Setelah 7 Bulan, Puing-puing Diduga Helikopter MI-17 Ditemukan
Puing-puing diduga badan helikopter MI-17 ditemukan di kawasan pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin (10/2/2020). Namun, tim evakuasi belum dapat mendekati lokasi karena cuaca buruk.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Puing-puing yang diduga badan helikopter MI-17 telah ditemukan di kawasan pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin (10/2/2020). Namun, tim evakuasi belum dapat mendekati lokasi tersebut karena terhambat cuaca buruk.
Hal ini disampaikan Komandan Distrik Militer 1715 Yahukimo Letnan Kolonel Eko Budi saat dihubungi dari Jayapura, Senin sore. Kabupaten Pegunungan Bintang yang berbatasan langsung dengan negara Papua Niugini ini masuk dalam wilayah teritorial Komando Distrik Militer 1715/Yahukimo.
Eko mengatakan, Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Mayjen Herman Asaribab bersama Bupati Pegunungan Bintang Costan Oktemka, menggunakan helikopter, melihat puing-puing di area pegunungan tersebut.
”Mereka menggunakan helikopter untuk melihat lokasi yang diduga jatuhnya helikopter MI-17 sekitar pukul 08.00 WIT. Di tempat itu, ditemukan puing-puing yang diduga bagian dari helikopter MI 17,” kata Eko.
Ia mengatakan, tim evakuasi belum dapat mendekat ke tempat penemuan puing-puing tersebut karena kondisi cuaca yang berkabut. ”Direncanakan, tim dengan menggunakan helikopter ke lokasi tersebut pada Selasa (11/2/2020) pagi. Mudah-mudahan kondisi cuaca di daerah itu tidak berkabut,” ujar Eko.
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen Herman Asaribab telah berada di Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang, untuk memantau penemuan helikopter bernomor registrasi HA-5138 yang hilang sejak 28 Juni 2019.
Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XII Cenderawasih Letnan Kolonel (Inf) Dax Sianturi menegaskan, Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen Herman Asaribab telah berada di Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang, untuk memantau upaya penemuan helikopter dengan nomor registrasi HA-5138 yang hilang sejak 28 Juni 2019.
”Saat ini, kami masih berkoordinasi dengan pemda setempat dan masyarakat untuk memastikan lokasi jatuhnya helikopter. Tujuannya agar upaya evakuasi kali ini benar-benar membuahkan hasil,” kata Dax.
Ia pun menyatakan, pernyataan dari kelompok kriminal bersenjata bahwa mereka yang telah menembak helikopter MI-17 di Distrik Oksop hanyalah sebuah propaganda. ”Sudah lama tidak ada pergerakan kelompok separatis bersenjata di Pegunungan Bintang. Peryataan itu hanyalah propaganda,” kata Dax.
Sebelumnya, pada Minggu kemarin, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambom, mengklaim, pihaknya terlibat insiden jatuhnya helikopter TNI pada Juni 2019 tersebut. Kelompok pimpinan Nason Mimin disebut bertanggung jawab menembak jatuh helikopter itu.
”Kelompok itu telah menemukan puing-puing helikopter. Mereka sudah mengambil senjata milik para penumpangnya pada 4 Februari 2020,” kata Sebby.
Diketahui, helikopter MI-17 lepas landas dari Bandara Oksibil pada Jumat (28/6/2019) pukul 11.44 WIT. Kemudian helikopter dilaporkan hilang kontak pukul 11.49 WIT pada ketinggian 7.800 kaki atau sekitar 2,4 kilometer.
Seharusnya helikopter yang mengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini di Pegunungan Bintang itu dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11 WIT.
Adapun penumpang helikopter terdiri dari tujuh awak helikopter dan lima anggota Batalyon Infanteri 725/Waroagi. Tujuh awak itu yakni Kapten CPN Aris, Letnan CPN Ahwar, Kapten CPN Bambang, Sersan Kepala Suriatnae, Prajurit Satu Asharulf, Prajurit Kepala Dwi Pur, dan Sersan Dua Dita Ilham. Adapun personel Yonif 725 yakni Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddine, dan Prada Tegar Hadi Sentana.