Situasi jelang hari ulang tahun Jakarta di masa pandemi Covid-19 adalah kepiluan tersendiri bagi para seniman Budaya Betawi. Meski tiada kemeriahan seni, mereka tetap menanam semangat dalam merawat kebudayaan Betawi.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
Sanggar tari Betawi di gang kawasan Jalan Gandaria, Kelurahan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, tampak sepi dari riuh rendah aktivitas pada Sabtu (20/6/2020). Sekitar tiga bulan belakangan, sanggar tari asuhan Yusuf Nirin (48) itu tutup karena dampak pandemi Covid-19.
Selama masa pandemi pula, Yusuf yang kerap disapa Ocit lebih banyak berdiam di rumah. Sabtu itu adalah dua hari menjelang hari ulang tahun Jakarta pada 22 Juni. Namun, Ocit dan rekan-rekan sanggar tari Betawi-nya tidak mempersiapkan apa-apa lantaran tiada perayaan seni di mana-mana.
Hari menjelang ulang tahun Jakarta yang mestinya disambut meriah dengan berbagai kontribusi kesenian Betawi kini terasa sepi. Bahkan, di sekitar sanggar dan rumah Ocit belum ada persiapan untuk merayakan euforia ulang tahun kota.
Begitulah situasi pandemi Covid-19 berdampak pada salah satu denyut kegiatan kota. Ketiadaan euforia perayaan di Ibu Kota berdampak pula kepada para seniman Betawi. Sejumlah sanggar seni, tak terkecuali sanggar asuhan Ocit, urung menerima pesanan tampil di sejumlah kawasan pusat kota. Alhasil, tak ada ramai-ramai kumpulan tari topeng Betawi atau musik gambang keromong dari sanggar ini.
Pandemi Covid-19 menjadi pengalaman pertama para seniman Betawi menghadapi keabsenan perayaan seni di hari ulang tahun Jakarta. Ocit mengakui, perhelatan seni semacam ini tidak terlalu banyak dalam setahun ditambah pula terdampak situasi pandemi. ”Ya, sesuai anjuran pemerintah untuk pembatasan sosial, sanggar masih tutup dan kami belum memutuskan tampil lagi,” kata Ocit.
Ada sebagian orang yang menggantungkan hidup dari sanggar seni. Padahal, penghasilan dari sanggar pun tidak seberapa apabila tidak tampil dan ikut kompetisi. Alhasil, beberapa teman dari sanggar mengambil pekerjaan sampingan, mulai dari mengojek hingga berdagang.
Ocit juga belakangan mengambil kerja sampingan. Ia mengurus rumah sewa kontrakan dan kerap mendapat undangan dari program televisi. ”Ya, ini buat tambah-tambah sajalah selama pandemi,” kata nya.
Ocit meminta para anggota sanggar tetap bertahan demi merawat semangat Budaya Betawi. Meski diterpa pandemi, upaya konservasi budaya leluhur harus dijaga agar tidak kendur.
Saat berkumpul dengan teman-teman sanggar beberapa bulan lalu, Ocit bercerita, Sanggar Tari Betawi Mak Nanih dan Haji Nirin Kumpul ini bukan sekadar ladang penghidupan. Sanggar ini diwariskan dari leluhur sang Nenek, Ma’ Manih, yang kemudian diturunkan kepada sang ayah, Haji Nirin Kumpul.
Sang nenek dan ayahnya di masa lalu juga berjuang menghidupi kesenian dengan berbagai pekerjaan. Ma’ Manih yang dulunya penari juga kerap berladang di masa perjuangan merawat kesenian.
Ayah Ocit juga sempat berjualan karpet dari serat serabut kelapa. Selain itu, Ayahnya juga sempat menekuni akting di dunia layar kaca demi tetap memiliki penghidupan.
Ocit mengingat pesan ayahnya beberapa hari sebelum berpulang di tahun 2016. ”Kata baba, jangan tinggalkan seni Betawi yang sudah susah payah ia dirikan. Jangan pernah lupa kalau kita pernah dibesarkan melalui sanggar seni,” ujarnya.
Semangat serupa juga dilakukan Burhan (53) dari Sanggar Seni Betawi Jali Putra. Sanggar Lenong Betawi besutan Haji Rodjali ini tidak mengambil kegiatan seni apa pun demi kesehatan timnya. Alhasil, sanggarnya sepi saat dikunjungi Sabtu kemarin.
Burhan meminta agar tim lenongnya tetap menjaga semangat di dalam hati dan berlatih sendiri. Sebagian anggota kini ada yang sambil mengojek, ada yang masih bersekolah. Mereka diminta tetap di rumah sesuai anjuran pemerintah.
”Saya memahami kondisi saat ini yang serba sulit dan tidak menentu. Mereka pun kerap menjadi lesu karena melewati ulang tahun Jakarta tanpa berkesenian. Saya selalu berpesan kepada mereka agar memprioritaskan kesehatan untuk saat ini,” kata Burhan.
Begitulah para seniman melakukan berbagai upaya untuk merawat semangat berkesenian. Meski melewati perayaan ulang tahun Ibu Kota yang kini terasa sunyi, mereka tetap penuh harap agar situasi ini segera berlalu.