Kepulauan Seribu Melabuhkan Harapan pada Geliat Pariwisata
Warga Kabupaten Kepulauan Seribu merindukan pariwisata yang selama ini menjadi jangkar perekonomian mereka. Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, aktivitas wisata di sana merosot tajam.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
Meskipun aktivitas penyeberangan dari daratan Jakarta ke Kepulauan Seribu telah dibuka, kegiatan wisata di sana masih dibatasi. Para pegiat wisata mengaku tidak sabar untuk kembali melayani para wisatawan. Di Kepulauan Seribu, pariwisata menjadi salah satu tiang utama perekonomian warga.
Setelah ditutup lantaran pandemi Covid-19, penyeberangan dari Pelabuhan Kali Adem ke Kepulauan Seribu kembali dibuka sejak 13 Juni 2020. Akan tetapi, belum semua pulau bisa disinggahi kapal.
Surya (42), warga Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, berharap agar semua pulau kembali dibuka untuk aktivitas pariwisata. Ia mengaku stres selama pandemi Covid-19 lantaran kegiatan pariwisata di daerahnya mandek selama dua bulan. Pariwisata selama ini menjadi tulang punggung perekonomian warga. Akibatnya, begitu pariwisata berhenti berputar, perekonomian warga pun kacau.
Surya merupakan nelayan yang berdiversifikasi. Pada akhir pekan, ia tidak lagi mencari ikan, tetapi beralih menjadi pemandu wisata. Dalam kondisi non-pandemi, Surya bisa mendapatkan Rp 2 juta seminggu khusus dari sektor pariwisata.
Saat pendemi, ia mencari pendapatan sebagai nelayan dan menjadi buruh lepas. ”Kadang dapat tangkapan ikan, kadang tidak. Buat makan keluarga sehari-hari kadang harus berutang,” ujarnya, Rabu (24/6/2020).
Jika hanya mengandalkan profesi sebagai nelayan, Surya mengaku pendapatannya tidak menentu. ”Dapat Rp 200.000 per hari saja sudah luar biasa. Itu pun kadang tidak cukup untuk biaya makan sekeluarga,” ucapnya.
Jika hanya mengandalkan profesi sebagai nelayan, Surya mengaku pendapatannya tidak menentu. ”Dapat Rp 200.000 per hari saja sudah luar biasa. Itu pun kadang tidak cukup untuk biaya makan sekeluarga,” ucapnya.
Belum semua pulau dibuka
Menurut Kepala Pelabuhan Kali Adem Yose Rizal, belum semua pulau di Kepulauan Seribu dapat diakses untuk kegiatan pariwisata.
”Rapat antara masyarakat dan pimpinan daerah masih alot. Ternyata banyak warga Kepulauan Seribu yang masih merasa waswas,” katanya saat ditemui di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu.
Di antara 12 pulau berpenghuni di Kepulauan Seribu, Pulau Pari masih ditutup untuk kegiatan wisata hingga saat ini. Pulau lainnya dibuka terbatas. Di Pulau Untung Jawa, misalnya, pengunjung tidak diperbolehkan menginap.
Selain itu, Pulau Tidung yang baru dibuka pada akhir pekan lalu juga masih diperketat. Para pengunjung yang datang wajib mengikuti tes cepat Covid-19 meskipun pengunjung tersebut sudah memiliki hasil tes cepat sebelumnya. ”Tes cepat dilakukan oleh pihak kelurahan untuk memastikan tidak ada penularan saat berada di kapal,” ujar Yose.
Penyedia Informasi Penyeberangan Kapal Tradisional di Pelabuhan Kali Adem, Ardi (23), mengungkapkan, warga di semua pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu berencana membuka kegiatan pariwisata pada akhir pekan ini.
Sebelumnya, penduduk belum menemukan kata sepakat terkait pariwisata di tengah pandemi Covid-19 ini. ”Tadi malam warga mengadakan rapat dan disepakati pulau akan dibuka kembali pada akhir pekan ini,” kata Ardi.
Jumlah penumpang merosot
Biasanya, kapal tradisional di Pelabuhan Kali Adem melayani penyeberangan menuju Pulau Pramuka, Pulau Pari, Pulau Tidung, Pulau Kelapa, dan Pulau Harapan. Sejak dibuka kembali, kapal tradisional di Kali Adem sementara hanya melayani penyeberangan ke Pulau Pramuka dan Pulau Harapan.
Data Pelabuhan Kali Adem menyebutkan, setidaknya 110 penumpang menyeberang dari Pelabuhan Kali Adem ke Kepulauan Seribu, Rabu ini. Mereka berangkat menggunakan enam kapal, yakni 2 kapal tradisional, 3 kapal cepat Dishub DKI Jakarta, dan 1 Kapal Arwana milik PT ASDP.
Pada Sabtu (20/6/2020), ada 383 penumpang yang berangkat dari Pelabuhan Kali Adem ke Kepulauan Seribu. Pekan sebelumnya, ada 175 penumpang yang menyeberang. ”Biasanya kalau untuk akhir pekan (sebelum pandemi Covid-19), bisa lebih seribu orang yang menyeberang. Mayoritas memang wisatawan,” tambah Ardi.
Secara umum, warga Jabodetabek yang hendak menyeberang ke Kepulauan Seribu harus dicek suhu tubuhnya sekaligus menunjukkan surat kesehatan dari wilayah asal. Bagi warga luar Jabodetabek, selain persyaratan tersebut, juga wajib mengurus surat izin keluar masuk (SIKM) dan membawa hasil tes cepat.
”Kalau penumpang sudah membeli tiket, tapi ternyata suhunya di atas 37,5 derajat celsius, kami kembalikan tiketnya dan penumpang itu dirujuk ke rumah sakit terdekat,” katanya.
Menurut Yose, pembatasan fisik dijalankan secara ketat selama berada di kapal. Di kapal milik dinas perhubungan, misalnya, kapasitas yang tadinya 48 orang dikurangi menjadi 24 orang. Petugas juga memantau aktivitas penyeberangan kapal tradisional.
Selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB), menurut Yose, hanya ada satu kapal yang melayani penyeberangan, yakni kapal logistik Arwana milik ASDP. Kapal tersebut hanya mengangkut bahan logistik dan warga yang memenuhi persyaratan.
Kapal Arwana bersandar di tiga pulau saja yakni Pulau Untung Jawa, Pulau Pramuka, dan Pulau Harapan. Warga dari pulau lain yang ingin mengakses Kapal Arwana harus merapat ke tiga pulau tersebut menggunakan perahu nelayan.
”Kapal ini yang paling memungkinkan mengangkut logistik dalam jumlah banyak. Bisa sampai 10 ton,” katanya.
Nakhoda kapal tradisional Muara Angke-Pramuka, Yudi (45), mengatakan, selama PSBB transisi ini, kapasitas di kapalnya dikurangi 50 persen. Tadinya, ia bisa mengangkut 180 penumpang. Kini, ia membatasi kapalnya hanya untuk 90 penumpang.
”Tapi, masih sedikit juga penumpang yang naik. Tidak sampai memenuhi kapasitas,” katanya.
Selain melalui Pelabuhan Kali Adem, Kepulauan Seribu juga dapat diakses melalui Pelabuhan Marina di Taman Impian Jaya Ancol. Berdasarkan pantauan pada Sabtu lalu, aktivitas penyeberangan ke Kepulauan Seribu masih belum tersedia. Bahkan, area pantai masih tertutup untuk publik.