Komunitas Emka, Menata Keluarga Agar Bahagia
Lewat komunitas Menata Keluarga (Emka), anggota diajak untuk menata hubungan yang baik dengan orangtua kita, asisten rumah tangga, hingga tetangga. Mereka percaya hubungan yang baik menjadi kunci untuk bahagia
"Semangat pagi sehat bahagia keluarga eMKA yang kami muliakan. Sebelum kita mulai aktivitas pagi ini, marilah kita awali aktivitas kita dengan berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan kita masing-masing. Hari ini, Senin 1 Juli 3019 giliran posting doa secara agama Buddha yang telah disiapkan oleh Ibu Dian dari Surabaya..."
Sapaan pagi dengan ajakan hening dalam doa seperti tertulis di atas senantiasa menyapa para anggota Komunitas Menata Keluarga atau Komunitas Emka yang tersebar di 17 kota di Indonesia lewat kelompok WA sesuai daerah. Uniknya, tiap hari pada pagi dan malam, doa dibawakan secara bergantian oleh anggota Komunitas Emka untuk mewakili doa secara Buddha, Hindu, Katolik, Kristen, Islam, dan Khonghucu.
Selama 30 menit setelah doa pagi dan malam, anggota dilarang untuk bercakap-cakap. Setelah itu, rutinitas untuk saling menyapa, membagikan isi dimensi membangun keluarga dengan pendekatan mindful parenting yang direspon dengan diskusi mulai berjalan. Di dalam grup percakapan ini, para anggota bisa belajar banyak. Ditambah lagi dengan kegiatan kopi darat tiga bulan sekali, keeratan hubungan di antara anggota Komunitas Emka begitu terasa.
Hubungan yang terjalin tidak tidak lagi menilai perbedaan keyakinan, suku, atau latar belakang pekerjaan dan keluarga. Semua diringi semangat yang sama untuk membangun keluarga yang berkesadaran atau mindful parenting.
Gagasan pendirian Komunitas Emka yang diwujudkan penulis buku keluarga dan praktisi parenting Melly Kiong ini telah banyak membawa perubahan pada para orang tua dalam keluarga di Indonesia sejak diresmikan 24 Mei 2014. Komunitas Emka ini bukan jadi wadah bagi Melly Kiong untuk mengajari para orang tua. Justru, komunitas ini jadi ajang untuk saling belajar bagi semua anggotanya yang terdaftar lebih dari 2.800 orang di 17 kota.
Di tahun kelima Komunitas Emka, Melly mengajak para anggotalah yang aktif untuk menulis soal pengalaman mereka dalam menerapkan praktik baik untuk pembahasan Teh Anak (hubungan orang tua dengan anak balita), Teh Bakti (hubungan anak dengan orang tua), Teh Cinta (hubungan suami-istri), Teh Bijak (hubungan dengan mitra keluarga/asisten rumah tangga), Teh Muda (hubungan ornag tua dengan anak remaja), serta Teh Tetangga (hubungan dengan tetangga). Menata keluarga yang baik bukan hanya terbatas di dalam keluarga saja, tapi juga diwujdukan dengan hubungan yang baik dengan orang tua kita, tetangga, hingga asisten rumah tangga yang membantu keluarga.
“Banyak kan orang tua merasa anak yang bermasalah. Nah, kalau saya kebalikannya, melihat bahwa orang tua lah yang perlu membenahi diri. Dimulai dari diri orang tua, lalu kebahagian keluarga yang didambakan bisa terwujud. Anak-anak jadi generasi muda bangsa yang bahagia,” ujar Melly Kiong yang mengaku banyak terinpirasi dan mendapat dukungan dari almarhum Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dalam mewujudkan Komunitas Emka.
Melly mengatakan para anggota, mulai dari para ibu, bapak, dan remaja diajak untuk menjiwai mindful parenting, yang dimulai dari perubahan diri. Mindful Parenting merupakan konsep parenting yang mengedepankan kesadaran orang tua dalam berkomunikasi, mendidik, dan mengasuh anak, yang berisi lima dimensi yaitu, mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan empati; tidak menghakimi diri sendiri dan orang lain; pengendalian emosi diri; adil dan bijaksana; serta welas asih
Khanifafatul Asfiya Kurniati (18), mahasiswa semester dua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang, merasa senang bergabung dengan Emka. “Justru saya banyak belajar jadi anak yang tidak menghakimi ornang tua. Dulu, suka langsung marah dan melawan kalau dibilangin ortu. Sejak bergabung Emka, saya mulai banyak berubah, untuk mau mendengarkan dulu orang tua, baru merespon,” kisah Khanifa.
Sementara itu, I Wayan Wiraga, Dosen Politeknik Negeri Bali, merasa menemukan komunitas yang sejalan dengan panggilan hatinya untuk menyiapkan generasi masa depan bangsa yang lebih baik, terutama dalam karakter. “Pendekatan mindful parenting, sejalan dengan kebutuhan saya sebagai pendidik agar dapat mendidik mahasiswa di kampus dengan welas asih. Ada pengalaman saya berhadapan dengan mahasiswa yang bermasalah, saya lebih mencoba untuk memahami dan menjadi teman. Mahasiswa tersebut pada akhirnya bisa berubah menjadi baik dan berprestasi,” ujar Wayan.
Suryana Halim, pengurus Komunitas Emka di Pontianak, Kalimantan Barat, mengisahkan awalnya ia sering merasa bersalah sebagai ibu bekerja dengan tiga anak yang sering kekurangan waktu bersama anak-anak. Ia merasa mendapat pencerahan saat menghadiri seminar parenting dari Melly Kiong soal tips ibu bekerja dalam mengasuh anak. Ia pun bergabung dengan Komunitas Emka dan merasa banyak belajar.
“Memang di grup WA kami banyak belajar juga. Tapi dengan kopi darat tiga bulan sekali, yang sekaligus merayakan ulang tahun dari teman-teman, kami jadi lebih banyak belajar lagi. Pertemuan ini juga untuk jadi ajang berbagi sehingga yang lain bisa belajar dan berbagi. Seru sih,” ujar Suryana.
Melly mengatakan untuk bergabung dengan Komunitas Emka memang membayar, yang semuanya dikembalikan untuk kepentingan anggota. Lalu, ada kewajiban membayar iuran Rp 10.000/bulan untuk dana eling.
“Di Komunitas Emka ini, kami mengajak semua anggota untuk belajar juga punya welas asih. Terlihat nanti komitmen mereka yang mau belajar,” ujar Melly
Jika dana eling sudah terkumpul Rp 30 juta, kami melakukan bakti sosial, dari membantu rehabilitasi sekolah rusak, memberikan bantuan untuk Yayasan Dena Upakara (Tuna Rungu), Yayasan Elsafan (tuna netra), dan Ikatan Sidroma Down Indonesia. Pernah juga membeli kapal untuk membantu literasi di pesisir. Para angggota yang berminat diajak untuk terlibat langsung dalam kegiatan sosial ini.
“Saya hanya ingin mengajak Komunitas Emka bersumbangsih untuk kebaikan, yang dimulai dari keluarga, agar kita bisa menyiapkan generasi muda yang punya moral dan karakter baik serta berdaya juang,” ujar Melly.