Produksi Sampah di Bandung Raya Mendesak Dikurangi
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Sarimukti di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, sudah melebihi kapasitas. Pengurangan sampah di kawasan Bandung Raya mendesak dilakukan .
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS – Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Sarimukti di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, sudah melebihi kapasitas. Pengurangan sampah di kawasan Bandung Raya mendesak dilakukan untuk mengantisipasi longsor dari tumpukan sampah yang dapat mengancam keselamatan warga di sekitarnya.
TPA Sarimukti menampung sekitar 2.000 ton sampah per hari. Padahal, kapasitasnya hanya 1.200 ton per hari.
“Kondisinya sudah over kapasitas. Semoga rencana pembangunan TPA Legoknangka (di Kabupaten Bandung) segera terealisasi,” ujar perwakilan Pengolahan Sampah Terpadu Regional Jabar Dani Prianto Hadi di TPA Sarimukti, Rabu (19/2/2020).
Dani mengatakan, awalnya TPA Sarimukti direncanakan sebagai TPA darurat untuk menggantikan TPA Leuwigajah yang mengalami longsor pada Februari 2005. Longsor tersebut menewaskan lebih dari 150 orang.
Akan tetapi, TPA Sarimukti terus digunakan sebagai tempat penampungan sampah utama di Bandung Raya. TPA ini menampung sampah dari Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Cimahi.
Over kapasitas TPA seluas 21,5 hektar tersebut dapat dilihat dari truk-truk yang harus mengantre untuk menurunkan sampah. Kelebihan daya tampung itu berisiko menyebabkan gunungan sampah longsor terutama saat hujan.
TPA Sarimukti menampung sekitar 2.000 ton sampah per hari. Padahal, kapasitasnya hanya 1.200 ton per hari
Dani berharap pembangunan TPA Legoknangka dapat selesai sesuai target pada 2023. Saat ini rencana pembangunannya masih memasuki tahap lelang.
“Jadi beban penampungan sampah dapat dibagi dua. Untuk Bandung Raya bagian barat di Sarimukti, sementara bagian timur di Legoknangka,” ujarnya.
Dani menuturkan, pihaknya juga sudah mengajukan perluasan lahan di TPA Sarimukti. Rencananya, TPA ini akan diperluas menjadi sekitar 40 hektar dan diproyeksikan dapat menampung 2.400 ton sampah per hari. Rencana perluasan itu masih menunggu sejumlah izin.
Produksi sampah di Bandung Raya mencapai 6.000 ton per hari. Menurut Dani, TPA Sarimukti dan TPA Legoknangka dapat menampung 4.000 ton sampah per hari. Sementara sisanya diharapkan dapat dikelola di hulu, salah satunya melalui bank sampah.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, pengurangan sampah di TPA dapat dilakukan dengan mengelola sampah dari rumah tangga. Namun, langkah ini memerlukan perubahan perilaku masyarakat untuk memilah dan memanfaatkan sampah.
“Sekitar 30-40 persen sampah dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Ini yang harusnya dikelola,” ujarnya saat meninjau TPA Sarimukti.
Produksi sampah Kota Bandung mencapai 1.500 ton per hari. Menurut Yana, 60 persen sampah merupakan sampah organik sehingga dapat dikelola agar tidak terbuang ke TPA.
Yana mengatakan, beberapa kelompok masyarakat di Kota Bandung mulai aktif mengelola sampah. Salah satunya dengan memasang loseda di rumah-rumah. Loseda merupakan paralon penampung sampah organik untuk diolah menjadi kompos.
“Untuk sampah lain bisa ditukar ke bank sampah. Mekanisme pengelolaannya banyak. Tinggal bagaimana warga terus didorong untuk melakukannya,” ujarnya.
Menurut Yana, longsor TPA Leuwigajah 15 tahun silam harus dijadikan pelajaran penting. Pemerintah bersama warga perlu berperan aktif untuk mengurangi potensi sampah yang dibawa ke TPA sehingga bencana serupa tidak terulang.
Beberapa warga Cipatat juga khawatir dengan kondisi TPA Sarimukti yang over kapasitas. Apalagi saat ini memasuki puncak musim hujan sehingga rawan longsor.
“Dahulu, longsor di TPA Leuwigajah juga dipicu hujan lebat. Warga berharap TPA Sarimukti digunakan sesuai daya tampung. Jadi, pembangunan TPA di lokasi lain sangat diperlukan,” ujar Aris (50), warga Cipatat.