Pengalaman Seru Magangers yang Bikin Kangen
Perjalanan Magangers Kompas Muda Batch XI berakhir pada Sabtu (13/7/2019). Setelah enam hari bersama, sebanyak 40 orang magangers enggan berpisah. Keakraban yang terjalin saat ditempa tenggat tugas akhir menyisakan banyak kisah yang menegangkan, seru, sekaligus lucu.
Selama dua hari, magangers mengerjakan tugas jurnalistik. Dalam satu tim yang beranggotakan lima orang, mereka terbagi menjadi reporter, fotografer, dan desainer grafis. Sejak memutuskan tema liputan, pada Rabu (10/7) mereka sudah merasakan harus bekerja dalam tenggat atau deadline yang ketat.
Hari berikutnya, masih saja ada kelompok yang galau sehingga mengganti tema liputannya. Memang sih, enggak gampang bisa bekerja dalam tim. Semua orang pasti membutuhkan penyesuaian diri. Setelah liputan, setiap kelompok harus mempresentasikan hasilnya.
Lalu, mereka menulis hasil liputan pada Jumat (12/7). Ketika mengerjakan hasil liputan mulai Jumat pagi hingga sore, lagi-lagi pekerjaan tak luput dari revisi. Di pengujung kegiatan, pada Sabtu pagi hingga siang, akhirnya tiap kelompok mempresentasikan tiap koran yang diterbitkan kepada empat juri. Tampilan koran yang disajikan semua kelompok ini dinilai segar yang membawa aspirasi anak muda kekinian.
Selesai presentasi, lagi-lagi, perintah untuk revisi sesuai masukan mesti dikerjakan. Alhasil, kata presentasi dan revisi menjadi momok bagi semua magangers. Apalagi, kalau saat presentasi di depan kelas, mendapat pertanyaan tak terduga dari mentor dan teman-teman seangkatan. Meski begitu, semangat mereka untuk belajar tak pernah goyah.
”Revisi terus, yang penting happy,” kata Rhaihan Ari Dipta, siswa SMAN 4 Kota Bekasi, menyemangati timnya.
Ketika mengerjakan hasil liputan mulai Jumat pagi hingga sore, lagi-lagi pekerjaan tak luput dari revisi. Di pengujung kegiatan, pada Sabtu pagi hingga siang, akhirnya tiap kelompok mempresentasikan tiap koran yang diterbitkan kepada empat juri.
Yang pasti, semangat Magangers Batch XI yang menamakan diri Soda Gembira ini enggak boleh padam. Slogan ”Segar Segar Bergetar” harus terus bergaung untuk menunjukkan keseriusan mereka berkarya membuat satu halaman koran. Serius tapi santai. Tiap hari senantiasa penuh canda tawa, saling meledek, tetapi juga saling memberi semangat jika ada yang sudah lelah.
Dengan berbagai pengalaman yang menyenangkan ini, magangers jadi susah move on. Baru satu hari berlalu, mereka sudah rindu untuk hadir ke Kantor Harian Kompas di Palmerah, Jakarta. Ketika Senin (15/7) para magangers memulai hari sekolah, di grup Whatsapp mereka terungkap rasa kangen memulai aktivitas pagi di Palmerah. ”Tadi pagi aku minta bukain pintu, ternyata cumangigo (mengigau),” ujar Kemas Muhammad Adri Mahindra, siswa Homeschooling Kak Seto.
Liputan kuliner
Setelah mendapatkan teori jurnalistik, magangers harus mengerjakan tugas akhir. Mereka harus membuat satu halaman koran dengan waktu yang singkat, enam jam untuk mengunjungi lokasi liputan untuk pengamatan, wawancara, dan berburu foto. Mereka harus mengunjungi minimal dua lokasi yang berbeda untuk topik liputan yang dibuat.
Terbitlah sejumlah ide liputan dengan beragam topik dan tema. Tahun ini, sebagian besar magangers memilih tema liputan kuliner. Paling tidak, ada empat kelompok yang memilih kuliner. Mulai dari kulineran di kawasan pecinan Glodok, Jakarta Barat, es krim Ragusa, jamu Acaraki, sampai minuman bubble tea yang aslinya minuman dari Taiwan itu. Wah, bikin ngiler aja nih tema liputannya.
Setiap liputan pasti punya pengalaman yang mengesankan. Salah satunya dialami kelompok yang memilih tema liputan es krim yang melintasi zaman. Meskipun harus menunggu dua jam, kelompok ini merasa puas karena bisa bertemu langsung dengan pemilik es krim Italia Ragusa yang melegenda di Jakarta. Pertemuan dengan Sias Mawarni di kedai cabang Ragusa di Duta Merlin menjadi penting karena bisa mewawancarai pengelolanya yang sejak tahun 1972 mengelola es krim yang telah ada tahun 1932 itu.
Setiap liputan pasti punya pengalaman yang mengesankan. Salah satunya dialami kelompok yang memilih tema liputan es krim yang melintasi zaman.
Liputan menarik lainnya membahas destinasi nol rupiah di kawasan Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin untuk yang suka swafoto. Ada pula yang membuat tulisan soal bioskop alternatif yang menawarkan menonton seperti di rumah. Tema liputan lainnya adalah toko zero waste atau gaya hidup yang meminimalisasi limbah organik ataupun non-organik, pilihan jamu di tengah modernisasi, dan ruang terbuka hijau yang tetap bertahan di kawasan Menteng juga tak luput jadi bidikan tulisan.
Semua pengalaman ini tak terlupakan bagi magangers. ”Saya senang dan berterima kasih nih buat Kompas Muda. Dapat banyak pengalaman dan berkesan banget,” ujar Ditha Kirani, siswa SMKN 26 Jakarta.
Hal senada diungkapkan Imelda Putri Marsaulina, siswa SMAN 31 Jakarta. ”Senang deh bisa mendapatkan banyak pengalaman berharga. Makasih buat Mas dan Mbak di Kompas yang sudah membagi ilmu-ilmunya untuk liputan yang bagus,” katanya.
Cerita magangers bukan hanya soal kesempatan pelatihan jurnalistik selama seminggu saat liburan sekolah. Ini cerita soal anak-anak muda yang mau belajar untuk menerapkan prinsip jurnalistik yang baik di tengah-tengah berkembangnya media digital. Juga ini cerita soal kebersamaan yang membuat para magangers dari batch pertama pada tahun 2009 hingga sekarang eksis dan menjadi bagian dari Kompas Muda.
Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy mengapresiasi anak-anak muda yang tetap tertarik dengan Kompas sebagai salah satu media cetak. Ketertarikan anak-anak muda ikut program magangers setiap tahun jadi bukti media yang dibuat berdasarkan praktik jurnalisme yang baik masih diminati anak muda.
”Semoga yang ikut program magangers Kompas Muda mendapat manfaat sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya,” katanya.
Nah, buat yang tertarik dengan magangers, bisa bersiap mulai sekarang loh. Program magangers selalu dibuka setiap liburan kenaikan kelas.