Indonesia masih mencatatkan surplus pada kinerja perdagangan produk mebel. Namun patut dicermati, seiring dinamika ekspor dan impor produk mebel Indonesia beberapa tahun ini tren surplusnya turun.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
Jajaran Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia beraudiensi di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada pekan pertama Februari 2020. Mereka menyampaikan sejumlah usulan untuk mempercepat pengembangan sektor tersebut secara nasional.
Peningkatan kinerja ekspor industri mebel dan kerajinan di pasar dunia menjadi salah satu asa. Usulan dimaksud mencakup berbagai aspek, mulai kecukupan suplai bahan baku, peremajaan alat dan teknologi produksi, inovasi dan pengembangan desain, promosi dan pemasaran, hingga pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
Usulan berikutnya menyangkut regulasi dan sistem pengupahan tenaga kerja, pengembangan kluster industri modern, penurunan suku bunga, pengurangan tarif pajak, dan penegakan hukum.
Poin terakhir berkaitan dengan upaya menghilangkan praktik penyelundupan, khususnya bahan baku kayu dan rotan, yang mengganggu stabilitas pasokan bahan baku ke industri.
Bicara penggarapan pasar ekspor mebel, di mana saat ini posisi Indonesia? Data Centre for Industrial Studies (CSIL), yang diolah dan ditabulasi Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) 2019, menunjukkan, Indonesia berperingkat ke-18 dari 20 negara pelaku utama ekspor industri mebel.
China menempati peringkat pertama dengan realisasi ekspor mebel senilai 89,8 miliar dollar AS. Kemudian secara berturut-turut disusul Jerman 12 miliar dollar AS, Vietnam 11,5 miliar dollar AS, Italia 11 miliar dollar AS, Polandia 8,6 miliar dollar AS, Amerika Serikat 7,7 miliar dollar AS, Meksiko 6 miliar dollar AS, Kanada 3,8 miliar dollar AS, Ceko 3 miliar dollar AS, dan Perancis 2,8 miliar dollar AS.
Berikutnya Malaysia dengan ekspor mebel senilai 2,4 miliar dollar AS, Inggris 2,2 miliar dollar AS, Swedia 2,2 miliar dollar AS, Turki 2,1 miliar dollar AS, Rumania 2 miliar dollar AS, Spanyol 1,9 miliar dollar AS, Denmark 1,9 miliar dollar AS, Indonesia 1,7 miliar dollar AS, Filipina 1,65 miliar dollar AS, dan Singapura 1,6 miliar dollar AS.
Apabila ingin mengenali kompetitor di sisi penguasaan ekspor mebel, belasan negara itulah yang mengitari Indonesia. Jangan lupa, sebagian produk yang diekspor negara kompetitor itu merangsek pula ke pasar domestik Indonesia.
Apabila ingin mengenali kompetitor di sisi penguasaan ekspor mebel, belasan negara itulah yang mengitari Indonesia.
Tren surplus turun
Data Badan Pusat Statistik yang diolah HIMKI pada 2019 menunjukkan, selama beberapa tahun terakhir, nilai ekspor produk mebel Indonesia selalu lebih tinggi dibandingkan impor. Berita baiknya, Indonesia masih mencatatkan surplus pada kinerja perdagangan produk mebel.
Namun, patut dicermati, seiring dinamika ekspor dan impor produk mebel Indonesia beberapa tahun ini tren surplusnya turun. Pada 2015 nilai ekspor produk mebel Indonesia 1,902 miliar dollar AS dan impornya 355 juta dollar AS sehingga surplus 1,546 miliar dollar AS.
Kemudian, pada 2019, nilai ekspor produk mebel Indonesia 1,767 miliar dollar AS dan impornya 594 juta dollar AS sehingga surplusnya tinggal 1,173 miliar dollar AS. Sebuah tren penurunan yang patut diwaspadai agar tidak berlanjut.
Mengoptimalkan pengisian pasar dalam negeri menjadi cara untuk memperbaiki kinerja perdagangan. Ketika Indonesia baru mampu menguasai sekitar 2 persen pasar mebel dunia, penggarapan pasar domestik jangan dilupakan.
Ketika Indonesia baru mampu menguasai sekitar 2 persen pasar mebel dunia, penggarapan pasar domestik jangan dilupakan.
Hal ini tentu membutuhkan pula peran warga Indonesia untuk memakai produk mebel negeri sendiri. Pemerintah pun tentu harus memberi teladan untuk mendorong peningkatan penggunaan produksi dalam negeri. Alih-alih slogan, teladan akan lebih efektif dalam memengaruhi suatu pilihan.
Indonesia memiliki potensi bahan baku mebel yang melimpah, seperti kayu, rotan, bambu, dan logam. Indonesia yang berpopulasi 260 juta lebih orang otomatis merupakan pasar besar.
Pelaku usaha mebel dari berbagai skala pun ada di negeri ini. Demikian pula peneliti, desainer, dan pemangku kepentingan mebel lainnya. Ekosistemnya sudah ada. Kini tinggal menjaga dan mengembangkannya.