MAGELANG, KOMPAS — Ratusan seniman dari 15 kelompok kesenian daerah ikut menyemarakkan perayaan Cap Go Meh yang diselenggarakan Tempat Ibadat Tri Dharma Liong Hok Bio Magelang, Jawa Tengah, Selasa (19/2/2019). Mereka ikut melebur dengan beraneka kesenian khas Tionghoa, seperti barongsai dan liong, serta bersama-sama melakukan kirab kesenian di sepanjang kawasan pecinan di Kota Magelang.
Kirab dibuka dengan rombongan Paskibra yang membawa puluhan bendera Merah Putih, dan disusul berikutnya rombongan dari kelompok pencak silat membawa simbol Garuda Pancasila.
Setelah itu, rombongan umat Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio membawa spanduk merah bertuliskan tema perayaan Cap Go Meh kali ini, ”Merajut Terus Kebhinekaan demi Keutuhan NKRI”.
Tulisan ”Bhineka” itu kemudian terasa mencair, mewujud dalam rombongan seniman yang berjalan di belakang rombongan pembawa spanduk. Ratusan seniman tersebut terlihat menunjukkan eksistensi keberagamannya dengan memakai beraneka warna serta jenis kostum dan menampilkan berbagai gerakan tarian unik, khas, berbeda satu dengan yang lain.
Kelompok kesenian yang tampil tersebut antara lain kelompok kesenian dolalak, reog, topeng ireng, dan jatilan. Sekalipun terlihat demikian beragam, semuanya menampilkan satu nuansa yang sama, yaitu kegembiraan. Nuansa meriah dan gembira juga makin menguat oleh reaksi dari ratusan penonton yang berdesakan di sepanjang jalan dan terus antusias menonton, memotret, serta bertepuk tangan.
Edhi Agung Nugroho, Ketua Kelompok Kesenian Jathilan Pitik Walik Campur Raga dari Paten Jurang, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, mengatakan, pihaknya sudah sering terlibat dalam beraneka acara kesenian yang diselenggarakan TITD Liong Hok Bio. Dia dan rekan-rekannya selalu antusias karena semaraknya acara dan kegembiraan pengunjung yang menonton juga mendatangkan kegembiraan bagi diri mereka.
”Dengan kesenian, kita bisa melebur, tampil di mana saja, bersama siapa saja. Tidak perlu mempersoalkan berkolaborasi dengan siapa atau pentas untuk acara apa karena yang terpenting seni itu bertujuan untuk mendatangkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain,” ujarnya.
Dalam perayaan Cap Go Meh, Selasa, jumlah penari dari Kelompok Jathilan Pitik Walik Campur Raga sekitar 50 orang.
Kegembiraan yang sama diungkapkan Darmanto, pemain kendang dari kelompok kesenian Egol dari Desa Kalijoso, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, yang menampilkan pentas kesenian dolalak.
Darmanto menyebutkan, secara pribadi, dirinya pun antusias karena dalam perayaan Cap Go Meh, mereka bisa tampil bersama banyak seniman lain dan ditonton oleh demikian banyak orang.
”Kebersamaan dengan banyak orang itu selalu menyenangkan,” ujarnya.
Ketua Yayasan Tri Bhakti Paul Chandra mengatakan, dalam setiap perayaan Cap Go Meh, pihaknya memang selalu menggelar acara dengan melibatkan kelompok-kelompok kesenian daerah. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan begitu banyaknya keragaman yang ada di Indonesia, yang salah satu keragamannya adalah etnis dan budaya Tionghoa.
Dengan tampilan kesenian yang begitu beragam tersebut, diharapkan masyarakat pun sadar untuk terus menjaga semuanya agar tetap menjadi satu, utuh dalam bingkai negara Indonesia.
”Sebagai contoh, selama ratusan tahun, kebudayaan Tionghoa dan Indonesia sudah lahir dan hidup berdampingan. Jadi, buat apa sekarang kita mencari-cari alasan untuk bermusuhan?” ujarnya.
Yayasan Tri Bhakti adalah yayasan yang menaungi TITD Liong Hok Bio.
Menurut Paul, pesan tentang keberagaman dan pentingnya menjaga kerukunan penting untuk disampaikan kembali di tengah situasi yang makin panas karena pemilu dan pemilihan presiden.
Sebelum kirab, umat TITD Liong Hok Bio menggelar acara doa. Dalam doa yang dipimpin Pandita Oei Hwie Lien tersebut, mereka bersama-sama mendoakan agar menjelang pemilu dan pemilihan presiden ini situasi negara tetap aman, tenang, dan damai.