Sandar di Banyuwangi, KRI Bima Suci Jadi Sarana Edukasi
KRI Bima Suci yang hampir menyelesaikan misi Kartika Jala Krida 2019 singgah sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi. Kesempatan ini dimanfaatkan warga setempat untuk mengenal seluk-beluk dunia kemaritiman.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — KRI Bima Suci yang hampir menyelesaikan misi Kartika Jala Krida 2019 singgah sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur. Kesempatan ini dimanfaatkan warga setempat untuk mengenal seluk-beluk dunia kemaritiman.
KRI Bima Suci merupakan kapal latih bagi taruna Akademi Angkatan Laut (AAL). Selain berlatih dan membiasakan diri menjadi pelaut yang andal, berlayar bersama KRI Bima Suci juga merupakan misi diplomatik yang harus diemban para taruna.
KRI Bima Suci memiliki panjang 111,2 meter dengan lebar 13,65 meter dan berat 2.346 ton. Tiang layar KRI Bima Suci mampu untuk mengibarkan 26 layar dengan total luas layar 3.352 meter persegi. Saat menggunakan layar, kecepatan maksimal yang dihasilkan 15 knot atau 27,78 km per jam.
Kartika Jala Krida 2019 yang dimulai sejak 5 Agustus memiliki misi berlayar selama 96 hari ke 9 negara dan 13 kota pelabuhan. Sebanyak 103 taruna AAL turut serta dalam misi tersebut.
Pada Sabtu (9/11/2019), KRI Bima Suci bersandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi. Banyuwangi menjadi kota terakhir yang disinggahi sebelum akhirnya misi Kartika Jala Krida dinyatakan berhasil dan rampung saat kembali ke titik pemberangkatan di Surabaya.
”Banyuwangi kami pilih karena potensi maritimnya. Harapannya, masyarakat Banyuwangi dapat memanfaatkan momen ini untuk semakin mengerti dunia maritim nasional dan global,” ujar Komandan KRI Bima Suci Letnan Kolonel Laut (P) Waluyo.
Selama sandar di Banyuwangi, KRI Bima Suci menggelar open ship sehingga masyarakat umum dapat naik ke kapal untuk melihat dari dekat kapal milik TNI Angkatan Laut tersebut. Selama open ship para taruna juga dapat berinteraksi dengan warga Banyuwangi.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banyuwangi Letkol Laut (P) Yulius Azz Zaenal menambahkan, selama di Banyuwangi para taruna juga akan menggelar kirab genderang suling sejauh 2 kilometer dari kantor Bupati Banyuwangi menuju pendopo. Pada tanggal 10 November para taruna juga akan mengikuti upacara Hari Pahlawan di Taman Blambangan, Banyuwangi.
Banyuwangi kami pilih karena potensi maritimnya. Harapannya, masyarakat Banyuwangi dapat memanfaatkan momen ini untuk semakin mengerti dunia maritim nasional dan global. (Waluyo)
”Kami juga akan menggelar tabur bunga di Dermaga Tanjung Wangi sebagai penghormatan kepada para pahlawan yang gugur memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Tabur bunga dilakukan di laut dari atas KRI Bima Suci. Setelah itu, rombongan KRI Bima Suci akan berkunjung ke Kampung Sidat binaan TNI AL di Desa Jopuro,” ujarnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sangat berterima kasih karena TNI Angkatan Laut memasukkan Banyuwangi sebagai salah satu kota pelabuhan yang disinggahi KRI Bima Suci. Hal ini menyejajarkan Banyuwangi dengan 12 kota pelabuhan lain yang disinggahi, seperti Osaka di Jepang, Manila (Filipina), Busan (Korea Selatan), dan Shanghai (China).
”Walaupun masih di Indonesia, kami berharap para taruna juga bisa belajar dari kami di Banyuwangi. Mereka bisa belajar bagaimana pemerintah daerah bekerja sama dengan warganya untuk mengubah citra kotanya,” kata Anas.
Salah satu yang menjadi kebanggaan Banyuwangi ialah turut sertanya taruna AAL, Wahyu Wardoyo, pemuda asli Banyuwangi, dalam misi yang diemban KRI Bima Suci. Sesaat setelah bersandar di Banyuwangi Wahyu langsung dicium ibunya, Nurjanah.