Pasien dalam Pengawasan Melonjak, Sekolah di Sumut Diliburkan Dua Minggu
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi meliburkan SMA sederajat di Sumut selama 14 hari untuk mencegah penyebaran Covid-19. Ia juga meminta pemerintah kabupaten/kota meliburkan SMP dan SD.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi meliburkan SMA sederajat di Sumut selama 14 hari untuk mencegah penyebaran Covid-19. Ia juga meminta pemerintah kabupaten/kota meliburkan SMP dan SD. Keputusan itu diambil setelah ada lonjakan pasien dalam pengawasan di Sumut dari tiga orang menjadi 75 orang.
”Kami meliburkan semua SMA sederajat di Sumatera Utara dan meminta pemerintah kabupaten/kota juga meliburkan SMP dan SD. Namun, saya tekankan, jangan ada pula yang jadi liburan. Siswa tetap belajar di rumah dengan dibimbing orangtua,” kata Edy, di Medan, Selasa (17/3/2020).
Edy mengatakan, ada tambahan 72 pasien dalam pengawasan (PDP) dalam 24 jam sejak Senin hingga Selasa. Namun, Pemprov Sumut belum menjelaskan tentang asal-usul pasien dalam pengawasan itu.
Edy mengatakan, Sumut saat ini membutuhkan ruang isolasi akibat melonjaknya pasien dalam pengawasan. Mereka seharusnya diisolasi, tetapi hingga kini belum bisa karena ketersediaan ruang isolasi di rumah sakit rujukan, RSUP H Adam Malik, hanya untuk 11 orang.
Edy pun mengumpulkan lebih dari 50 perwakilan rumah sakit negeri dan swasta dalam rapat koordinasi di kantor Gubernur Sumut untuk bisa menambah ruang isolasi. Mereka diminta berbaris dan menyebutkan kemampuan untuk menyediakan ruang isolasi.
Rumah sakit itu rata-rata menyebut bisa menyediakan 1-8 ruang isolasi dengan total 330 ruang isolasi. Namun, yang bisa menyiapkan ruang isolasi bertekanan negatif sesuai dengan standar penanganan Covid-19 hanya Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang, masing-masing berkapasitas empat pasien.
”Ruang isolasi ini sangat mendesak untuk ditambah karena kita tidak tahu apa yang terjadi dalam satu hari ke depan. Bisa saja ada lonjakan pasien yang cukup besar. Untuk sementara, ruang isolasi yang konvensional pun bisa kita maksimalkan penggunaannya. Kami targetkan harus ada minimal 1.000 ruang isolasi di Sumut,” kata Edy.
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Martuani Sormin mengatakan, mereka juga menyiapkan 400 kamar di asrama Sekolah Polisi Negara (SPN) Sampali di Medan jika ada lonjakan pasien. Asrama itu kini tidak digunakan karena SPN Polda Sumut sudah pindah ke Kabupaten Langkat.
Martuani mengatakan, mereka juga berfokus untuk mengantisipasi penimbunan bahan pokok, masker, dan cairan sanitasi tangan yang harganya belakangan melonjak. ”Kami ingatkan, jika ada yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi, akan kami tindak tegas. Kami akan melakukan razia,” katanya.
Sejumlah kabupaten/kota di Sumut pun sudah mulai meliburkan SD dan SMP, antara lain Kabupaten Deli Serdang, Tapanuli Utara, Batubara, dan Kota Tanjungbalai. Namun, Kota Medan hingga Selasa siang belum mengumumkan libur sekolah.
”Kami meliburkan sekolah sebagai antisipasi untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kami meminta siswa SD dan SMP tetap belajar di rumah,” kata Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.