KR Baruna Jaya IV Gunakan ROV Cari Kotak Hitam Sriwijaya Air
Baruna Jaya yang ikut membantu mencari kotak hitam SJ-182 akan mengandalkan teknologi ROV. Alat itu mampu menyelam hingga 1.000 meter.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kapal Riset Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada Selasa (12/1/2021) pagi dikerahkan membantu mencari kotak hitam pesawat Sriwijaya SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu. Pencarian kotak hitam yang menggunakan teknologi remotely operated underwater vehicle atau ROV Seaeye 12196 falcon itu akan difokuskan di sekitar radius 200 meter dari lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182.
Kapal Riset (KR) Baruna Jaya IV bertolak dari Pelabuhan Samudera Nizam Zachman, Jakarta, menuju lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182 dengan kecepatan rata-rata 5 knot. Kapal itu dinahkodai Anwar Latief.
Pencarian kotak hitam pesawat Sriwijaya SJ-182 dipimpin oleh Ketua Tim Survei KR Baruna Jaya IV Adam Budi Nugroho. Secara keseluruhan, tim yang telibat dalam KR Baruna Jaya IV sebanyak 40 orang dengan rincian 20 anggota kru dan 20 anggota engineering.
ROV yang digunakan mencari kotak hitam SJ-182 memiliki rekam jejak keberhasilan dalam menemukan Kapal Motor Sinar Bangun yang tenggelam di dasar Danau Toba, Sumatera Utara, pada 2018.
Adapun pencarian kotak hitam pesawat Sriwijaya Air menggunakan teknologi ROV. ROV merupakan robot yang dikendalikan dengan alat kontrol jarak jauh untuk melakukan pencarian obyek bawah laut. ROV dilengkapi dengan kamera dan mampu menyelam sampai kedalaman 1.000 meter. ROV yang digunakan mencari kotak hitam SJ-182 memiliki rekam jejak keberhasilan dalam menemukan Kapal Motor Sinar Bangun yang tenggelam di dasar Danau Toba, Sumatera Utara, pada 2018.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Djoko Nugroho pada Selasa (12/1/2021) di KR Baruna Jaya IV mengatakan, saat tiba di lokasi pencarian, peralatan yang akan diturunkan pertama berupa USBL (ultra short base line) untuk menangkap sinyal dari kotak hitam. USBL itu sebagai pendeteksi awal untuk mencari keberadaan kotak hitam.
”Kalau kami sudah mendapatkan kurang lebih arah black box, kami akan turunkan ROV. Dan, ROV kami juga dilengkapi dengan USBL yang mempunyai kemampuan menangkap sinyal. Kami akan setting USBL pada sinyal 37,5 Khz,” kata Djoko.
Radius 200 meter
Investigator Keselamatan Pelayanan KNKT, Bambang Irawan, mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan tim KNKT udara yang saat ini sudah ada di lokasi pencarian, tepatnya di KRI Rigel. Tim dari KNKT udara tersebut sudah menyisir koordinat menggunakan ping locator.
”Saat ini poin-poin titik koordinatnya sudah diinformasikan juga kepada kami. Maka, kami (Baruna Jaya IV) akan fokus ke poin tersebut berdasarkan titik koordinat yang didapatkan oleh KRI Rigel,” kata Bambang, Selasa (12/1/2021), di KR Baruna Jaya.
Bambang menambahkan, fokus pencarian dari Baruna Jaya radiusnya 200 meter dari titik jatuhnya pesawat SJ-182. Radius tersebut dinilai sudah ideal lantaran dari perkiraan KNKT, puing-puing pesawat SJ-182 tidak menyebar jauh dari lokasi jatuhnya pesawat.
”Seperti yang dikatakan ketua KNKT bahwa kemungkinan besar pesawat itu jatuhnya di satu titik saja. Karena proses penurunan ketinggian pesawat hingga 250 kaki masih dalam keadaan utuh. Dia tidak meledak di udara, jadi dia betul-betul satu poin,” kata Bambang.
Meski demikian, kata Bambang, ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan puing pesawat menyebar atau sulit ditemukan. Mulai dari kekuatan arus bawah laut, lumpur, atau bebatuan.