Kasus Positif di DKI Terus Bertambah, Para Camat Rencanakan Razia Permukiman
”Maskermu adalah Vaksinmu”. Alasannya, selama virus korona baru belum ditemukan obatnya, penangkal yang paling ampuh ialah dengan memakai masker secara benar.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Belum berkurangnya jumlah kasus harian Covid-19 di Ibu Kota membuat para camat memikirkan melakukan kembali razia di permukiman. Tujuannya memastikan agar lurah serta pengurus RW dan RT tidak mengendur dalam pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan di lapangan.
Berdasarkan laporan perkembangan Covid-19 hari Jumat (14/8/2020) oleh Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia Tatri Lestari Handayani, ada 575 kasus positif. ”Sebanyak 80 kasus merupakan akumulasi dari kasus-kasus di hari sebelumnya yang laporannya baru masuk,” katanya.
Secara total, Jakarta sudah memiliki 28.438 kasus dengan rincian 18.528 orang sembuh, 985 orang meninggal, dan sisanya masih menjalani perawatan ataupun isolasi. Angka ini belum mencakup para suspect dan terduga Covid-19. Oleh karena itu, protokol bermasker, menjaga jarak, serta sering mencuci tangan dengan air dan sabun adalah keniscayaan karena merupakan perlindungan dari virus korona baru.
Pada waktu yang berbeda, Camat Tanah Abang, Jakarta Pusat, Yassin Pasaribu mengungkapkan akan memulai kembali razia di permukiman. Dalam dua bulan belakangan razia fokus di wilayah pasar, pertokoan, dan jalan raya. Meskipun Pemerintah Provinsi Jakarta menekankan bahwa mereka kian meningkatkan kapasitas tes cepat dan tes reaksi rantai polimerase (PCR), tetap harus disertai kedisiplinan masyarakat.
”Kami akan mengajak satpol PP dan aparat penegak hukum lainnya untuk kembali menyusuri jalanan di permukiman padat dan trotoar perkantoran,” katanya. Jangan sampai RT dan RW pengawasannya melemah karena menganggap Covid-19 bisa segera ditanggulangi dan ditambah kenyataan bahwa masyarakat mulai kembali bekerja.
Di Kecamatan Tanah Abang slogan yang diusung ialah ”Maskermu adalah Vaksinmu”. Alasannya, selama virus korona baru belum ditemukan obatnya, penangkal yang paling ampuh ialah dengan memakai masker secara benar. Menutupi hidung, mulut, dan dagu. Selain itu, untuk masker kain harus langsung dicuci setiap selesai dipakai.
Menurut Yassin, saat ini ada 15 warga Tanah Abang yang masih menjalani isolasi di tempat khusus, yaitu rumah dinas para lurah, gedung kesenian, dan beberapa sekolahan. Tes kesehatan oleh petugas puskesmas juga gencar dilakukan di setiap RW secara bergiliran karena kini setiap RW harus dicurigai memiliki orang tanpa gejala (OTG) Covid-19.
”Warga yang resisten bisa diberi pengertian oleh petugas ataupun ketua RT dan RW. Biasanya mereka takut ketahuan sakit atau belum mengerti kegunaan tes. Akan tetapi, kalau sudah melihat tetangga mengikuti tes, mereka juga tidak akan menolak,” ujarnya. Jika tetap ada yang bersikeras tidak mau dites, sanksi sosial dari warga cukup tinggi. Menurut Yassin, hal ini cukup memberi efek kejut.
Pengawasan juga dilakukan di pusat-pusat usaha mikro, kecil, dan menengah di Tanah Abang. Mereka tidak boleh kembali berjualan sebelum semua pedagang mengikuti tes dan dinyatakan bebas Covid-19. Apabila ada pedagang yang ketika berjualan tidak bermasker, kiosnya bisa ditutup sebagai bentuk pendisiplinan.
Terkait perayaan Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, Yassin menolak semua proposal kegiatan. Tidak boleh ada lomba seperti biasa. Warga hanya diperkenankan menghias rumah atau jalanan tempat mereka tinggal. Meskipun begitu, ia mengizinkan apabila warga ingin mengadakan upacara bendera di kantor RW karena merupakan ekspresi nasionalisme. Syaratnya ialah dengan meminta izin kepada camat, jumlah pesertanya tidak melebihi 20-30 orang tergantung luas lokasi upacara, dan wajib menegakkan protokol kesehatan.
Sementara itu, Mundari, Camat Cilandak, Jakarta Selatan, mengajak aparat dari kepolisian sektor dan komandan rayon militer setempat ikut melakukan inspeksi mendadak ke permukiman. Pasalnya, ia menemui kasus warga nongkrong tanpa bermasker.
Biasanya warga bandel ini mengetahui jadwal ronda petugas RT dan RW sehingga baru keluar setelah pengecekan wilayah selesai dilakukan. Di setiap rumah, kata Mundari, juga ditunjuk kader masker, yaitu anggota keluarga yang selalu mengingatkan penghuni rumah agar selalu memakai masker apabila hendak pergi keluar.
Saat ini 59 warga Cilandak masih dalam pemantauan, di samping itu ada 30 orang melakukan isolasi mandiri, dan 29 orang dirawat di rumah sakit. Adapun jumlah warga yang sudah mengikuti tes usap tenggorakan di puskesmas ada 2.591 orang.
”Dari lima pasar di Cilandak, ada tiga yang sudah ditutup sementara untuk disterilkan. Pedagangnya juga sudah dites semua. Gedung-gedung perkantoran juga terus diawasi,” kata Mundari.
Menurut dia, koordinasi dengan perkantoran lebih mudah karena mereka juga memiliki satuan tugas pencegahan Covid-19 masing-masing. Aktivitas perkantoran juga diawasi oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi; Kamar Dagang dan Industri Indonesia; serta berbagai organisasi profesi lain. Masalah di perkantoran umumnya ialah para karyawan yang nongkrong di trotoar tanpa menjaga jarak selama jam istirahat. Tantangan terbesar memang ada di permukiman karena daya serap informasi dan kewaspadaan warga terhadap bahaya Covid-19 berbeda-beda.