi pintu masuk ke pasar, menyiapkan antiseptik, dan pengecekan suhu tubuh. ”Kami juga melakukan penyemprotan di area pasar dua pekan sekali,” ujar Arief.
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan menambahkan, sejak awal, sudah ada penerapan protokol kesehatan kepada para pedagang dan pengunjung. Akan tetapi, sosialisasi oleh Pasar Jaya masih kurang sehingga banyak pedagang dan pengunjung tidak menggunakan masker.
”Supaya pedagang patuh, harusnya ada sosialisasi dan komunikasi secara intensif. Ajak para pedagang berbicara, sampaikan maksud dan aturan yang akan diterapkan terkait Covid-19,” kata Reynaldi.