Waspada, Wisma Atlet Kemayoran dan Pademangan Hampir Penuh
Salah satu menara di Wisma Atlet Kemayoran tidak bisa menampung tambahan pasien lagi karena tingkat keterisiannya sudah 99,43 persen. Dari 1.570 tempat tidur yang tersedia, ada 1.561 pasien yang dirawat di sana.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dari dua menara yang disiapkan untuk menampung pasien positif Covid-19 tanpa gejala serta bergejala ringan di Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, satu menara sudah terisi 96 persen. Sementara itu, tingkat keterisian empat menara Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat sudah terlampau tinggi meski sudah fokus pada pasien bergejala saja. Ini peringatan yang lebih kencang bagi masyarakat.
”Ini peringatan pada masyarakat bahwa pandemi belum berakhir dan angka positif masih terus meningkat,” tutur Humas Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin, di sela vaksinasi tenaga kesehatan Wisma Atlet hari Rabu (20/1/2021).
Ini peringatan pada masyarakat bahwa pandemi belum berakhir dan angka positif masih terus meningkat. (M Arifin)
Awalnya, pengelola RSDC Wisma Atlet hanya menangani pasien di empat menara Wisma Atlet Kemayoran, yaitu Menara 4-7. Pertambahan kasus positif setiap hari turut membuat jumlah pasien bergejala yang butuh penanganan ekstra semakin banyak sehingga pasien-pasien baru yang tanpa gejala atau bergejala ringan dialihkan ke Menara 8 dan 9 Wisma Atlet Pademangan. Adapun empat menara di Kemayoran dikhususkan bagi pasien bergejala ringan-sedang.
Berdasarkan data pada Rabu pagi, RSDC Wisma Atlet Kemayoran merawat 4.651 pasien, sehingga keterisian secara keseluruhan pada empat menara 77,59 persen karena jumlah tempat tidur yang tersedia 5.994 tempat tidur. Namun, Menara 5 tidak bisa menampung tambahan pasien lagi karena okupansinya sudah 99,43 persen (dari 1.570 tempat tidur yang tersedia, ada 1.561 pasien).
Arifin menyebutkan, Menara 9 Pademangan belum dioperasikan, tetapi tingkat keterisian di Menara 8 pada Rabu sudah 96 persen. RSDC Wisma Atlet tengah berkoordinasi terkait pembukaan Menara 9 agar bisa menerima limpahan pasien dari Menara 8. Jika sudah diputuskan, sebagian sumber daya manusia, farmasi, dan peralatan dari Kemayoran akan dikirim ke Pademangan.
Sebelumnya, dokter Benget Turnip dari Kementerian Kesehatan mengatakan, total terdapat 2.562 kamar di Menara 8 dan 9. Untuk saat ini, per kamar dirancang menampung dua pasien. ”Namun, jika satu keluarga, kluster, masuk satu kamar,” ucapnya.
Menara 8 dan 9 Pademangan disiapkan untuk penanganan pasien-pasien dengan kondisi lebih ringan ketimbang yang dirawat di Menara 4-7 Kemayoran. Namun, menurut Arifin, Wisma Atlet Pademangan juga dirancang bisa mengantisipasi perburukan pasien sehingga pasien-pasien yang bergejala, tetapi masih level ringan, bisa turut ditampung di sana. Menurut rencana, akan ada empat tempat tidur high care unit (HCU) di Menara 9 yang dilengkapi perangkat oksigen dan pemantau tanda vital pasien (bed side monitor).
Menara 4-7 pun sebenarnya hanya difungsikan untuk merawat pasien-pasien bergejala maksimal level sedang. Pasien bergejala berat dirujuk ke RS-RS rujukan Covid dengan fasilitas yang sesuai, terutama fasilitas unit perawatan intensif (ICU).
RSDC Wisma Atlet Kemayoran hanya memiliki ICU transisi, yang level fasilitasnya di bawah ICU. Meski demikian, kualitas pelayanan diupayakan sama dengan di ICU, termasuk dengan penyediaan ventilator.
”Walaupun di sini ICU transisi, jika merujuk keluar susah, ya, kami maksimalkan di sini,” ujar Arifin. Ini sebagai respons makin langkanya ketersediaan ICU di Jakarta dan sekitarnya, sedangkan penderita Covid-19 yang berkondisi buruk makin banyak.
Namun, meski Wisma Atlet punya kualitas pelayanan setara ICU, Arifin mengingatkan masyarakat untuk tidak lantas mengendurkan kewaspadaan. Terdapat 12 tempat tidur ICU transisi di sana, tetapi sekarang semua sudah terisi. Pengelola memang berencana menambah jumlah tempat tidur ICU transisi, tetapi ada kemungkinan tidak mampu mengimbangi pesatnya peningkatan jumlah kasus positif bergejala.
Sukarelawan di Wisma Atlet, dokter Saffanah Zahra (25), menuturkan, beban kerjanya berangsur meningkat sekarang dibandingkan saat awal dia bertugas pada November 2020. Kala itu, bahkan Menara 4 sempat dinonaktifkan, sementara karena jumlah pasien lebih rendah dibanding sebelumnya. Pada 14 November, misalnya, jumlah pasien di sana 2.274 orang atau hanya 48,89 persen dari jumlah pasien hari Rabu ini.
Saffanah menjelaskan, setiap mendapat giliran bertugas, satu dokter memantau dan menangani pasien di tiga lantai. Ia saat mulai bertugas sempat menangani total 90-an pasien saat mendapat giliran. Baru-baru ini, ia pernah bertanggung jawab terhadap 200-an pasien. ”Jadi, kelihatan sih lonjakannya, apalagi setelah Tahun Baru. Memang tugas kami, tetapi semoga masyarakat lebih sadar,” ucapnya.
Sukarelawan lainnya, dokter Sholahuddin (25), mengaku tidak merasakan perubahan beban antara November dan sekarang. Namun, tugasnya lebih melelahkan jika saat gilirannya bekerja terdapat pasien yang butuh perhatian tambahan. Contohnya, ada pasien yang tidak merasakan gejala sesak napas, tetapi pemantauan dari alat menunjukkan saturasi oksigen (kadar oksigen dalam darah) di bawah 90 persen. Batas aman saturasi adalah 96 persen ke atas.
Komandan Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) I yang juga Panglima Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta, Mayor Jenderal Dudung Abdurachman, mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan kepolisian dan pemerintah daerah terus mengawasi kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan lewat patroli-patroli penegakan disiplin. Selain itu, masyarakat didorong membentuk Kampung Tangguh Jaya di lingkungan tinggal mereka guna menekan penularan Covid-19 di permukiman.